Pernikahan adalah institusi yang mulia, sebuah janji suci yang dibentuk di hadapan Tuhan. Alkitab, sebagai firman Tuhan, menawarkan wawasan yang mendalam dan panduan praktis bagi pasangan yang ingin membangun pernikahan yang kokoh, penuh kasih, dan berkenan di hadapan-Nya.
Sejak permulaan, Alkitab telah menetapkan pernikahan sebagai fondasi keluarga dan masyarakat. Dalam Kejadian 2:24, firman Tuhan menyatakan, "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." Ayat ini menyoroti tiga aspek kunci dari pernikahan yang sesuai dengan kehendak ilahi:
Yesus meneguhkan konsep ini dalam Matius 19:4-6, mengutip Kejadian dan menekankan bahwa apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Ini menunjukkan keseriusan dan kekudusan dari ikatan pernikahan.
Pernikahan dalam pandangan Alkitab memiliki beberapa tujuan mulia, yang jauh melampaui sekadar kebahagiaan pribadi atau pemenuhan kebutuhan biologis.
Pernikahan yang berhasil, yang mencerminkan kasih Kristus dan Gereja-Nya (Efesus 5:22-33), adalah kesaksian yang kuat bagi dunia. Ketika pasangan saling mengasihi, menghormati, dan mendukung seperti Kristus mengasihi Gereja, mereka mempermuliakan Tuhan melalui kehidupan mereka.
Amsal 18:22 menyatakan, "Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan memperoleh kasih karunia dari TUHAN." Pernikahan dirancang untuk menjadi kemitraan yang saling melengkapi, di mana suami dan istri bekerja sama dalam segala aspek kehidupan, saling mendukung dalam pertumbuhan rohani dan pelayanan.
Tuhan memberkati pasangan dengan anak-anak dan memberikan mereka mandat untuk membesarkan mereka dalam didikan dan nasihat Tuhan (Kejadian 1:28; Efesus 6:4). Keluarga yang berpusat pada Kristus adalah ladang pertumbuhan rohani yang subur bagi generasi mendatang.
Meskipun bukan tujuan utama, kebahagiaan dan kepuasan adalah buah alami dari pernikahan yang dibangun di atas prinsip-prinsip Alkitab. Amsal 5:18-19 mengingatkan, "Biarlah engkau bersukacita dengan isteri masa mudamu... Biarlah dadanya sentiasa mengenyangkan engkau, dan teruslah mabuk oleh cintanya."
Alkitab tidak hanya memberikan dasar, tetapi juga prinsip-prinsip praktis untuk memelihara pernikahan yang sehat dan bahagia.
Efesus 5:25 mengatakan, "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi Jemaat dan menyerahkan diri-Nya baginya." Kasih yang Alkitabiah adalah kasih yang berkorban, yang tidak mencari kepentingan diri sendiri, tetapi mementingkan kebaikan pasangan. Kasih ini menuntut kesabaran, kebaikan, dan pengampunan.
Efesus 5:33 secara spesifik menyebutkan, "Hendaklah masing-masing kamu… juga mencintai isterimu seperti dirinya sendiri; dan isteri, hendaklah ia menghormati suaminya." Penghormatan ini meliputi mengakui nilai, kontribusi, dan posisi pasangan dalam pernikahan.
Meskipun tidak secara eksplisit disebut "komunikasi," prinsip-prinsip seperti kejujuran, nasihat yang bijak, dan saling berbagi beban menyiratkan pentingnya dialog yang terbuka. "Lebih baik dua orang daripada satu... Sebab jika mereka jatuh, yang seorang akan menolong kawannya." (Pengkhotbah 4:9-10).
Mengingat ketidaksempurnaan manusia, pengampunan adalah kunci untuk pemulihan dan kelangsungan pernikahan. Kolose 3:13 menyatakan, "sabarlah kamu seorang terhadap yang lain dan ampunilah seorang akan yang lain."
Pernikahan adalah sebuah komitmen seumur hidup. 1 Korintus 13:7 menyebutkan bahwa kasih "selalu menaruh kepercayaan, selalu mengharapkan, selalu tabah." Komitmen ini harus diperbarui secara terus-menerus, dengan bersandar pada kekuatan Tuhan.
Setiap pernikahan pasti menghadapi tantangan. Iblis seringkali menargetkan ikatan pernikahan untuk menghancurkannya. Namun, Alkitab juga memberikan janji kemenangan. Dengan doa, integritas, dan firman Tuhan sebagai panduan, pasangan dapat mengatasi godaan, perselisihan, dan kesulitan. 1 Petrus 5:8-9 menasihati, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, Iblis, berjalan keliling seperti singa yang mengaum dan mencari siapa yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh..."
Alkitab memberikan cetak biru yang kaya dan berharga untuk pernikahan yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Dengan menjadikan Kristus sebagai pusat, mempraktikkan kasih, hormat, pengampunan, dan komitmen, pasangan dapat membangun rumah tangga yang menjadi terang bagi dunia dan memuliakan Allah. Pernikahan yang dibangun di atas fondasi firman Tuhan adalah anugerah yang tak ternilai dan sumber sukacita yang mendalam.