Alur Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih

Dua Bawang Ilustrasi sederhana bawang merah yang jahat dan bawang putih yang baik.

Kisah klasik "Bawang Merah dan Bawang Putih" adalah salah satu dongeng rakyat Indonesia yang paling populer. Cerita ini secara fundamental menyoroti tema tentang kebaikan versus kejahatan, ketekunan, dan pahitnya ketidakadilan. Meskipun memiliki variasi di berbagai daerah, inti dari alur cerita ini selalu berkisar pada dua saudara tiri dengan sifat yang sangat kontras.

Permulaan Kisah dan Peran Ibu Tiri

Alur cerita dimulai ketika ayah dari Bawang Putih menikah lagi setelah ibu kandung Bawang Putih meninggal dunia. Ibu tiri yang dinikahinya membawa serta seorang putri kandungnya sendiri, Bawang Merah. Sejak awal, ibu tiri dan Bawang Merah sudah menunjukkan kecemburuan dan kebencian terhadap Bawang Putih yang dikenal sangat baik hati, rajin, dan cantik jelita.

Kehidupan Bawang Putih seketika berubah menjadi neraka. Ia dipaksa melakukan semua pekerjaan rumah tangga yang berat, sementara Bawang Merah dibiarkan bermalas-malasan. Bawang Putih selalu menerima perlakuan kasar, seringkali tanpa sebab yang jelas, didorong oleh sifat iri hati ibu dan saudara tirinya.

Ujian Kesabaran dan Hilangnya Barang

Titik balik utama dalam alur cerita seringkali melibatkan ujian yang diberikan oleh takdir atau secara sengaja diatur oleh ibu tiri. Dalam salah satu versi paling umum, ibu tiri dengan sengaja menyuruh Bawang Putih mencuci pakaian di sungai, dan kemudian ia sengaja "menghilangkan" selendang atau pakaian kesayangan milik Bawang Merah. Tentu saja, ini adalah jebakan agar Bawang Putih dihukum berat.

Didorong rasa takut dan keputusasaan, Bawang Putih menangis dan mencari selendang itu di sepanjang sungai. Dalam pencariannya, ia bertemu dengan seorang nenek sakti (atau entitas gaib) yang menolongnya. Nenek tersebut bersedia mengembalikan selendang jika Bawang Putih mau melakukan beberapa tugas sulit untuknya. Karena Bawang Putih melakukannya dengan ketulusan dan kesabaran, ia dihadiahi imbalan. Imbalan ini bisa berupa labu ajaib atau harta karun.

Keserakahan dan Balasan Bagi Bawang Merah

Ketika Bawang Putih pulang membawa hadiah (seringkali labu yang sangat besar), ibu tiri dan Bawang Merah menjadi sangat terkejut dan tamak. Setelah mengetahui sumber hadiah tersebut, mereka memaksa Bawang Putih pergi dan menyuruh Bawang Merah melakukan hal yang sama, dengan harapan mendapatkan hadiah yang lebih besar.

Namun, ketika Bawang Merah bertemu dengan nenek sakti, sifat aslinya muncul. Bawang Merah melakukan tugas dengan malas, kasar, dan tidak sabaran. Akibat kesombongan dan keserakahannya, ia tidak hanya tidak mendapatkan hadiah, tetapi justru mendapat hukuman. Ketika ia membelah labu hadiahnya (atau kembali ke rumah dengan labu yang diberikan sebagai balasan), labu tersebut pecah dan mengeluarkan ular, serangga, atau harta karun yang ternyata adalah kutukan.

Penyelesaian Konflik dan Akhir yang Bahagia

Setelah Bawang Merah menerima nasib buruknya karena keserakahannya, konflik utama mulai mereda. Beberapa versi cerita menyajikan akhir di mana ayah Bawang Putih akhirnya menyadari semua perlakuan buruk yang diterima putrinya dan mengusir ibu tiri beserta Bawang Merah.

Bawang Putih, yang tetap memegang teguh kesabaran dan kebaikan hatinya, seringkali dipertemukan dengan jodoh yang baik (seorang bangsawan atau pangeran) yang menghargai ketulusannya. Kisah ini ditutup dengan kemenangan kebaikan atas kejahatan. Pesan moral yang kuat disampaikan: bahwa kesabaran dan ketulusan akan selalu membuahkan hasil yang baik, sementara keserakahan dan sifat dengki pasti akan menerima balasan yang setimpal. Alur cerita ini terus diceritakan sebagai pengingat pentingnya berbudi luhur.

🏠 Homepage