Kisah Cinderella adalah salah satu dongeng paling universal dan dicintai di seluruh dunia. Meskipun terdapat banyak variasi dalam budaya yang berbeda, inti dari alur ceritanya selalu menghadirkan tema ketidakadilan, harapan, kebaikan hati, dan tentu saja, akhir yang bahagia. Kisah ini mengajarkan kita bahwa kebajikan sejati akan selalu menemukan jalannya untuk bersinar, terlepas dari seberapa gelap keadaan saat ini.
Alur cerita Cinderella klasik biasanya dimulai dengan pengenalan tokoh utama kita, seorang gadis muda yang baik hati dan rupawan, yang hidup dalam kemewahan bersama ayahnya yang kaya raya. Namun, kebahagiaan ini sirna ketika sang ayah meninggal dunia atau menikah lagi. Ibu tiri yang jahat dan dua saudari tirinya yang sombong segera mengambil alih rumah. Mereka iri pada kecantikan dan kebaikan hati Cinderella. Alih-alih diperlakukan sebagai anggota keluarga, Cinderella direduksi menjadi seorang pelayan di rumahnya sendiri. Ia dipaksa melakukan semua pekerjaan rumah tangga, mulai dari membersihkan perapian (dari sinilah nama "Cinderella" yang berarti gadis jelaga berasal) hingga mencuci pakaian.
Titik balik cerita biasanya dimulai ketika sebuah pengumuman besar tiba dari istana: Pangeran mengadakan pesta dansa besar untuk mencari calon mempelai. Semua gadis di kerajaan diundang, termasuk ibu tiri dan kedua saudari tiri Cinderella. Dengan semangat membara, Cinderella berharap ia juga bisa pergi. Namun, permintaannya ditolak mentah-mentah. Malah, mereka membanjirinya dengan pekerjaan ekstra, memastikan ia tidak punya waktu atau pakaian yang layak untuk menghadiri acara megah tersebut. Saudari-saudarinya pergi dengan gaun termegah, meninggalkan Cinderella sendirian sambil menangis di tengah puing-puing impiannya.
Pada momen keputusasaan terendah, keajaiban muncul. Dalam versi yang paling dikenal, muncul Ibu Peri (Fairy Godmother). Dengan mantranya, Ibu Peri mengubah labu menjadi kereta kuda mewah, tikus menjadi kuda penarik, dan yang paling penting, ia mengubah gaun compang-camping Cinderella menjadi gaun pesta paling indah yang pernah ada, lengkap dengan sepasang sepatu kaca yang ikonik. Namun, ada satu peringatan penting: Keajaiban ini hanya bertahan hingga tengah malam.
Cinderella tiba di pesta dan langsung memukau semua orang, terutama Pangeran. Pangeran terpikat oleh pesonanya dan tidak menyadari identitasnya yang sebenarnya. Mereka menari sepanjang malam, berbagi momen romantis yang intens. Namun, saat jam berdentang mendekati tengah malam, Cinderella teringat akan peringatan Ibu Peri. Ia melarikan diri dari Pangeran dengan tergesa-gesa. Dalam pelariannya yang panik, salah satu sepatu kacanya tertinggal di tangga istana. Pangeran, yang kini tergila-gila, mengambil sepatu itu dan bersumpah untuk mencari pemilik sepatu yang sangat pas tersebut di seluruh negeri.
Pencarian Pangeran membawa rombongan kerajaan ke rumah Cinderella. Ibu tiri dan saudari-saudarinya berusaha keras mencoba sepatu itu, bahkan melakukan tindakan konyol untuk memaksakannya, namun sia-sia. Ketika para petugas hendak pergi, Cinderella muncul dan meminta izin untuk mencoba. Ibu tiri berusaha menghalanginya, namun Pangeran bersikeras. Dengan keajaiban atau takdir, sepatu kaca itu pas sempurna di kaki Cinderella. Saat sepatu yang tersisa ditemukan di sakunya, semua orang terkejut. Kebenaran terungkap, dan kebaikan hati Cinderella akhirnya diakui.
Cinderella akhirnya dibebaskan dari perbudakan di rumahnya sendiri. Ia menikah dengan Pangeran, dan mereka hidup bahagia selamanya. Kisah ini, dengan segala liku dan keajaibannya, tetap menjadi simbol abadi bahwa kebaikan dan ketulusan hati akan selalu dihargai, bahkan ketika harapan terasa telah sirna.