Kilau Nostalgia: Alat Tulis Jaman 90an yang Tak Tergantikan

Bayangan masa sekolah yang penuh warna.

Era 90-an adalah masa keemasan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Sebelum gempuran era digital sepenuhnya mengambil alih, alat tulis memiliki peran sentral yang sangat personal. Bagi banyak generasi yang tumbuh di dekade tersebut, menyentuh, mencium aroma, atau bahkan hanya melihat tumpukan alat tulis di meja belajar dapat memicu gelombang nostalgia yang kuat. Alat tulis bukan sekadar instrumen menulis; mereka adalah simbol status, ekspresi diri, dan tentu saja, teman setia dalam menaklukkan PR dan ulangan harian.

Pesona Tinta dan Plastik Keras

Ingatkah Anda dengan sensasi ketika membuka bungkus pensil mekanik baru? Berbeda dengan dominasi ponsel pintar saat ini, kreativitas dalam mencatat dan menggambar sangat bergantung pada kualitas dan bentuk fisik alat tulis yang kita miliki. Pensil 2B adalah standar emas untuk ujian, namun pensil warna dengan ujung kayu yang harus diraut menggunakan rautan khusus adalah ritual yang tak terlupakan. Meraut pensil hingga serutan kayunya berjatuhan di lantai adalah momen meditasi singkat di sela-sela pelajaran Matematika.

Kemudian, ada pulpen. Di era 90-an, persaingan bukan lagi soal sensitivitas layar, melainkan ketebalan garis dan kehalusan tinta. Pulpen Snowman atau Pilot V5 yang tintanya biru atau hitam pekat adalah dambaan setiap siswa. Bagi yang ingin tampil lebih gaya, pulpen gel berwarna-warni mulai meramaikan pasar, seringkali dengan desain badan yang unik—ada yang bentuknya seperti karakter kartun, ada pula yang dilengkapi dengan penghapus mini yang jarang berfungsi sebagaimana mestinya.

Stiker dan Penghapus Wangi: Koleksi Berharga

Dunia alat tulis 90-an tidak lengkap tanpa aksesori pelengkap. Penghapus (tipex) padat yang berbentuk balok tebal, yang kadang menyisakan serbuk putih berantakan di buku, adalah penyelamat saat terjadi kesalahan fatal. Namun, yang paling ikonik mungkin adalah penghapus beraroma. Penghapus berbentuk buah-buahan, karakter animasi, atau bahkan makanan ringan yang mengeluarkan aroma manis ketika digesekkan adalah benda yang seringkali lebih sayang untuk digunakan daripada dipakai menghapus. Banyak siswa memilih menyimpan koleksi penghapus ini, memajangnya di meja sebagai bukti kekayaan koleksi.

Belum lagi soal tempatnya: tempat pensil kaleng. Tempat pensil ini seringkali memiliki desain yang mencolok, baik gambar band rock yang sedang populer saat itu, pemandangan alam, atau karakter anime yang baru mulai digemari. Berbeda dengan kantung kain yang fleksibel, tempat pensil kaleng memberikan kesan kokoh dan ‘dewasa’ pada bawaan sekolah kita. Jika buku catatan adalah kanvas, maka tempat pensil kaleng adalah peti harta karun yang menjaganya.

Warna-warni Penggaris dan Stabillo

Untuk mata pelajaran Geometri atau Gambar Teknik, penggaris menjadi elemen penting. Penggaris plastik bening standar seringkali digantikan dengan set penggaris berbentuk aneh—set yang berisi busur derajat besar, segitiga siku-siku, dan penggaris lengkung (mistar skala). Alat-alat ini seringkali memiliki lapisan warna gradasi di tepiannya yang memantulkan cahaya dengan indah.

Dan bagaimana kita bisa melupakan stabilo? Stabilo di tahun 90-an identik dengan stabilo merek Faber-Castell dengan ujung pahatnya yang khas. Menandai poin-poin penting dalam buku paket atau catatan kuliah adalah seni tersendiri. Teknik yang benar adalah memastikan warna stabilo tidak terlalu tebal hingga tinta tembus ke halaman belakang, sebuah tantangan teknis yang dihadapi setiap siswa teladan.

Alat tulis jaman 90an mengajarkan kita tentang apresiasi terhadap benda fisik. Setiap goresan, setiap warna, dan setiap bentuk memiliki tekstur dan cerita. Kini, meskipun kita terbiasa mengetik cepat di layar digital, kenangan akan aroma pensil grafit dan suara ‘klik’ penutup tempat pensil kaleng tetap menjadi soundtrack abadi masa sekolah kita.

Kenangan Lain yang Melekat:

🏠 Homepage