Alur cerita detektif bergantung pada petunjuk (clue) yang tersembunyi.
Genre detektif adalah salah satu genre naratif yang paling abadi. Daya tariknya terletak pada janji pemecahan masalah, di mana kekacauan harus tunduk pada logika. Inti dari narasi ini adalah **alur cerita detektif**, sebuah kerangka kerja yang dirancang untuk memandu pembaca atau penonton melalui serangkaian teka-teki, penyesatan (red herring), dan pengungkapan yang memuaskan. Memahami arsitektur alur ini sangat penting, baik bagi penulis maupun bagi para penggemar yang senang mencoba mengalahkan sang detektif.
Setiap alur cerita detektif yang efektif dimulai dengan pengenalan yang jelas: sang detektif (protagonis) dan lingkungannya. Detektif sering kali diperkenalkan dengan keunikan atau cacat khas—entah itu kejeniusan analitis yang tinggi, kecanduan tersembunyi, atau kepribadian yang antisosial. Setelah karakter ditetapkan, tragedi atau misteri utama harus terjadi. Ini adalah "Insiden Pemicu" (Inciting Incident), biasanya berupa kejahatan serius seperti pembunuhan, pencurian besar, atau penghilangan misterius. Insiden ini berfungsi untuk menciptakan ketidakseimbangan, dan tujuan utama detektif adalah memulihkan keseimbangan tersebut.
Pada fase ini, pembaca juga diperkenalkan pada elemen penting: TKP (Tempat Kejadian Perkara). Detail-detail di TKP—walaupun tampak sepele—adalah benih dari semua petunjuk yang akan datang. Penulis harus menanamkan informasi yang cukup untuk memicu rasa ingin tahu tanpa mengungkapkan jawabannya terlalu dini.
Fase tengah adalah jantung dari alur cerita detektif. Di sinilah detektif mulai bekerja. Tahap ini penuh dengan interogasi saksi, pengumpulan bukti, dan sering kali, kegagalan awal. Salah satu teknik naratif paling vital di sini adalah penggunaan 'red herring' atau penyesatan. Penyesatan adalah petunjuk yang sengaja dirancang untuk mengarahkan kecurigaan pada karakter yang salah, biasanya penjahat sekunder atau kambing hitam yang meyakinkan.
Alur cerita harus memiliki titik balik (midpoint) yang signifikan. Dalam novel detektif klasik, ini sering kali berupa penemuan petunjuk yang sepenuhnya mengubah arah penyelidikan, atau ketika detektif berada dalam bahaya nyata. Hal ini meningkatkan taruhan dan momentum cerita. Jika investigasi terasa stagnan, pembaca akan kehilangan minat. Oleh karena itu, setiap bab harus menghadirkan potongan informasi baru atau hambatan baru.
Seiring majunya cerita, ketegangan harus terus meningkat. Alur cerita detektif tidak hanya tentang siapa pelakunya, tetapi juga tentang mengapa dan bagaimana. Di sini, kita melihat detektif mengalami frustrasi terbesarnya. Mungkin ia kehilangan bukti kunci, atau mungkin ia hampir terbunuh oleh pelaku sebenarnya yang merasa terancam. Konflik bisa juga bersifat internal, di mana keraguan diri sang detektif menjadi penghalang terakhirnya.
Klimaks dalam alur cerita detektif tidak selalu berupa baku tembak yang dramatis (meskipun bisa terjadi). Klimaks utamanya adalah momen penemuan. Momen ini terjadi ketika detektif akhirnya menyatukan semua petunjuk yang tersebar—yang benar dan yang salah—untuk membentuk gambaran utuh mengenai kejahatan tersebut. Ini harus menjadi momen 'Aha!' yang logis, di mana semua potongan puzzle yang disebar di awal dan tengah cerita tiba-tiba menyatu dengan sempurna.
Setelah klimaks, alur cerita bergerak menuju resolusi, sering kali melalui adegan "pengungkapan" (the reveal). Dalam tradisi detektif klasik, ini adalah momen ketika sang detektif mengumpulkan semua tersangka dan menjelaskan, langkah demi langkah, bagaimana kejahatan itu terjadi, siapa pelakunya, dan bagaimana ia sampai pada kesimpulan tersebut dengan mengurai jebakan dan penyesatan yang ada.
Resolusi harus memberikan kepuasan emosional dan intelektual. Pembaca merasa puas karena mereka telah mengikuti perjalanan logis dan bahwa kebenaran, sekotor apa pun itu, telah terungkap. Selain itu, resolusi juga menunjukkan pemulihan tatanan sosial; keadilan ditegakkan, dan detektif, meskipun mungkin sedikit lebih lelah atau terluka, kembali ke status quo, siap untuk misteri berikutnya. Alur cerita detektif yang kuat memastikan bahwa setiap elemen yang diperkenalkan di awal memiliki tujuan yang terpenuhi di akhir.