Air laut, yang menutupi lebih dari 70% permukaan bumi, memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari air tawar, salah satunya adalah kandungan garam atau salinitasnya. Salinitas ini bukanlah nilai yang statis, melainkan dapat bervariasi tergantung pada banyak faktor, seperti kedalaman, kedekatan dengan sumber air tawar (sungai), tingkat penguapan, dan curah hujan. Memahami dan mengukur tingkat salinitas air laut menjadi sangat krusial dalam berbagai bidang, mulai dari penelitian ekosistem laut, perikanan, akuakultur, hingga proses industri seperti pembangkit listrik tenaga uap dan desalinasi.
Secara sederhana, salinitas adalah ukuran jumlah total garam terlarut dalam air. Garam-garam ini terutama terdiri dari natrium klorida (garam dapur), namun juga mencakup berbagai mineral lain seperti magnesium sulfat, kalsium sulfat, dan kalium klorida. Satuan yang umum digunakan untuk mengukur salinitas adalah per mil (‰) atau bagian per seribu (ppt), yang menunjukkan gram garam per kilogram air. Air laut rata-rata memiliki salinitas sekitar 35‰.
Mengapa pengukuran salinitas air laut begitu penting? Mari kita telaah beberapa alasannya:
Untuk mendapatkan data salinitas yang akurat, berbagai jenis alat pengukur telah dikembangkan. Pilihan alat yang tepat biasanya bergantung pada kebutuhan aplikasi, tingkat akurasi yang diinginkan, dan anggaran.
Refraktometer adalah salah satu alat yang paling umum digunakan, terutama di kalangan akuaris dan nelayan. Prinsip kerjanya didasarkan pada pengukuran indeks bias cahaya saat melewati larutan air. Semakin tinggi kandungan garam, semakin besar pembengkokan cahaya tersebut. Refraktometer biasanya ringkas, mudah digunakan, dan tidak memerlukan sumber daya listrik. Pengukuran dilakukan dengan meneteskan sampel air ke prisma alat, menutupnya, dan melihat skala yang terbentuk.
Alat ini mengukur kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik. Keberadaan ion-ion garam terlarut dalam air membuatnya konduktif. Semakin tinggi konsentrasi garam, semakin tinggi konduktivitas airnya. Konduktivitas meter sering kali lebih akurat daripada refraktometer dan dapat dikalibrasi. Banyak model modern yang dapat mengukur tidak hanya konduktivitas, tetapi juga langsung mengonversinya menjadi nilai salinitas (dalam ppt atau ‰) dan suhu.
TDS meter pada dasarnya bekerja dengan prinsip yang mirip dengan konduktivitas meter, yaitu mengukur jumlah total padatan terlarut (termasuk garam) dalam air. TDS meter seringkali lebih terjangkau dan mudah digunakan, meskipun tingkat akurasi salinitasnya mungkin tidak setinggi konduktivitas meter khusus yang dikalibrasi untuk salinitas.
Untuk aplikasi laboratorium yang membutuhkan tingkat presisi sangat tinggi, seperti analisis kimia yang detail, titrator otomatis mungkin digunakan. Metode ini melibatkan titrasi sampel air dengan larutan standar untuk menentukan konsentrasi ion tertentu, yang kemudian dapat digunakan untuk menghitung salinitas.
Dalam penelitian oseanografi atau pemantauan lingkungan jangka panjang, sensor salinitas yang terintegrasi dengan perangkat pengumpul data otomatis sering digunakan. Alat-alat ini dapat ditempatkan di dalam air selama periode waktu yang lama dan mengirimkan data secara nirkabel atau tersimpan untuk analisis kemudian. Sensor ini umumnya sangat akurat dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang keras.