Siapa yang tak kenal ST12? Grup musik yang namanya begitu melambung di awal tahun 2000-an ini telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah musik Indonesia. Dengan ciri khas musik pop melayu yang romantis dan lirik yang dekat dengan kehidupan anak muda, ST12 berhasil mencuri hati jutaan pendengar di seluruh Tanah Air. Melalui berbagai album yang dirilisnya, mereka tidak hanya menyajikan hiburan, tetapi juga menjadi soundtrack bagi kisah cinta, persahabatan, dan mimpi banyak orang. Artikel ini akan membawa Anda kembali bernostalgia, mengulas perjalanan bermusik ST12 melalui deretan album-album ikoniknya.
ST12, yang digawangi oleh Charlie Van Houten (vokal, gitar), Pepeng (gitar), dan Pepep (drum), memulai debutnya di industri musik Indonesia dengan merilis album perdana yang bertajuk "D'Academy" pada tahun 2005. Album ini langsung mencuri perhatian dengan single andalannya, "Rasa Yang Tertinggal". Lagu ini menjadi fenomena, memuncaki berbagai tangga lagu radio dan menjadi hits di berbagai acara televisi. Kesuksesan "Rasa Yang Tertinggal" menjadi modal besar bagi ST12 untuk terus berkarya.
Setahun berselang, ST12 kembali merilis album yang tak kalah fenomenal, yaitu "Puspa" di tahun 2006. Album ini semakin memperkuat identitas musik pop melayu ST12 dengan sentuhan lirik yang puitis dan melodi yang mudah diingat. Single andalan dari album ini, "Puspa", menjadi lagu wajib di berbagai acara dan tak jarang dinyanyikan secara akustik oleh para penggemarnya. Lagu-lagu lain seperti "Ayahku Hebat" dan "Senyum" juga mendapat sambutan hangat, menunjukkan kedalaman musikalitas ST12 dalam menyentuh berbagai aspek kehidupan.
Memasuki tahun 2008, ST12 kembali mengguncang blantika musik Indonesia dengan album "Setiaku". Album ini membuktikan bahwa ST12 bukanlah sekadar one-hit wonder. Masih dengan formula pop melayu yang memikat, album "Setiaku" menghadirkan lagu-lagu yang menjadi favorit baru, salah satunya adalah "Jangan Pernah Berubah". Lagu ini memiliki nuansa yang sedikit berbeda, namun tetap mempertahankan ciri khas ST12 yang menyentuh hati. Melalui album ini, mereka semakin menegaskan posisinya sebagai salah satu grup musik terpopuler di Indonesia.
Perjalanan ST12 terus berlanjut dengan album-album berikutnya, seperti "Aku Tetap Sayang" (2009) dan berbagai kompilasi serta album live. Setiap album membawa warna dan cerita tersendiri, namun benang merah musik pop melayu yang romantis dan lirik yang lugas selalu konsisten hadir. Lagu-lagu seperti "Aku Tetap Sayang", "Biarlah", dan "Saat Terakhir" menjadi bukti bahwa ST12 memiliki kemampuan untuk terus menghasilkan karya yang relevan dan disukai oleh berbagai kalangan usia.
Meskipun formasi band sempat mengalami perubahan seiring waktu, warisan musik ST12 tetap hidup. Lagu-lagu mereka terus diputar, dicover oleh musisi lain, dan menjadi bagian dari kenangan manis bagi banyak orang. Kemampuan ST12 dalam menciptakan lagu-lagu yang abadi menjadi bukti kejeniusan musikalitas mereka. Mereka berhasil menciptakan identitas yang kuat dalam genre pop melayu, menjadikannya lebih modern dan dapat diterima oleh generasi muda.
Lebih dari sekadar koleksi lagu, album-album ST12 adalah jendela nostalgia. Mengingat kembali masa-masa muda, momen-momen penting dalam hidup, atau sekadar teringat akan perasaan yang pernah dirasakan. Suara khas Charlie Van Houten yang merdu, permainan gitar Pepeng yang melodius, dan beat drum Pepep yang solid, semuanya berpadu menciptakan harmoni yang khas ST12.
ST12 bukan hanya sekadar grup musik, mereka adalah legenda yang karyanya akan terus dikenang. Album-album mereka menjadi saksi bisu perkembangan musik Indonesia dan memberikan warna tersendiri yang tak akan terlupakan. Bagi penggemar setia, mendengarkan kembali lagu-lagu ST12 adalah sebuah perjalanan kembali ke masa lalu yang penuh kenangan manis.