Dalam perjalanan hidup, setiap insan pasti akan diuji. Ujian tersebut datang dalam berbagai bentuk, mulai dari kesulitan materi, cobaan kesehatan, hingga badai dalam hubungan interpersonal. Kehadiran ujian seringkali terasa berat, menguras tenaga, dan bahkan membuat hati berputus asa. Namun, di tengah-tengah ketidakpastian dan rasa sakit, terdapat panduan ilahi yang mengingatkan kita tentang makna di balik setiap ujian. Salah satu ayat yang sarat akan pelajaran berharga adalah Al Imran 120.
Surah Al Imran, ayat 120, merupakan bagian dari rangkaian ayat-ayat yang berbicara mengenai kisah para nabi dan pelajaran bagi umat Islam dalam menghadapi berbagai tantangan. Ayat ini secara spesifik berbicara tentang bagaimana seorang mukmin seharusnya bersikap ketika berhadapan dengan musuh atau ancaman. Namun, makna Al Imran 120 dapat diperluas dan direnungkan lebih dalam sebagai prinsip dasar dalam menghadapi segala bentuk kesulitan, bukan hanya dalam peperangan fisik, tetapi juga dalam perjuangan meraih kebaikan dan menjaga diri dari keburukan.
Ayat ini berbunyi: "...ketika mereka ditimpa musibah, mereka berkata: 'Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah kita kembali.'" (QS. Al Imran: 120). Penggalan ayat ini mengandung inti dari bagaimana seorang mukmin seharusnya merespon musibah. Ini bukan sekadar kalimat hafalan, melainkan sebuah keyakinan mendalam yang membentuk cara pandang dan sikap kita terhadap ujian.
Pernyataan "Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah kita kembali" adalah manifestasi dari dua pilar utama dalam Islam: tawakkal (berserah diri) dan kesabaran (sabr).
Ketika kita menyadari bahwa diri kita, keluarga kita, harta kita, bahkan seluruh alam semesta ini adalah milik mutlak Allah, maka beban berat yang terasa saat ujian datang akan sedikit terangkat. Kita tidak sedang mengendalikan sesuatu yang sepenuhnya milik kita, melainkan hanya diberi titipan oleh-Nya. Jika titipan itu diambil kembali, sebagai pemilik-Nya, maka itu adalah hak-Nya. Pemahaman ini membantu kita melepaskan keterikatan yang berlebihan dan mengurangi rasa kecewa yang mendalam ketika sesuatu yang berharga hilang atau tertimpa musibah. Ini bukan berarti kita tidak merasakan sakit atau kehilangan, tetapi kesadaran ini memberikan bingkai spiritual yang menenangkan.
Frasa "dan kepada-Nyalah kita kembali" mengingatkan kita pada hakikat penciptaan dan tujuan akhir kehidupan. Dunia ini adalah persinggahan sementara, dan kita semua akan kembali menghadap Sang Pencipta. Dengan keyakinan ini, musibah yang terjadi di dunia menjadi tidak begitu menakutkan. Ia dilihat sebagai bagian dari proses menuju kepulangan abadi. Segala kesulitan yang kita alami di dunia akan dipertanggungjawabkan dan diperhitungkan di sisi-Nya. Hal ini mendorong kita untuk berupaya menjaga amal perbuatan dan bersabar dalam menghadapi ujian, karena setiap langkah dan cobaan memiliki makna di hadapan Allah.
Memahami makna Al Imran 120 adalah satu hal, menerapkannya dalam kehidupan adalah tantangan lain. Berikut adalah beberapa cara bagaimana kita dapat mengintegrasikan ajaran ini dalam menghadapi ujian sehari-hari:
Allah SWT menjanjikan pahala yang besar bagi hamba-Nya yang bersabar. Al-Qur'an dan As-Sunnah dipenuhi dengan ayat dan hadits yang menganjurkan kesabaran dan memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Dalam surah Al Imran 120 dan ayat-ayat sekitarnya, Allah menegaskan bahwa orang yang memiliki sifat kesabaran dan takwa, maka tipu daya musuh tidak akan membahayakan mereka sedikit pun. Ini menunjukkan bahwa kesabaran bukan hanya sekadar menahan diri, tetapi sebuah senjata spiritual yang ampuh.
Dengan mengamalkan ajaran Al Imran 120, kita belajar untuk melihat ujian bukan sebagai akhir segalanya, melainkan sebagai bagian integral dari perjalanan hidup yang penuh makna. Kehidupan ini adalah ladang ujian yang akan membentuk karakter kita dan menentukan kualitas diri kita di hadapan Allah. Marilah kita senantiasa berlindung kepada-Nya, memohon kekuatan, dan menjadikan setiap ujian sebagai tangga untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
"Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang munafik." (QS. Al Imran: 119)
Ayat sebelumnya (Al Imran 119) dan ayat sesudahnya (Al Imran 121) juga saling menguatkan makna pentingnya iman, kesabaran, dan takwa dalam menghadapi berbagai situasi, termasuk ketika kaum mukmin keluar dari rumah untuk memerangi musuh. Ini menunjukkan bahwa seluruh rangkaian ayat ini berbicara tentang prinsip-prinsip fundamental yang harus dipegang oleh seorang mukmin dalam segala kondisi.
Dengan merenungkan Al Imran 120 secara mendalam, kita diingatkan bahwa kesulitan adalah ujian, bukan hukuman. Dan dalam setiap ujian, ada kesempatan untuk membuktikan kualitas keimanan kita, menguatkan ketabahan, dan mengasah kesabaran. Ketiganya adalah bekal terpenting untuk menghadapi dunia yang fana ini, menuju kebahagiaan abadi di akhirat.