Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang keesaan Allah, kekuasaan-Nya, dan bagaimana Dia senantiasa melindungi hamba-Nya yang beriman. Di antara ayat-ayat tersebut, Surah Ali Imran ayat 50 dan 51 memegang peranan penting dalam menanamkan keyakinan dan ketenangan jiwa bagi setiap mukmin. Ayat-ayat ini tidak hanya memberikan petunjuk tentang sifat-sifat Allah, tetapi juga menegaskan bahwa hanya kepada-Nya kita harus bergantung sepenuhnya.
Surah Ali Imran ayat 50 diawali dengan firman Allah SWT:
"Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada hawariyyin (sahabat-sahabat Isa) agar mereka beriman kepada-Ku dan kepada rasul-Ku. Mereka menjawab, 'Kami beriman dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang Muslim.'" (QS. Ali Imran: 50)
Ayat ini menceritakan tentang bagaimana Allah memberikan ilham kepada para sahabat Nabi Isa Al-Masih 'alaihissalam, yang dikenal sebagai Hawariyyin. Mereka adalah orang-orang pilihan yang diperintahkan untuk beriman kepada Allah dan kepada rasul-Nya. Respons mereka menunjukkan ketundukan dan keislaman yang tulus. Mereka tidak hanya beriman secara lisan, tetapi juga bersaksi dan menyatakan diri sebagai Muslim. Ini adalah contoh nyata bagaimana keimanan yang murni mendorong seseorang untuk tunduk sepenuhnya kepada kehendak Allah dan mengakui kerasulan para utusan-Nya.
Penekanan pada "Muslim" di sini sangatlah signifikan. Muslim adalah orang yang berserah diri kepada Allah. Dengan menyatakan diri sebagai Muslim, Hawariyyin menegaskan komitmen mereka untuk hidup sesuai dengan ajaran Allah dan ajaran rasul-Nya. Ayat ini juga memperlihatkan bahwa para nabi, termasuk Nabi Isa, senantiasa menjadi bagian dari rantai kenabian yang membawa risalah tauhid (keesaan Allah).
Melanjutkan penegasan kebesaran-Nya, Surah Ali Imran ayat 51 berfirman:
" (Ingatlah), ketika orang-orang kafir (kaum Yahudi) berkata, 'Muhammad tidaklah diutus (menjadi rasul), melainkan karena sihir dan ia menyusunnya sendiri; padahal ia belum pernah melihat orang yang pandai sihir sebelumnya.' Atau (mereka berkata), 'Dia seorang penyair; atau dia menyusun Al-Qur'an sendiri.' Katakanlah (wahai Muhammad), 'Jika demikian, datangkanlah sepuluh surat (seumpamanya) yang dibuat-buat (seperti Al-Qur'an), dan ajaklah siapa saja yang kamu sangka dapat menolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.'" (QS. Ali Imran: 51)
Ayat ini menyoroti penolakan dan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang kafir, khususnya kaum Yahudi pada masa itu, terhadap Nabi Muhammad SAW dan risalah Al-Qur'an. Mereka menuduh Al-Qur'an adalah sihir, buatan Nabi sendiri, atau bahkan dianggap sebagai karya penyair. Tuduhan-tuduhan ini dilancarkan untuk mendiskreditkan kenabian Muhammad dan keagungan Al-Qur'an.
Namun, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menjawab tantangan mereka dengan tegas. Perintah untuk mendatangkan sepuluh surat seumpamanya dan mengajak siapa saja selain Allah untuk menolong menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah mukjizat yang tidak mungkin ditiru oleh manusia, sehebat apapun kemampuan mereka. Ini adalah bukti kebenaran Al-Qur'an yang berasal langsung dari Allah SWT.
Lebih dari itu, ayat ini secara implisit menunjukkan perlindungan Allah kepada Nabi-Nya. Meskipun dihadapkan pada penolakan dan fitnah, Allah senantiasa membela dan menunjukkan kebenaran risalah-Nya. Bagi seorang mukmin, ayat ini memberikan pelajaran penting tentang bagaimana Allah adalah Pelindung terbaik. Ketika kita menghadapi ujian, tantangan, atau tuduhan yang tidak adil, kita diingatkan untuk tidak bersandar pada kekuatan manusia semata, melainkan kembali kepada Allah SWT.
Surah Ali Imran ayat 50 dan 51 memberikan beberapa pelajaran berharga:
Dengan memahami dan merenungkan Surah Ali Imran ayat 50 dan 51, seorang mukmin dapat mempertebal keimanannya, menemukan ketenangan dalam menghadapi cobaan, dan senantiasa menjadikan Allah sebagai pusat segala harapan dan perlindungan.