Mendengar kata "alergi", mungkin yang terlintas adalah serbuk sari, debu, atau bulu binatang. Namun, tahukah Anda bahwa sebagian orang bisa mengalami reaksi alergi terhadap sesuatu yang sangat umum seperti air hujan? Fenomena ini dikenal sebagai alergi air hujan atau dalam istilah medisnya, aquagenic urticaria. Meskipun jarang terjadi, kondisi ini dapat memberikan ketidaknyamanan yang signifikan bagi penderitanya setiap kali hujan turun.
Alergi air hujan adalah kondisi langka di mana kulit bereaksi negatif saat bersentuhan dengan air, terlepas dari suhu atau sumbernya. Reaksi ini tidak disebabkan oleh air itu sendiri dalam arti murni H2O, melainkan lebih kepada komponen lain yang larut dalam air hujan atau bagaimana air berinteraksi dengan komponen alami kulit. Penderitanya akan mengalami ruam, gatal, dan rasa terbakar pada kulit dalam hitungan menit setelah terpapar air.
Mekanisme pasti di balik aquagenic urticaria masih menjadi subjek penelitian. Salah satu teori yang paling umum adalah bahwa air menyebabkan pelepasan histamin atau zat kimia lain dari sel-sel kulit yang disebut sel mast. Histamin inilah yang kemudian memicu gejala alergi seperti gatal dan kemerahan. Teori lain menyebutkan bahwa air hujan mungkin mengandung polutan atau bahan kimia tertentu yang mengiritasi kulit, atau bahkan air tersebut berinteraksi dengan sebum (minyak alami kulit) dan menciptakan zat yang memicu reaksi.
Gejala alergi air hujan umumnya muncul dengan cepat setelah kulit bersentuhan dengan air. Berikut adalah gejala yang paling umum dialami:
Area tubuh yang paling sering terkena adalah wajah, leher, dan lengan, karena area ini paling rentan terpapar langsung dengan air hujan. Gejala biasanya berlangsung selama 30 hingga 60 menit setelah kontak dengan air dihentikan, namun pada beberapa kasus, bisa bertahan lebih lama. Penting untuk dicatat bahwa alergi air hujan berbeda dengan reaksi alergi terhadap dingin (cold urticaria) yang juga bisa dipicu oleh air dingin.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, penyebab pasti dari aquagenic urticaria belum sepenuhnya dipahami. Namun, beberapa faktor yang diduga berkontribusi meliputi:
Air hujan bisa saja melarutkan berbagai partikel dari udara, seperti polutan, debu, atau senyawa kimia lain yang dapat mengiritasi kulit sensitif.
Air dapat berinteraksi dengan minyak alami pada permukaan kulit (sebum) dan membentuk suatu senyawa yang memicu pelepasan histamin.
Ada kemungkinan faktor genetik berperan, meskipun belum ada bukti kuat yang mengaitkan secara langsung.
Dalam beberapa kasus yang sangat jarang, alergi air hujan dilaporkan muncul bersamaan dengan kondisi medis lain seperti gangguan hormon atau penyakit tertentu.
Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan alergi air hujan secara permanen, ada beberapa cara untuk mengelola dan mengurangi gejalanya:
Cara paling efektif adalah dengan menghindari kontak langsung dengan air hujan sebisa mungkin. Gunakan payung, jas hujan, atau segera berteduh saat hujan turun.
Dokter mungkin meresepkan obat antihistamin, baik oral maupun topikal, untuk mengurangi rasa gatal dan pembengkakan. Antihistamin bekerja dengan memblokir efek histamin yang dilepaskan oleh tubuh.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan krim atau salep pelindung yang mengandung barrier seperti petroleum jelly atau krim berbasis silikon dapat membantu mencegah air menembus lapisan kulit terluar. Oleskan pada area kulit yang rentan sebelum terpapar air.
Dalam kasus yang parah, dokter mungkin merekomendasikan terapi sinar ultraviolet (PUVA therapy), yang telah terbukti efektif mengurangi gejala aquagenic urticaria pada beberapa pasien.
Meskipun terdengar paradoks, memastikan tubuh terhidrasi dengan baik dari dalam sangat penting. Dehidrasi dapat memperburuk kondisi kulit. Minumlah air yang cukup, namun hindari kontak eksternal dengan air dalam jumlah banyak jika tidak perlu.
Jika Anda mencurigai diri Anda atau orang terdekat mengalami alergi air hujan, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit. Diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai akan membantu meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Meskipun hujan mungkin membawa keceriaan bagi banyak orang, bagi penderita alergi air hujan, ia bisa menjadi sumber ketidaknyamanan yang tak terduga.