Dalam Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang mengandung makna mendalam dan hikmah luar biasa. Salah satunya adalah rangkaian ayat 84 hingga 85 dari Surah Ali Imran. Ayat-ayat ini bukan sekadar narasi sejarah, melainkan sebuah pelajaran berharga tentang ketauhidan, pengakuan para nabi terhadap kekuasaan Allah, dan hakikat doa yang tulus.
Ayat 84 Surah Ali Imran berbunyi:
"Maka mengapa mereka mencari agama yang selain agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada Allahlah mereka akan dikembalikan."
Ayat ini menegaskan prinsip fundamental Islam, yaitu tauhid (keesaan Allah). Allah adalah Pencipta dan Penguasa tunggal atas segala sesuatu di alam semesta. Segala sesuatu, baik makhluk yang taat maupun yang membangkang, pada akhirnya tunduk pada kehendak dan ketetapan-Nya. Pertanyaan retoris "maka mengapa mereka mencari agama yang selain agama Allah" menyiratkan keheranan atas tindakan manusia yang berpaling dari Tuhan Sang Pencipta untuk mengikuti tatanan atau keyakinan lain.
Kemudian, ayat 85 melanjutkan dengan firman-Nya:
"Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."
Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa satu-satunya agama yang diterima di sisi Allah adalah Islam, yaitu agama yang berserah diri sepenuhnya kepada-Nya. Barangsiapa yang mencari jalan hidup, keyakinan, atau tatanan selain yang diajarkan oleh para nabi dan rasul sebagai utusan Allah, maka amalan dan usahanya tersebut akan sia-sia di hadapan-Nya. Konsekuensi dari penolakan ini adalah kerugian besar di kehidupan akhirat.
Dua ayat ini seringkali dihubungkan dengan kisah para nabi dan kaum mereka. Pesan utamanya adalah bahwa seluruh nabi, mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW, memiliki risalah yang sama: mengajak manusia untuk menyembah Allah semata dan menjauhi segala bentuk kemusyrikan atau penyimpangan dari ajaran-Nya. Mereka semua berserah diri kepada Allah dan mengajak umatnya untuk melakukan hal yang sama.
Pentingnya ayat ini terletak pada penekanannya terhadap kebenaran tunggal ajaran Islam. Dalam konteks sejarah para nabi, seringkali muncul berbagai aliran kepercayaan atau ajaran yang menyimpang dari ajaran asli para utusan Allah. Ayat ini menjadi pengingat bahwa Allah Maha Mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Pengakuan para nabi yang tertulis dalam ayat ini adalah bukti nyata dari kesatuan ajaran para rasul sepanjang sejarah.
Lebih lanjut, ayat ini juga mengajarkan tentang keutamaan sikap berserah diri (tawakkal) dan kepatuhan (taslim) kepada Allah. Kehidupan seorang mukmin sejati adalah kehidupan yang senantiasa berusaha untuk menyelaraskan kehendaknya dengan kehendak Allah. Hal ini bukan berarti hilangnya kebebasan memilih, melainkan kebebasan yang terarah pada kebaikan dan ridha Allah.
Meskipun ayat 84-85 tidak secara eksplisit menyebutkan tentang doa dalam bentuk permohonan, namun penekanan pada berserah diri kepada Allah adalah inti dari ibadah, termasuk doa. Para nabi adalah teladan terbaik dalam berdoa. Doa mereka selalu dilandasi keimanan yang kokoh, ketulusan hati, dan pengakuan penuh atas kekuasaan Allah.
Dalam ayat lain di Surah Ali Imran (misalnya ayat 191-194), Allah mengisahkan tentang para Ulul Albab (orang-orang yang berakal) yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring. Mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi seraya berdoa:
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali Imran: 191)
Doa seperti inilah yang diajarkan oleh para nabi dan dicontohkan oleh orang-orang yang beriman. Doa yang lahir dari kesadaran akan keagungan Allah dan kerendahan diri di hadapan-Nya. Doa yang bukan sekadar meminta, tetapi juga mengandung pujian, pengakuan, dan permohonan perlindungan dari azab-Nya.
Oleh karena itu, memahami Surah Ali Imran ayat 84-85 memberikan kita perspektif yang lebih luas tentang hakikat kebenaran agama dan pentingnya menjaga kemurnian tauhid. Serta, mengilhami kita untuk senantiasa memanjatkan doa yang tulus, yang bersumber dari keimanan mendalam, seperti yang dicontohkan oleh para nabi Allah.
Mengimani Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, serta mengikuti petunjuk-Nya yang dibawa oleh para rasul, adalah jalan keselamatan yang hakiki. Kerugian di akhirat adalah konsekuensi yang berat bagi mereka yang menolak kebenaran ini. Marilah kita jadikan ayat-ayat ini sebagai pengingat untuk terus memperdalam pemahaman agama, memperkuat keimanan, dan menghiasi diri dengan doa-doa yang mustajab.
Memilih agama yang benar adalah pilihan terpenting dalam hidup. Surah Ali Imran 84-85 mengingatkan kita untuk tidak tersesat dalam keragaman ajaran, melainkan berpegang teguh pada agama yang telah Allah ridhai. Dengan berserah diri sepenuhnya dan memohon pertolongan-Nya melalui doa, kita berharap dapat meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.