Surah Ali Imran merupakan salah satu surah Madaniyah yang kaya akan kandungan makna dan ajaran mendalam bagi umat Islam. Di antara ayat-ayatnya yang memiliki arti penting, rentang ayat 130 hingga 140 menawarkan perspektif unik mengenai pentingnya menghindari riba, menjauhi kesyirikan, serta pentingnya menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Ayat-ayat ini tidak hanya memberikan peringatan keras terhadap praktik-praktik yang dilarang, tetapi juga memaparkan jalan menuju kesuksesan dunia dan akhirat melalui pendekatan yang benar dalam menjalani kehidupan.
Ayat 130 dari Surah Ali Imran secara tegas melarang praktik riba, yang secara umum dapat diartikan sebagai pengambilan keuntungan yang tidak sah atas harta orang lain. Dalam konteks ayat ini, larangan tersebut ditekankan dengan peringatan yang sangat keras. Dikatakan bahwa orang-orang yang memakan riba akan bangkit pada Hari Kiamat sebagaimana bangkitnya orang yang kemasukan setan karena kegilaannya. Ini menunjukkan betapa mengerikannya dampak dari praktik riba, tidak hanya bagi individu yang melakukannya, tetapi juga bagi tatanan sosial dan ekonomi.
Riba dapat merusak keseimbangan ekonomi, menciptakan kesenjangan sosial yang semakin lebar, dan mengikis rasa kepedulian antar sesama. Ketika keuntungan hanya berpihak pada satu pihak tanpa adanya kontribusi riil, maka hal tersebut akan menimbulkan kerugian pada pihak lain. Allah SWT menjanjikan balasan yang pedih bagi mereka yang terus menerus melakukan praktik ini, yang tercermin dalam ungkapan "disebabkan mereka berkata, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba". Pernyataan ini menunjukkan adanya kesalahpahaman atau bahkan penolakan terhadap ajaran Allah mengenai halal dan haram, yang berakar pada keinginan untuk mendapatkan keuntungan duniawi semata tanpa mempertimbangkan aturan ilahi.
Menyambung dari larangan riba, ayat-ayat selanjutnya mengajak kita untuk senantiasa bersyukur dan mengingat Allah SWT. Ayat 131 dan 132 mengingatkan bahwa kemudahan dan kesenangan duniawi yang diperoleh sebagian orang adalah ujian. Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir terhadap nikmat-Nya, yaitu orang-orang yang tidak mensyukuri karunia-Nya dan bahkan mengingkarinya. Sebaliknya, Allah memerintahkan untuk bertakwa kepada-Nya, agar kita mendapatkan rahmat-Nya.
Ayat-ayat ini mengajarkan pentingnya pandangan yang benar terhadap rezeki dan kemudahan hidup. Apa yang terlihat sebagai keberuntungan bisa jadi merupakan bentuk ujian untuk melihat sejauh mana kita bersyukur dan tetap taat kepada Allah. Kufur nikmat bukanlah sekadar tidak mengucapkan "Alhamdulillah", tetapi lebih dalam lagi, yaitu mengabaikan perintah Allah, menggunakan nikmat-Nya untuk kemaksiatan, atau merasa bahwa semua itu didapat dari usaha sendiri tanpa mengakui peran dan karunia-Nya. Dengan bertakwa, yaitu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, kita membuka pintu rahmat Allah yang luas.
Rentang ayat 133-136 Surah Ali Imran memberikan motivasi yang kuat bagi kaum beriman untuk senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan dan meraih ampunan serta surga Allah yang seluas langit dan bumi. Ayat-ayat ini menggambarkan ciri-ciri orang yang bertakwa, yaitu mereka yang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain, dan bersegera dalam melakukan kebaikan. Balasan bagi mereka adalah ampunan dosa dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, kekal di dalamnya. Ini adalah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.
Pesan dalam ayat-ayat ini sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesempatan untuk berbuat baik seringkali datang dalam berbagai bentuk, baik materi maupun non-materi. Sikap murah hati, kemampuan mengendalikan emosi, serta kemauan untuk memaafkan adalah kunci penting untuk meraih kedekatan dengan Allah dan mendapatkan balasan yang berlimpah. Ayat-ayat ini menantang kita untuk tidak hanya menjadi muslim yang pasif, tetapi menjadi muslim yang aktif, proaktif dalam kebaikan, dan selalu berorientasi pada tujuan akhirat.
Ayat 137-140 kemudian mengingatkan bahwa kehidupan dunia tidaklah mulus. Akan ada sunnah-sunnah Allah yang berlaku, yaitu pasti ada perbedaan keadaan, kemenangan dan kekalahan, kesenangan dan kesulitan. Allah akan menguji manusia untuk membedakan mana yang benar-benar beriman dan mana yang munafik. Maka, perintahnya adalah untuk tidak lemah dan tidak bersedih hati, karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang unggul (dalam keimanan dan pahala) jika mereka benar-benar beriman.
Pesan ini memberikan ketenangan batin saat menghadapi ujian. Kemenangan dan kekalahan, kemudahan dan kesulitan adalah bagian dari perjalanan hidup. Yang terpenting adalah bagaimana respons kita terhadap ujian tersebut. Jika kita tetap teguh beriman, bersabar, dan bertawakkal kepada Allah, maka kita akan menjadi pemenang sejati. Ayat-ayat ini mengajarkan pentingnya perspektif jangka panjang. Apa yang terlihat sebagai kegagalan di dunia ini bisa jadi merupakan batu loncatan menuju kesuksesan yang lebih besar di akhirat. Sikap tidak lemah dan tidak bersedih hati adalah manifestasi dari keyakinan yang kuat pada pertolongan dan rencana terbaik dari Allah SWT.
Rentang ayat 130-140 Surah Ali Imran memberikan panduan komprehensif bagi umat Islam untuk menjalani kehidupan yang diridhai Allah. Mulai dari larangan praktik ekonomi yang merusak seperti riba, pentingnya mensyukuri nikmat, motivasi untuk berlomba dalam kebaikan, hingga cara menghadapi ujian dan cobaan dengan sabar dan tawakkal. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran dalam ayat-ayat ini, diharapkan setiap muslim dapat meraih kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat, serta menjadi hamba Allah yang senantiasa dekat dengan-Nya.