Surah Ali Imran merupakan salah satu surah Madaniyah yang memiliki kedalaman makna dan ajaran yang sangat penting bagi umat Islam. Di dalam surah ini, terdapat ayat-ayat yang menceritakan kisah keluarga Imran, yang menjadi inspirasi penamaan surah ini. Salah satu ayat yang menarik perhatian dan sarat dengan hikmah adalah ayat ke-198. Ayat ini seringkali dirujuk dan dibahas karena mengandung pesan tentang bagaimana orang-orang bertakwa memandang kehidupan duniawi dan akhirat.
Ayat Ali Imran 198 berbunyi: "Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka memperoleh balasan baik berupa istana-istana yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. (Itulah) janji Allah yang sesungguhnya. Dan paling baik apa yang ada di sisi Allah adalah (balasan) bagi orang-orang yang berbakti." (QS. Ali Imran: 198)
Ayat ini memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai perbedaan pandangan antara orang-orang yang bertakwa dengan orang-orang yang lalai dalam urusan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Bagi orang-orang yang bertakwa, fokus utama mereka bukanlah kenikmatan dunia yang sementara, melainkan balasan abadi di akhirat yang dijanjikan oleh Allah. Mereka menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanyalah tempat persinggahan, sedangkan kehidupan akhirat adalah tujuan hakiki.
Pesan utama dari Ali Imran 198 adalah tentang keutamaan bertakwa dan orientasi kepada kehidupan akhirat. Orang-orang yang bertakwa digambarkan sebagai individu yang senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah SWT, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Ketakwaan inilah yang menjadi kunci utama untuk meraih kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.
Ayat ini secara eksplisit menyebutkan balasan yang sangat istimewa bagi orang-orang bertakwa: istana-istana yang indah dengan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya, dan mereka akan kekal di dalamnya. Deskripsi ini bukan hanya sekadar gambaran fisik, tetapi melambangkan puncak kenikmatan dan kesempurnaan yang hanya bisa didapatkan di surga. Kenikmatan duniawi, sekaya apapun, pasti akan sirna dan terbatas. Namun, kenikmatan surga bersifat abadi dan tanpa cela.
Orang yang bertakwa memiliki perspektif yang berbeda terhadap dunia. Mereka tidak terpukau oleh gemerlap harta, kekuasaan, atau kesenangan sesaat. Mereka memahami bahwa semua itu adalah ujian dan titipan dari Allah. Alih-alih menjadikannya tujuan akhir, mereka menggunakan dunia sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Harta digunakan untuk bersedekah, kekuasaan digunakan untuk menegakkan keadilan, dan kesenangan dunia digunakan untuk beribadah dan berbuat baik.
Bagi mereka, dunia adalah ladang amal untuk meraih kebaikan di akhirat. Setiap detik, setiap kesempatan, dimanfaatkan untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya. Perjalanan hidup mereka di dunia diwarnai dengan rasa syukur atas nikmat yang diberikan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan. Mereka tidak pernah terlena dengan kesuksesan duniawi, sebab mereka tahu bahwa ujian yang sesungguhnya adalah bagaimana menjaga hati agar tetap lurus dan takwa kepada Allah.
Frasa "(Itulah) janji Allah yang sesungguhnya" menegaskan bahwa apa yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa adalah kebenaran mutlak yang tidak akan pernah diingkarinya. Allah SWT Maha Benar dalam setiap firman-Nya. Janji surga dan kenikmatan abadi adalah sebuah kepastian bagi hamba-hamba-Nya yang senantiasa berusaha meraih ridha-Nya. Keyakinan akan janji Allah ini menjadi motivasi yang kuat bagi kaum mukminin untuk terus berjuang di jalan kebaikan, meskipun menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan.
Lebih lanjut, ayat ini ditutup dengan kalimat: "Dan paling baik apa yang ada di sisi Allah adalah (balasan) bagi orang-orang yang berbakti." Ini adalah penekanan yang luar biasa. Segala sesuatu yang ditawarkan oleh dunia, termasuk segala bentuk kenikmatan dan kesuksesan, jika dibandingkan dengan balasan di sisi Allah, sungguh tidak ada artinya. Keutamaan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang berbakti jauh melampaui apa pun yang bisa dibayangkan oleh akal manusia. Balasan di sisi Allah adalah kesempurnaan, keabadian, dan kebahagiaan yang hakiki.
Memahami Ali Imran 198 memberikan kita pelajaran berharga dalam menjalani kehidupan. Pertama, penting untuk senantiasa menjaga ketakwaan kita kepada Allah. Ini berarti senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Kedua, kita harus mengubah cara pandang kita terhadap dunia. Jangan sampai kita terperangkap dalam kesibukan duniawi hingga melupakan tujuan akhir kita, yaitu akhirat.
Ketiga, keyakinan pada janji Allah harus tertanam kuat dalam hati kita. Keyakinan ini akan memberikan kekuatan untuk tetap konsisten dalam berbuat baik dan bersabar dalam menghadapi cobaan. Terakhir, mari kita terus berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirot) karena balasan terbaik sesungguhnya adalah apa yang ada di sisi Allah SWT. Dengan renungan mendalam terhadap Ali Imran 198, semoga kita senantiasa dimampukan untuk menjadi hamba-Nya yang bertakwa dan meraih kebahagiaan abadi di akhirat kelak.