Mengenal huruf hijaiyah adalah langkah pertama yang fundamental bagi siapa saja yang ingin mendalami bacaan Al-Qur'an atau bahasa Arab. Urutan huruf hijaiyah yang paling dikenal dan sering diajarkan pertama kali adalah rangkaian yang dimulai dari Alif, Ba, Ta, Sa, Jim, Ha, Kho, hingga Dal. Memahami setiap karakter ini bukan sekadar menghafal bentuknya, tetapi juga memahami cara pengucapannya yang tepat dan maknanya yang mendalam dalam konteks bahasa Arab dan ayat-ayat suci. Proses pembelajaran ini sering kali dimulai sejak usia dini sebagai bagian dari pendidikan agama.
Huruf Alif (ا) adalah huruf pertama dalam abjad Arab. Ia sering diibaratkan sebagai permulaan, fondasi, atau titik tolak. Dalam banyak bahasa, huruf pertama sering kali memiliki makna simbolis yang kuat, dan Alif tidak terkecuali. Alif adalah huruf yang lurus, tunggal, dan berdiri sendiri, melambangkan keesaan dan keagungan Tuhan dalam ajaran Islam. Dalam bacaan Al-Qur'an, Alif memiliki peran penting sebagai huruf bacaan panjang (mad) dan sebagai penanda awal ayat atau kata. Pengucapannya adalah suara vokal terbuka 'a'.
Mengikuti Alif, kita bertemu dengan huruf Ba (ب), Ta (ت), dan Sa (ث). Ketiga huruf ini memiliki bentuk dasar yang sama, yaitu seperti perahu yang memiliki satu garis tegak dan kemudian melengkung di bawah. Perbedaan utama di antara mereka terletak pada titik-titik yang menandai posisi mereka. Ba memiliki satu titik di bawah, Ta memiliki dua titik di atas, dan Sa memiliki tiga titik di atas. Perbedaan titik ini sangat krusial untuk pengucapan yang benar.
Ba (ب) diucapkan dengan menyentuhkan kedua bibir secara ringan, menghasilkan suara 'b'. Ta (ت) diucapkan dengan ujung lidah menyentuh pangkal gigi depan bagian atas, menghasilkan suara 't' yang jelas. Sa (ث) memiliki pengucapan yang sedikit berbeda, melibatkan sentuhan ujung lidah dengan bagian depan gigi seri atas, menghasilkan suara desis 'ts' atau 'th' seperti pada kata 'thin' dalam bahasa Inggris. Kesalahan dalam pengucapan titik ini dapat mengubah makna kata secara signifikan.
Selanjutnya adalah urutan Jim (ج), Ha (ح), dan Kho (خ). Ketiga huruf ini sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi pembelajar karena melibatkan pengucapan yang lebih dalam di tenggorokan atau rongga mulut.
Jim (ج) diucapkan dari bagian tengah lidah yang sedikit naik menyentuh langit-langit mulut, menghasilkan suara 'j' seperti pada kata 'judge' dalam bahasa Inggris. Dalam beberapa dialek Arab, pengucapannya bisa bervariasi, tetapi pengucapan 'j' adalah yang paling umum diajarkan.
Ha (ح) adalah huruf yang unik dan tidak memiliki padanan persis dalam banyak bahasa lain. Pengucapannya berasal dari tenggorokan bagian tengah, menghasilkan suara 'h' yang agak serak atau seperti embusan napas yang kuat. Ini berbeda dengan 'ha' biasa (ه) yang lebih ringan.
Kho (خ) diucapkan dari bagian belakang tenggorokan yang lebih dalam, menghasilkan suara serak yang mirip dengan 'kh' dalam bahasa Arab atau 'ch' dalam bahasa Jerman pada kata 'Bach'. Huruf ini seringkali memerlukan latihan khusus untuk membedakannya dari huruf Ha.
Huruf terakhir dalam rangkaian awal yang kita bahas adalah Dal (د). Mirip dengan Ta, Dal juga melibatkan sentuhan ujung lidah dengan pangkal gigi depan bagian atas. Namun, perbedaannya terletak pada getaran pita suara dan artikulasi yang lebih jelas dan tegas. Dal menghasilkan suara 'd' yang tegas, seperti pada kata 'dog' dalam bahasa Inggris. Bentuknya adalah garis tegak yang diakhiri dengan lengkungan horizontal ke kiri.
Menguasai urutan Alif, Ba, Ta, Sa, Jim, Ha, Kho, Dal dan huruf-huruf hijaiyah lainnya dengan pengucapan yang benar adalah pondasi krusial dalam perjalanan mempelajari Al-Qur'an dan bahasa Arab. Kesalahan kecil dalam artikulasi bisa berakibat pada perubahan makna yang sangat besar, terutama dalam teks-teks keagamaan. Oleh karena itu, bimbingan dari guru yang kompeten dan latihan yang konsisten sangatlah penting. Dengan pemahaman yang kokoh tentang setiap huruf, proses membaca menjadi lebih lancar, bermakna, dan sesuai dengan kaidah yang diajarkan.
Setiap huruf hijaiyah memiliki keunikan dan keindahannya sendiri. Menguasainya adalah membuka pintu gerbang menuju pemahaman yang lebih dalam tentang warisan budaya dan keagamaan yang kaya.