Ayat ke-130 dari Surah Ali Imran merupakan salah satu ayat yang sarat akan makna dan memberikan panduan moral serta spiritual yang sangat penting bagi umat Islam. Ayat ini secara spesifik melarang praktik riba dan memerintahkan untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Pemahaman mendalam terhadap ayat ini tidak hanya memberikan kejelasan hukum, tetapi juga membuka jendela hikmah mengenai konsekuensi tindakan dan pentingnya menjaga kesucian rezeki serta hubungan dengan Sang Pencipta.
Inti dari ayat ini adalah penegasan larangan terhadap praktik riba. Riba, dalam konteks ekonomi Islam, merujuk pada penambahan atau pengambilan kelebihan dalam transaksi utang-piutang yang disyaratkan di awal. Allah SWT berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 130: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. Ali Imran: 130). Pelarangan ini bukan tanpa alasan. Praktik riba seringkali menimbulkan kesenjangan ekonomi yang semakin lebar, di mana pihak yang berpunya semakin kaya dengan mengorbankan pihak yang membutuhkan. Riba dapat mengikis empati, menciptakan ketidakadilan, dan bahkan mendorong perilaku eksploitatif yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang diajarkan dalam Islam.
Dengan melarang riba, Islam berupaya membangun sistem ekonomi yang berlandaskan pada keadilan, kebersamaan, dan keberkahan. Fokusnya adalah pada pertumbuhan ekonomi yang sehat melalui aktivitas produktif, perdagangan yang transparan, dan kerja sama yang saling menguntungkan, bukan pada akumulasi kekayaan semata yang bisa jadi berasal dari penderitaan orang lain. Larangan ini juga mengajarkan umat Islam untuk mencari rezeki yang halal dan thoyyib (baik), yang memberikan ketenangan jiwa dan keberkahan dalam hidup.
Bersamaan dengan larangan riba, ayat ini juga menyerukan perintah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Takwa adalah kesadaran diri yang mendalam akan keberadaan Allah, yang melahirkan kehati-hatian dalam setiap tindakan, ucapan, dan pikiran agar tidak melanggar perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa bukanlah sekadar ritual ibadah, melainkan sebuah sikap hidup yang menyeluruh, yang memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan sesama, mengelola hartanya, dan menjalani kehidupannya sehari-hari.
Mengapa takwa disebutkan bersamaan dengan larangan riba? Karena takwa adalah benteng terkuat untuk menjauhi segala bentuk kemaksiatan, termasuk praktik riba. Seseorang yang memiliki tingkat ketakwaan yang tinggi akan selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga diri dari perbuatan yang dilarang, sekecil apapun itu. Keberuntungan yang dijanjikan dalam ayat ini, "agar kamu beruntung," bukanlah sekadar keberuntungan duniawi semata, melainkan keberuntungan hakiki yang mencakup kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.
Ayat Ali Imran 130 memberikan beberapa pelajaran berharga bagi kita. Pertama, pentingnya integritas dalam mencari rezeki. Umat Muslim diingatkan untuk tidak tergiur dengan keuntungan cepat yang didapat dari cara-cara yang tidak halal, karena keberkahan sejati datang dari rezeki yang bersih. Kedua, kesadaran akan pentingnya keadilan ekonomi. Larangan riba secara implisit mengajarkan agar kita peduli terhadap kondisi ekonomi sesama dan tidak mengambil keuntungan dari kesulitan orang lain. Ketiga, takwa sebagai fondasi utama. Keberhasilan dalam menjauhi larangan dan menjalankan perintah Allah sangat bergantung pada kualitas takwa yang kita miliki.
Di era modern ini, di mana sistem keuangan global seringkali melibatkan mekanisme yang rumit, pemahaman terhadap prinsip-prinsip ekonomi Islam, termasuk larangan riba, menjadi semakin relevan. Dengan merenungkan ayat ini, kita diajak untuk terus mengoreksi diri, mengevaluasi cara kita mencari dan mengelola harta, serta memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT. Dengan demikian, kita dapat meraih keberuntungan sejati yang dijanjikan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. Ali Imran: 130)