Kisah Nabi Zakaria AS yang tercatat dalam Al-Qur'an, khususnya pada Surat Al Imran ayat 38 hingga 39, menawarkan pelajaran berharga mengenai keikhlasan doa, kesabaran, dan keyakinan penuh kepada Allah SWT. Ayat-ayat ini menggambarkan momen ketika Nabi Zakaria memohon kepada Tuhannya agar dianugerahi keturunan yang saleh, di tengah usia beliau yang sudah lanjut dan istrinya yang mandul.
Surat Al Imran ayat 38 mencatat doa Nabi Zakaria yang penuh kerendahan hati dan harapan:
"Di sana Zakaria berdoa kepada Tuhannya, katanya: "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku dari sisi Engkau seorang keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa." (QS. Al Imran: 38)
Doa ini diucapkan dalam situasi yang sangat menantang. Nabi Zakaria AS, seorang nabi yang mulia, telah mengabdikan hidupnya untuk berdakwah dan melayani Allah. Namun, ia belum dikaruniai anak. Usia yang semakin tua menjadi salah satu faktor yang menimbulkan kekhawatiran. Kekhawatiran bukan semata-mata karena hasrat memiliki anak, tetapi lebih kepada keberlanjutan risalah dan penyebaran ajaran Islam. Beliau membutuhkan penerus yang akan melanjutkan perjuangan dan meneruskan kebaikan.
Yang menarik dari doa Nabi Zakaria adalah permintaannya yang spesifik: "seorang keturunan yang baik". Ini menunjukkan bahwa fokus utamanya bukanlah sekadar memiliki anak, tetapi memiliki anak yang saleh. Keturunan yang saleh berarti seseorang yang taat kepada Allah, memiliki akhlak mulia, dan mampu menjadi pewaris serta penebar kebaikan. Ini adalah doa yang universal bagi setiap orang tua yang menginginkan generasi penerusnya menjadi pribadi yang diridhai Allah.
Doa ini juga diiringi dengan keyakinan penuh kepada kebesaran dan kemahasegaran Allah dalam mendengar setiap permohonan hamba-Nya. Frasa "Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa" menegaskan sikap tawadhu' dan kepercayaan mutlak kepada Sang Pencipta.
Tidak lama setelah doa tersebut, Allah SWT mengabulkannya, sebagaimana dijelaskan dalam ayat selanjutnya, Al Imran ayat 39:
"Kemudian malaikat (Jibril) memanggilnya, ketika ia sedang berdiri di mihrab (tempat salat), seraya mengatakan: "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran Yahya, yang mengkoreksi kalimat Allah, seorang pemimpin, menjaga kehormatan diri, dan seorang nabi di antara orang-orang saleh." (QS. Al Imran: 39)
Ayat ini menceritakan bagaimana Allah tidak hanya mengabulkan doa Nabi Zakaria, tetapi juga memberikan kabar gembira melalui Malaikat Jibril. Kelahiran Nabi Yahya AS adalah sebuah keajaiban. Mengingat usia Nabi Zakaria dan istrinya yang sudah tua renta serta kemandulan istrinya, kelahiran ini adalah bukti nyata kekuasaan Allah yang mampu menciptakan sesuatu di luar nalar manusia. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Kisah ini memberikan banyak hikmah:
Kisah Nabi Zakaria dalam Al Imran ayat 38-39 adalah sumber inspirasi yang mendalam. Ia mengajarkan kita untuk senantiasa memanjatkan doa yang terbaik, baik untuk diri sendiri maupun untuk generasi penerus, seraya senantiasa berbaik sangka dan bertawakal kepada Allah SWT, Sang Pengabul Doa.