Kehidupan dunia yang fana ini sering kali dipandang sebagai tujuan akhir, sumber kebahagiaan semata, atau medan pertempuran yang tak berujung. Namun, ajaran agama, khususnya Islam, menawarkan perspektif yang lebih mendalam dan berimbang mengenai hakikat eksistensi manusia di alam ini. Salah satu ayat yang memberikan gambaran jelas mengenai hal ini adalah Surah Ali Imran ayat 14. Ayat ini tidak hanya mengingatkan kita tentang kesemua kenikmatan duniawi yang bersifat sementara, tetapi juga menyoroti aspek penting dari ujian keimanan yang menyertainya.
Ayat ini secara gamblang menyebutkan beberapa hal yang secara inheren menarik bagi naluri manusia. Mulai dari hubungan personal seperti pasangan dan keturunan, hingga materi yang melimpah ruah berupa kekayaan, kendaraan mewah, dan lahan. Semua ini merupakan komponen yang sering kali dianggap sebagai penentu kebahagiaan dan kesuksesan di dunia. Namun, ayat ini langsung memberi label pada semua itu sebagai "kesenangan hidup di dunia". Kata "kesenangan" di sini mengindikasikan sesuatu yang sifatnya menyenangkan, namun tidak kekal. Keindahan dan daya tarik dari hal-hal tersebutlah yang sering kali menjadi ujian terbesar bagi keimanan seorang hamba.
Pertanyaannya adalah, bagaimana kita menyikapi hal-hal tersebut? Apakah ia menjadi tujuan utama hidup, mengalahkan cinta kepada Sang Pencipta? Atau justru menjadi sarana untuk meraih keridhaan-Nya? Ayat ini mengajak kita untuk refleksi. Kecintaan yang kuat kepada hal-hal duniawi, jika tidak dikendalikan oleh kesadaran spiritual, dapat menjauhkan seseorang dari tujuan sejatinya. Manusia bisa saja terbuai, lupa akan kewajiban dan tanggung jawabnya kepada Allah SWT, serta melupakan bahwa semua yang dimiliki hanyalah titipan semata.
Poin krusial dari ayat ini adalah kalimat penutupnya: "dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang terbaik (surga)". Pernyataan ini memberikan kontras yang sangat tajam antara kenikmatan duniawi yang cepat berlalu dengan kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Surga adalah balasan terbaik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Ini adalah tujuan akhir yang hakiki, yang tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah mendatangkan penyesalan.
Dengan membandingkan kenikmatan duniawi yang fana dengan balasan surga yang kekal, Allah SWT mengajarkan kepada umat manusia untuk memiliki prioritas yang jelas. Kesenangan duniawi bisa dinikmati, bahkan dianjurkan untuk dikelola dengan baik, asalkan tidak sampai melalaikan kewajiban kepada Allah dan tidak mengalahkan kecintaan kepada-Nya. Kesadaran bahwa kehidupan dunia hanyalah singgahsana sementara akan membantu kita untuk lebih fokus dalam mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi.
"Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan." (Pepatah bijak yang sering dinisbatkan kepada ulama terdahulu)
Memahami Surah Ali Imran ayat 14 memiliki implikasi praktis yang sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, ini mendorong kita untuk senantiasa menjaga keseimbangan. Kekayaan harus dikelola dengan bijak, bukan untuk pamer atau menumpuk tanpa batas. Hubungan keluarga harus dibangun di atas landasan cinta dan taat kepada Allah, bukan hanya sekadar pemenuhan naluri biologis atau sosial.
Kedua, ayat ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur. Segala kenikmatan yang kita miliki, sekecil apapun, adalah karunia dari Allah. Rasa syukur akan menumbuhkan kerendahan hati dan mengurangi keinginan untuk terus-menerus mengejar dunia. Ketiga, ia mengajarkan tentang pentingnya berinfak dan bersedekah. Sebagian dari harta yang kita miliki dapat disalurkan untuk membantu sesama dan membangun peradaban Islam, yang merupakan investasi akhirat yang sangat berharga.
Keempat, ayat ini memotivasi kita untuk terus berjuang di jalan Allah. Mengingat tujuan akhir yang lebih mulia akan memberikan kekuatan untuk menghadapi berbagai cobaan dan godaan dunia. Kita dituntut untuk menggunakan berbagai potensi duniawi yang diberikan Allah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Dengan merenungi Surah Ali Imran ayat 14, kita dapat mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan dunia. Ia bukan lagi sekadar arena persaingan dan kesenangan sesaat, melainkan panggung ujian yang perlu dijalani dengan penuh kesadaran. Kesadaran bahwa segala yang indah di dunia ini bersifat sementara, dan terdapat keindahan serta kebahagiaan yang jauh lebih hakiki dan abadi di sisi Allah SWT. Dengan menjadikan cinta kepada Allah sebagai prioritas tertinggi, kita dapat menikmati kesenangan duniawi tanpa terjerumus, serta mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menyambut tempat kembali yang terbaik.