Ilustrasi makna QS. Al-Imran: 187
Dalam lautan hikmah dan petunjuk yang terkandung dalam Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang memiliki kedalaman makna dan relevansi universal. Salah satunya adalah firman Allah SWT dalam Surah Ali Imran ayat 187. Ayat ini secara tegas mengingatkan tentang sebuah perjanjian penting yang telah diambil oleh Allah dari kalangan Ahli Kitab, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani. Perjanjian ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah amanah dan tanggung jawab besar yang diberikan kepada mereka.
Inti dari perjanjian yang disebutkan dalam Al-Imran 187 adalah kewajiban untuk menjelaskan isi kitab suci yang telah diturunkan kepada mereka kepada seluruh umat manusia. Ini berarti tugas untuk menyampaikan kebenaran, mengajarkan ajaran-ajaran ilahi, dan menjadi agen perubahan positif di tengah masyarakat. Allah SWT tidak hanya menuntut ketaatan individu, tetapi juga peran aktif dalam menyebarkan cahaya petunjuk-Nya. Penjelasan ini bukan sekadar membaca teks, melainkan interpretasi yang benar, penerapan yang tulus, dan dakwah yang bijaksana.
"Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang diberi Kitab (yaitu): 'Sesungguhnya kamu pasti akan menjelaskan isi Kitab itu kepada manusia, dan kamu tidak akan menyembunyikannya,' lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan menukarnya dengan harga yang murah. Betapa buruknya tukaran itu." (QS. Ali Imran: 187)
Namun, ayat yang sama secara gamblang juga menyoroti bentuk pengkhianatan terhadap janji tersebut. Kalimat "...lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan menukarnya dengan harga yang murah" menggambarkan tindakan yang sangat tercela. Mereka mengabaikan amanah ilahi, membelakangi petunjuk yang seharusnya mereka sebarkan, demi keuntungan duniawi yang bersifat sementara dan tidak berarti. "Harga yang murah" di sini bisa diartikan sebagai imbalan materi, kekuasaan, atau bahkan sekadar kenyamanan pribadi yang membuat mereka enggan menjalankan tugas mulia ini.
Sikap menyembunyikan kebenaran atau menafsirkan kitab suci secara menyesatkan demi kepentingan pribadi adalah dosa besar. Allah SWT menegaskan betapa buruknya pertukaran ini. Kehidupan dunia memang fana, dan segala kemilau serta keuntungan yang didapat dari pengkhianatan janji Allah tidak akan ada artinya jika dibandingkan dengan murka-Nya dan kerugian di akhirat kelak. Ayat ini menjadi peringatan keras bagi siapa pun yang memegang ilmu atau kebenaran, agar tidak menyalahgunakan atau mengabaikannya demi keuntungan sesaat.
Meskipun ayat ini ditujukan secara spesifik kepada Ahli Kitab, makna dan pelajarannya sangat relevan bagi umat Islam. Kita, sebagai umat akhir zaman, juga memegang teguh Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Al-Qur'an adalah kitab suci yang dijaga keasliannya oleh Allah, dan tugas kita sebagai Muslim adalah memahami, mengamalkan, serta menyebarkannya kepada seluruh alam.
Setiap Muslim yang memiliki ilmu agama, baik itu pemahaman dasar maupun mendalam, memiliki tanggung jawab untuk menjelaskannya kepada sesama. Ini bisa dilakukan melalui pengajaran, penulisan, ceramah, atau sekadar percakapan yang baik dan bijaksana. Kewajiban ini bukan hanya milik para ulama, tetapi juga setiap individu yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk berbagi. Menolak untuk berbagi ilmu, menyembunyikan kebenaran karena takut akan celaan manusia, atau bahkan menyalahgunakan ilmu untuk keuntungan pribadi, adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah Allah yang juga berpotensi membawa kita pada "harga yang murah" di hadapan-Nya.
Oleh karena itu, Surah Ali Imran ayat 187 menjadi pengingat yang kuat bagi kita. Ia menuntut kejujuran intelektual, integritas moral, dan keberanian dalam menyampaikan kebenaran. Marilah kita tadabburi ayat ini dan jadikan sebagai motivasi untuk senantiasa menjaga amanah ilmu yang telah Allah titipkan, serta menyebarkannya dengan ikhlas demi kemaslahatan umat dan keridhaan-Nya.