QS An Nisa Ayat 20: Fondasi Keadilan dalam Urusan Harta dan Warisan

Keadilan Ilahi

Ilustrasi visual yang melambangkan fondasi keadilan dan keseimbangan dalam distribusi.

Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang memberikan panduan komprehensif mengenai berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satunya adalah Surah An-Nisa, yang secara khusus membahas berbagai permasalahan yang berkaitan dengan perempuan, keluarga, dan masyarakat. Di antara ayat-ayat penting dalam surah ini, terdapat QS An Nisa ayat 20 yang memiliki kedalaman makna luar biasa, terutama terkait dengan urusan harta, warisan, dan prinsip keadilan yang harus ditegakkan.

Teks dan Terjemahan QS An Nisa Ayat 20

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu."

Perlu dicatat, seringkali ada kesalahpahaman dalam mengutip atau mengaitkan nomor ayat. Ayat yang sebenarnya membahas prinsip keadilan dalam urusan harta dan warisan setelah kematian adalah QS An Nisa ayat 11 hingga 12, yang secara rinci menjelaskan pembagian warisan. Namun, jika kita merujuk pada QS An Nisa ayat 20, makna yang terkandung di dalamnya tetap sangat relevan dan fundamental untuk membangun masyarakat yang adil. Ayat ini memberikan perintah umum kepada seluruh umat manusia untuk mengonsumsi makanan yang halal dan baik, serta menjauhi segala bentuk godaan setan yang menjerumuskan pada perbuatan tercela.

Memahami Makna Halal dan Tayyib

Perintah untuk memakan "halalan thayyiban" bukan sekadar perintah makan. Kata "halal" merujuk pada segala sesuatu yang diperbolehkan oleh syariat Islam. Ini mencakup sumber pendapatan, cara memperoleh harta, serta jenis makanan dan minuman itu sendiri. Segala sesuatu yang haram secara syariat wajib ditinggalkan.

Sementara itu, kata "thayyib" memiliki makna yang lebih luas lagi, yaitu baik, bersih, sehat, dan bermanfaat. Makanan atau harta yang "thayyib" adalah yang tidak hanya halal, tetapi juga memiliki kualitas baik, tidak membahayakan kesehatan, dan tidak menimbulkan mudarat bagi diri sendiri maupun orang lain. Jadi, mengonsumsi makanan yang halal lagi baik berarti kita tidak hanya patuh pada aturan agama, tetapi juga menjaga kesehatan jasmani dan rohani, serta berkontribusi pada kebaikan lingkungan.

Menjauhi Langkah-langkah Setan

Ayat ini juga secara tegas memperingatkan kita untuk tidak mengikuti "khutuwat al-syaitan" atau langkah-langkah setan. Setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Ia senantiasa berusaha menggoda dan menyesatkan manusia agar menjauh dari jalan kebaikan dan kebenaran. Mengikuti langkah-langkah setan bisa berarti tergoda untuk memperoleh harta dengan cara yang tidak halal, seperti riba, mencuri, menipu, berbuat curang, atau menggunakan harta untuk hal-hal yang merusak.

Dalam konteks yang lebih luas, menghindari langkah-langkah setan juga berarti menjaga diri dari segala bentuk keserakahan, ketidakadilan, dan kezaliman dalam pengelolaan harta. Setan seringkali membisikkan keraguan, iri hati, dan keinginan untuk menumpuk harta tanpa mempedulikan hak orang lain. Ini termasuk dalam urusan warisan, di mana prinsip keadilan harus ditegakkan agar tidak terjadi perselisihan dan kedzaliman.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Pesan dalam QS An Nisa ayat 20 tetap sangat relevan di era modern ini. Di tengah maraknya godaan konsumerisme dan gaya hidup mewah, manusia seringkali terlena dan lupa akan pentingnya mencari rezeki yang halal dan baik. Persaingan bisnis yang ketat kadang mendorong sebagian orang untuk melakukan praktik-praktik yang meragukan kehalalannya.

Memahami ayat ini menjadi pengingat fundamental bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya datang dari banyaknya harta, tetapi dari keberkahan yang terkandung di dalamnya. Harta yang diperoleh dengan cara yang diridhai Allah akan membawa ketenangan dan keberkahan, sedangkan harta yang didapat dari jalan yang haram justru akan mendatangkan musibah dan penyesalan di dunia maupun akhirat.

Oleh karena itu, setiap Muslim diperintahkan untuk senantiasa introspeksi diri, mengawasi setiap transaksi dan usaha yang dilakukan, serta memastikan semuanya sesuai dengan prinsip-prinsip syariat. Dengan memakan dan mengelola harta yang halal lagi baik, serta menjauhi segala tipu daya setan, kita sedang membangun fondasi pribadi yang kuat, keluarga yang harmonis, dan masyarakat yang adil dan sejahtera. Keadilan dalam urusan harta, sekecil apapun itu, adalah cerminan ketaatan kita kepada Allah dan manifestasi nilai-nilai luhur yang diajarkan dalam Al-Qur'an.

🏠 Homepage