Dalam Al-Qur'an, setiap ayat memiliki kedalaman makna yang luar biasa, mampu menjadi petunjuk, peringatan, dan sumber inspirasi bagi umat manusia. Salah satu ayat yang seringkali menjadi bahan renungan adalah Surah Ali Imran ayat ke-15. Ayat ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah jendela yang membuka pemahaman kita tentang hakikat dunia dan akhirat, serta pilihan-pilihan yang kita hadapi dalam menjalani kehidupan. Memahami dan meresapi pesan dalam Ali Imran 15 dapat membimbing kita menuju kehidupan yang lebih bermakna dan lurus.
Surah Ali Imran ayat 15 secara umum berbicara tentang perbandingan antara kenikmatan duniawi yang fana dengan balasan di akhirat yang abadi. Ayat ini menggambarkan betapa indahnya dunia di mata sebagian orang, dihiasi dengan berbagai kesenangan seperti wanita, anak-anak, harta benda yang melimpah, dan ternak yang banyak. Namun, di balik semua itu, terdapat peringatan bahwa semua itu hanyalah kesenangan sementara yang akan segera berlalu. Sebaliknya, di sisi Allah terdapat tempat kembali yang paling baik, yaitu surga, yang balasan dan kenikmatannya tidak ada tandingannya dan bersifat abadi bagi orang-orang yang bertakwa.
Pesan ini mengajak kita untuk senantiasa sadar akan sifat dunia yang sementara. Segala bentuk kesenangan duniawi, meskipun tampak begitu menarik dan memikat, sejatinya memiliki batas waktu. Harta yang dikumpulkan, kekuasaan yang digenggam, atau pujian yang diterima, semua akan sirna ketika ajal menjemput. Sebaliknya, amal saleh yang kita lakukan, keimanan yang kita jaga, dan ketakwaan yang kita pupuk akan menjadi bekal abadi yang membawa kita menuju kebahagiaan hakiki di akhirat kelak.
Ali Imran ayat 15 menempatkan kita pada sebuah persimpangan penting. Kita dihadapkan pada dua pilihan: terbuai oleh gemerlap dunia yang sementara atau mengutamakan persiapan untuk kehidupan abadi di akhirat. Penggambaran dunia sebagai "hiasan" menyiratkan bahwa ia bersifat sementara dan cenderung menipu jika dijadikan tujuan utama. Kenikmatan dunia yang seringkali memicu keserakahan, keangkuhan, dan kelalaian terhadap kewajiban spiritual, pada hakikatnya adalah ujian.
Ayat ini bukan berarti kita dilarang menikmati karunia dunia yang telah Allah berikan. Sebaliknya, ia mengajarkan kita untuk tidak menjadikan dunia sebagai orientasi utama hidup. Kunci dari ayat ini adalah bagaimana kita menempatkan dunia pada porsi yang semestinya, yaitu sebagai sarana untuk meraih keridaan Allah dan bekal menuju akhirat. Ketika kita mampu melihat dunia sebagai ladang amal, tempat beribadah, dan sarana untuk berbuat kebaikan, maka kita akan terhindar dari jebakan kenikmatan sesaat.
Fokus pada akhirat bukan berarti mengabaikan kehidupan di dunia. Sebaliknya, persiapan untuk akhirat justru akan memotivasi kita untuk melakukan yang terbaik di dunia. Orang yang berorientasi pada akhirat akan senantiasa berusaha untuk berbuat adil, jujur, menolong sesama, dan menjalankan perintah Allah. Kehidupan dunia yang dijalani dengan kesadaran akan akhirat akan menjadi lebih terarah, penuh makna, dan membawa berkah.
Untuk mengaplikasikan pesan Ali Imran ayat 15 dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa langkah yang bisa kita ambil. Pertama, tingkatkan kesadaran diri akan kefanaan dunia. Setiap kali merasakan keterikatan yang berlebihan pada harta, jabatan, atau pujian, ingatlah bahwa semua itu hanya sementara.
Kedua, perkuat ikatan dengan Allah melalui ibadah yang konsisten dan tulus. Shalat, dzikir, membaca Al-Qur'an, dan amalan-amalan sunnah lainnya adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan mendapatkan ketenangan hati.
Ketiga, jadikan amal saleh sebagai prioritas utama. Mulai dari hal-hal kecil seperti tersenyum, membantu orang tua, hingga kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat. Setiap kebaikan yang kita lakukan akan menjadi investasi berharga di akhirat.
Terakhir, terus menerus memohon perlindungan dan petunjuk Allah agar kita senantiasa dijaga dari godaan dunia dan dikuatkan untuk mengutamakan bekal akhirat. Renungan mendalam terhadap Ali Imran 15 adalah undangan untuk menjalani hidup dengan bijak, menyeimbangkan kebutuhan duniawi dengan persiapan spiritual, demi meraih kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat. Dengan memahami dan mengamalkan ayat ini, kita berupaya untuk menjadi hamba-Nya yang senantiasa mengingat tujuan akhir kehidupan.
Ayat yang dimaksud adalah:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Terjemahan menurut Kemenag RI: "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa yang diinginkannya, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup duniawi, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang terbaik (surga)."