Alat Pengukur Kekeruhan Air: Pentingnya dan Cara Kerjanya

NTU

Kekeruhan air, atau turbiditas, merupakan salah satu parameter kualitas air yang paling penting untuk dipantau. Parameter ini mengukur seberapa banyak partikel tersuspensi seperti lumpur, tanah liat, alga, bakteri, dan bahan organik lainnya yang tersebar dalam air. Semakin tinggi tingkat kekeruhan, semakin buram atau keruh air tersebut, dan semakin rendah kemampuannya untuk ditembus cahaya.

Pemantauan kekeruhan air sangat krusial dalam berbagai aplikasi, mulai dari pengolahan air minum, pemantauan kualitas air limbah, penelitian lingkungan, hingga proses industri. Air yang keruh tidak hanya terlihat tidak menarik, tetapi juga dapat menjadi indikator adanya kontaminasi patogen berbahaya, rendahnya efisiensi disinfeksi, serta potensi terbentuknya produk sampingan klorinasi yang berbahaya jika air tersebut akan dikonsumsi. Oleh karena itu, alat pengukur kekeruhan air menjadi instrumen yang tak tergantikan dalam menjaga dan memastikan kualitas air.

Mengapa Kekeruhan Air Penting?

Pentingnya memantau kekeruhan air dapat dilihat dari beberapa aspek:

Bagaimana Cara Kerja Alat Pengukur Kekeruhan Air?

Prinsip dasar dari sebagian besar alat pengukur kekeruhan air modern adalah mengukur jumlah cahaya yang dihamburkan atau diserap oleh partikel tersuspensi dalam sampel air. Unit pengukuran yang umum digunakan adalah Nephelometric Turbidity Units (NTU).

Secara umum, cara kerjanya melibatkan langkah-langkah berikut:

  1. Sumber Cahaya: Alat ini memiliki sumber cahaya internal (biasanya lampu inframerah atau lampu tungsten) yang memancarkan berkas cahaya ke dalam wadah berisi sampel air.
  2. Detektor Cahaya: Sebuah sensor optik atau fotodetektor ditempatkan pada sudut tertentu terhadap arah datangnya cahaya (biasanya 90 derajat). Sudut ini dipilih untuk mendeteksi cahaya yang dihamburkan oleh partikel.
  3. Interaksi Cahaya-Partikel: Ketika berkas cahaya melewati sampel air, partikel-partikel tersuspensi akan menghamburkan sebagian cahaya ke segala arah, termasuk ke arah detektor. Sebagian cahaya juga mungkin diserap oleh partikel atau dasar wadah.
  4. Pengukuran Sinyal: Intensitas cahaya yang diterima oleh detektor berbanding lurus dengan jumlah dan ukuran partikel tersuspensi dalam air. Semakin banyak dan besar partikelnya, semakin banyak cahaya yang dihamburkan, sehingga sinyal yang diterima detektor semakin kuat.
  5. Konversi ke NTU: Sinyal yang diterima oleh detektor kemudian diolah oleh sirkuit elektronik di dalam alat. Alat ini telah dikalibrasi menggunakan larutan standar dengan kekeruhan yang diketahui (biasanya formazin) untuk mengkonversi intensitas sinyal menjadi nilai kekeruhan dalam satuan NTU.

Ada beberapa jenis alat pengukur kekeruhan, namun yang paling umum digunakan adalah alat yang menggunakan metode nephelometri (mengukur cahaya yang dihamburkan). Beberapa alat mungkin juga memiliki detektor sekunder untuk mengukur cahaya yang melewati sampel secara langsung (transmisi), yang dapat memberikan informasi tambahan tetapi metode nephelometri lebih umum untuk pengukuran standar.

Jenis-Jenis Alat Pengukur Kekeruhan

Alat pengukur kekeruhan air dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya dan portabilitasnya:

Pemilihan alat yang tepat sangat bergantung pada kebutuhan spesifik, akurasi yang dibutuhkan, lingkungan penggunaan, dan anggaran yang tersedia. Penggunaan alat pengukur kekeruhan air yang handal adalah investasi penting dalam menjaga kesehatan, lingkungan, dan efisiensi operasional yang bergantung pada kualitas air.

🏠 Homepage