Ilustrasi visual yang merefleksikan keberagaman perspektif.
Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang mengajarkan tentang kebenaran, keadilan, dan sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang Muslim. Salah satu ayat yang seringkali menjadi titik renungan adalah ayat ke-85 dari Surah Ali Imran. Ayat ini secara spesifik membahas tentang penerimaan Islam sebagai agama yang murni dan konsekuensi bagi mereka yang menolak kebenaran setelah mengetahuinya. Konteks turunnya ayat ini berkaitan dengan pertanyaan dan keraguan dari sebagian ahli kitab yang mengklaim beriman kepada sebagian kitab Allah namun menolak sebagian yang lain, serta sikap mereka yang berpegang pada warisan nenek moyang mereka.
Ayat Ali Imran 85 secara tegas menyatakan, "Barangsiapa mencari agama selain Islam, sekali-kali tidak akan diterima dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Ali Imran: 85). Kalimat ini memiliki bobot makna yang sangat kuat. Kata "Islam" sendiri berasal dari akar kata "salima" yang berarti selamat, damai, dan tunduk. Dalam konteks keagamaan, Islam adalah penyerahan diri secara total kepada Allah SWT sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul, yang puncaknya adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Inti dari ayat ini adalah penegasan bahwa tidak ada agama yang diridhai oleh Allah selain Islam. Penolakan terhadap kebenaran yang telah disampaikan, terutama setelah adanya bukti yang jelas, akan berujung pada kerugian yang hakiki, yaitu kerugian di akhirat. Kerugian di akhirat ini mencakup hilangnya kesempatan untuk mendapatkan surga dan justru terjerumus ke dalam siksa neraka. Ayat ini menjadi peringatan keras bagi siapa saja yang memilih untuk berpaling dari jalan kebenaran, entah karena kesombongan, hawa nafsu, atau fanatisme buta terhadap tradisi lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan ajaran tauhid yang murni.
Dari ayat Ali Imran 85, kita dapat menarik beberapa pelajaran penting yang relevan untuk kehidupan beragama kita saat ini. Pertama, pentingnya keikhlasan dalam mencari kebenaran. Proses pencarian kebenaran haruslah dilandasi dengan hati yang terbuka dan niat yang tulus untuk mendapatkan petunjuk dari Allah. Jika pencarian dilakukan dengan prasangka buruk atau keinginan untuk mempertahankan pendapat pribadi, maka hidayah akan sulit untuk diraih.
Kedua, ayat ini mengingatkan kita akan tanggung jawab besar setelah mengetahui kebenaran. Ketika seseorang telah mendapatkan pemahaman yang jelas tentang ajaran Islam yang murni, maka ia memiliki kewajiban untuk mengamalkannya dan menjauhi segala bentuk kesyirikan atau kekufuran. Kelalaian dalam mengamalkan kebenaran setelah mengetahuinya adalah bentuk penolakan yang berakibat fatal di akhirat.
Ketiga, ayat ini mengajarkan tentang pentingnya kesatuan umat dalam memegang teguh akidah Islam. Perselisihan yang didasari oleh perbedaan penafsiran yang menyimpang dari pokok ajaran adalah hal yang perlu diwaspadai. Fokus utama hendaknya pada prinsip-prinsip dasar keislaman yang telah diajarkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS hingga Nabi Muhammad SAW, yaitu tauhid, yaitu pengesaan Allah.
Lebih jauh lagi, ayat Ali Imran 85 juga memberikan perspektif mengenai sikap terhadap agama lain. Ini bukan berarti kita diajarkan untuk membenci atau memusuhi pemeluk agama lain, melainkan untuk tetap teguh pada keyakinan kita bahwa Islam adalah agama yang paling benar dan diridhai oleh Allah. Namun, dalam berinteraksi, kita tetap dianjurkan untuk bersikap bijaksana dan menjaga ukhuwah insaniyah. Keberagaman adalah kenyataan, namun kebenaran agama hanya ada pada Islam.
Di era modern ini, tantangan dalam mempertahankan keyakinan semakin beragam. Arus informasi yang begitu deras, keragaman pandangan dunia, dan godaan materi seringkali menguji keteguhan iman. Ayat Ali Imran 85 menjadi pengingat bahwa landasan keyakinan yang kokoh adalah benteng terkuat. Pemahaman yang mendalam tentang Al-Qur'an dan Sunnah, serta terus-menerus berdoa memohon keteguhan hati kepada Allah, adalah kunci untuk menghadapi segala tantangan.
Penting untuk selalu merujuk pada sumber-sumber ajaran Islam yang otentik dan terpercaya. Menghindari pemahaman yang dangkal atau didasarkan pada interpretasi yang menyimpang adalah langkah preventif yang krusial. Ayat ini menekankan bahwa akal yang sehat dan hati yang bersih akan mampu mengenali kebenaran. Kerugian yang disebutkan dalam ayat ini bukanlah kerugian duniawi semata, melainkan kerugian abadi yang jauh lebih dahsyat.
Dengan merenungi ayat Ali Imran 85, diharapkan setiap Muslim semakin sadar akan nikmat hidayah yang telah Allah berikan. Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang senantiasa berserah diri, tunduk pada perintah-Nya, dan dijauhkan dari segala bentuk kesesatan. Ketaatan yang tulus adalah jalan menuju keselamatan dan kebahagiaan abadi.
Kembali ke Atas