Dalam lautan hikmah Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang memiliki kedalaman makna dan relevansi abadi bagi umat manusia. Salah satu di antaranya adalah Surah Ali Imran ayat 68. Ayat ini tidak hanya menceritakan sebuah fakta sejarah tentang hubungan kaum Yahudi dengan Nabi Ibrahim 'alaihissalam, tetapi juga mengandung pelajaran berharga mengenai hakikat keimanan, kemurnian tauhid, dan bagaimana seharusnya seorang mukmin memosisikan diri terhadap para nabi dan rasul. Ayat ini menegaskan bahwa orang yang paling berhak mengikuti Ibrahim adalah mereka yang mengikutinya dengan tulus, serta menegaskan kemuliaan Islam sebagai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ayat Al-Imran ayat 68 berbunyi: "Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Ibrahim ialah orang yang mengikuti dia, dan Nabi ini (Muhammad) serta orang-orang yang beriman; dan Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman."
Ayat ini turun sebagai bantahan terhadap klaim sebagian kaum Yahudi yang menyatakan bahwa merekalah pewaris sah ajaran Nabi Ibrahim. Mereka menganggap diri mereka sebagai satu-satunya pengikut Ibrahim, dengan alasan keturunan. Padahal, ajaran Ibrahim yang sesungguhnya adalah tauhid murni, yaitu mengesakan Allah dan menolak segala bentuk syirik. Kaum Yahudi pada masa itu telah banyak menyimpang dari ajaran asli yang dibawa oleh para nabi mereka, termasuk Ibrahim, dengan memasukkan berbagai tradisi dan interpretasi yang tidak sesuai dengan inti ajaran tauhid.
Pesan Kunci: Kekerabatan spiritual jauh lebih utama daripada kekerabatan nasab. Orang yang paling berhak menyandang gelar pengikut Ibrahim adalah mereka yang meneladani tauhidnya, bukan hanya karena garis keturunan.
Nabi Ibrahim 'alaihissalam adalah seorang hanif, yaitu pribadi yang lurus dan cenderung kepada agama tauhid, menjauhi segala bentuk kesesatan. Beliau diutus untuk membawa risalah pemurnian ibadah hanya kepada Allah semata. Namun, seiring berjalannya waktu, ajaran ini mengalami distorsi di kalangan keturunannya. Ayat Al-Imran 68 secara tegas menyatakan bahwa klaim mereka tidaklah benar jika tidak disertai dengan mengikuti jejak perjuangan Ibrahim dalam menegakkan tauhid.
Ayat ini kemudian menjelaskan siapa sebenarnya yang paling layak disebut sebagai pengikut Nabi Ibrahim. Ada tiga golongan utama yang disebut:
Dengan demikian, ayat ini menegaskan bahwa agama yang paling berhak diklaim sebagai kelanjutan ajaran Ibrahim adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad, yaitu Islam. Siapapun yang mengikuti ajaran Islam dengan tulus, baik dari kalangan Arab maupun non-Arab, dari keturunan Ibrahim maupun bukan, maka merekalah yang paling berhak menyandang gelar sebagai pengikut Ibrahim.
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali Imran: 19)
Bagian akhir dari ayat ini memberikan penegasan yang sangat kuat: "dan Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman." Ini mengandung makna bahwa Allah Subhanallahu wa Ta'ala adalah penjamin, penjaga, dan penolong bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Perlindungan ini bersifat mutlak, yang mencakup perlindungan dari segala mara bahaya di dunia dan di akhirat.
Bagi mereka yang mengikuti jejak Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad, dan berpegang teguh pada ajaran Islam, mereka berada di bawah naungan perlindungan ilahi. Ini adalah sebuah jaminan yang sangat istimewa. Keimanan yang tulus adalah kunci utama untuk mendapatkan cinta, ridha, dan pertolongan dari Allah.
Meskipun ayat ini memiliki konteks historis yang spesifik, maknanya tetap relevan hingga akhir zaman. Pelajaran utama yang bisa kita ambil adalah:
Memahami dan mengamalkan ajaran yang terkandung dalam Surah Ali Imran ayat 68 adalah sebuah keniscayaan bagi setiap Muslim yang ingin meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Ini adalah panggilan untuk kembali kepada akar ajaran Islam yang murni, meneladani para nabi, dan menggantungkan harapan sepenuhnya hanya kepada Allah, Sang Pelindung sejati orang-orang yang beriman.