Surah Ali Imran adalah salah satu surah Madaniyah yang sarat akan ajaran dan hikmah bagi umat Islam. Di dalamnya, Allah SWT menyajikan berbagai kisah nabi, penegasan akidah, serta tuntunan hidup. Di antara ayat-ayat yang penuh makna tersebut, terdapat rangkaian ayat Ali Imran 41-45 yang menawarkan pelajaran berharga mengenai kebesaran Allah, kekuasaan-Nya, serta janji kemuliaan bagi hamba-hamba-Nya yang taat. Ayat-ayat ini menjadi pengingat kuat untuk selalu menyandarkan diri kepada Sang Pencipta dan meneladani para nabi-Nya.
Ayat Ali Imran 41 memulai rangkaian ini dengan kisah Nabi Zakariya AS. Beliau memanjatkan doa yang tulus kepada Allah SWT dalam kerendahan hati. Doanya bukanlah sekadar permintaan biasa, melainkan permohonan yang disertai dengan kesadaran akan kelemahan diri dan kebutuhan mutlak akan pertolongan Allah. Beliau berdoa agar diberikan keturunan yang saleh, yang akan menjadi penerus perjuangan dakwahnya.
"Maka malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri di dalam mihrab, melakukan shalat. '(Dengar!) Sesungguhnya Allah menggembirakan engkau dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan kalimat dari Allah, menjadi pemimpin, menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang nabi dari kalangan orang-orang saleh.'" (QS. Ali Imran: 39 - *Teks asli dari terjemahan ayat tersebut, untuk konteks renungan*)
Renungan dari kisah ini mengajarkan kita pentingnya memiliki keyakinan yang teguh pada kebesaran Allah dalam setiap permohonan. Doa yang tulus, diiringi usaha dan kepasrahan, adalah senjata utama seorang mukmin. Allah tidak pernah mengabaikan doa hamba-Nya, terlebih jika doa itu mengandung niat yang baik dan berorientasi pada kebaikan umat.
Selanjutnya, Ali Imran 42 hingga Ali Imran 45 menggambarkan bagaimana Allah mengabulkan doa Nabi Zakariya dengan cara yang luar biasa. Malaikat Jibril menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran Yahya (Yohanes Pembaptis), seorang anak yang akan menjadi nabi, pemegang teguh kalimat Allah, serta sosok yang suci dan mulia. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mampu memberikan karunia yang melampaui akal manusia, bahkan kepada orang tua yang sudah lanjut usia.
"Zakariya berkata, 'Wahai Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal aku telah mencapai usia lanjut dan istriku pun seorang yang mandul?' Allah berfirman, 'Demikianlah, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.'" (QS. Ali Imran: 40 - *Teks asli dari terjemahan ayat tersebut, untuk konteks renungan*)
Dalam ayat-ayat berikutnya, Allah menegaskan kembali kemahakuasaan-Nya dan bagaimana para malaikat menyampaikan perintah-Nya. Kehidupan Nabi Zakariya dan keluarganya merupakan cerminan dari ketaatan yang paripurna kepada Allah. Mereka senantiasa beribadah, mensyukuri nikmat, dan menjaga kesucian diri.
Rangkaian Ali Imran 41-45 ini juga menekankan pentingnya meneladani para nabi. Mereka adalah manusia pilihan yang telah Allah uji dan muliakan. Kisah mereka bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan peta jalan bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Ketaatan mereka dalam menjalankan perintah Allah, kesabaran mereka dalam menghadapi cobaan, serta keteguhan mereka dalam menyampaikan kebenaran adalah contoh yang patut kita ikuti.
"Dan (ingatlah) ketika malaikat berkata, 'Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilih engkau dan menyucikan engkau (dari segala dosa) dan melebihkan engkau atas sekalian wanita di dunia (pada masanya).'" (QS. Ali Imran: 42 - *Teks asli dari terjemahan ayat tersebut, untuk konteks renungan*)
Ayat-ayat ini secara implisit menyampaikan janji Allah bahwa siapa saja yang meneladani para nabi dalam keimanan, ketaatan, dan kesalehan, niscaya akan mendapatkan kemuliaan dan kesuksesan. Allah menjanjikan pertolongan, perlindungan, dan pahala yang berlipat ganda bagi hamba-Nya yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam era modern yang penuh tantangan ini, ayat-ayat Ali Imran 41-45 memberikan inspirasi yang sangat relevan. Kita diingatkan untuk tidak pernah menyerah dalam memohon kepada Allah, betapapun sulitnya situasi yang dihadapi. Ingatlah bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Selain itu, kita diajak untuk terus berusaha meningkatkan kualitas diri, baik dalam ibadah maupun dalam muamalah (hubungan antar manusia).
Menjadikan para nabi sebagai teladan berarti kita berusaha meniru akhlak mulia mereka, kesabaran mereka, dan keteguhan mereka dalam memegang prinsip kebenaran. Ini juga berarti kita senantiasa menjaga kesucian diri dari dosa dan maksiat, sebagaimana yang telah Allah karuniakan kepada Maryam dan para nabi lainnya. Dengan berpegang teguh pada ajaran Allah dan meneladani para utusan-Nya, kita dapat meraih kebahagiaan sejati, di dunia maupun di akhirat. Surah Ali Imran, khususnya pada ayat Ali Imran 41-45, adalah mercusuar keimanan yang senantiasa menerangi jalan kita menuju keridhaan Allah SWT.