Pengenalan Karakter dan Latar Belakang
"Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" adalah salah satu mahakarya sastra Indonesia yang ditulis oleh Hamka. Novel ini menyajikan kisah cinta tragis yang berlatar belakang benturan budaya, adat istiadat, dan norma sosial pada masa kolonial Belanda di Minangkabau. Alur cerita dimulai dengan perkenalan tokoh utama, Zainuddin, seorang pemuda cerdas dan berdarah campuran (ayah Bugis-Makassar, ibu Minang) yang dididik di Batavia. Meskipun memiliki darah Minang, Zainuddin dianggap "asing" oleh masyarakat adat di kampung halaman ibunya karena ia tidak dibesarkan dalam tradisi setempat.
Di sisi lain, diperkenalkan Hayati, seorang gadis cantik jelita dari keluarga terpandang di kampung tersebut. Hayati adalah representasi ideal dari wanita Minang yang menjunjung tinggi adat dan status sosial. Pertemuan antara Zainuddin dan Hayati menumbuhkan benih cinta yang mendalam dan tulus. Mereka saling mengagumi kecerdasan, budi pekerti, dan keindahan jiwa masing-masing.
Konflik Utama: Adat Melawan Hati
Masalah mulai muncul ketika masyarakat adat mengetahui hubungan mereka. Menurut adat yang sangat ketat di sana, pernikahan harus terjadi antara orang yang benar-benar terikat oleh garis keturunan dan status sosial yang diakui secara turun-menurun. Karena Zainuddin dianggap tidak memenuhi kriteria tersebut—ia bahkan disebut "orang luar"—pernikahan antara Zainuddin dan Hayati ditentang keras oleh keluarga Hayati dan pemuka adat.
Tekanan sosial yang luar biasa memaksa orang tua Hayati untuk menjodohkan putrinya dengan Aziz, seorang bangsawan atau orang kaya raya yang status sosialnya sangat tinggi dan dihormati oleh adat setempat. Meskipun cinta Hayati sepenuhnya untuk Zainuddin, ia terpaksa tunduk pada kehendak orang tua dan norma yang berlaku demi menjaga kehormatan keluarga. Zainuddin yang patah hati dan merasa terhina meninggalkan kampung halamannya, bersumpah untuk menuntut ilmu setinggi mungkin di negeri seberang (Eropa).
Puncak Konflik dan Kejatuhan
Beberapa tahun berlalu. Zainuddin kembali ke tanah air sebagai seorang yang sukses, berpendidikan tinggi, dan kini bergelar dokter. Ia kembali dengan harapan untuk mendapatkan kembali cinta sejatinya, Hayati. Namun, ia mendapati bahwa Hayati telah menikah dengan Aziz. Meskipun demikian, benih cinta lama masih bersemi di antara mereka berdua, terutama setelah Zainuddin mengetahui bahwa pernikahan Hayati dan Aziz jauh dari kata bahagia. Aziz ternyata adalah sosok yang egois, kasar, dan tidak menghargai Hayati.
Perselingkuhan emosional terjadi. Dalam sebuah pertemuan rahasia, cinta lama mereka terulang. Ketika perselingkuhan ini terungkap, Aziz menjadi murka. Kemalangan bagi Hayati adalah, Aziz yang kaya dan berpengaruh berhasil memanipulasi situasi sehingga Zainuddin yang disalahkan sepenuhnya atas kehancuran rumah tangganya. Aziz menceraikan Hayati dan mengusirnya dari rumah, menjadikan Hayati seorang janda yang tercela di mata masyarakat.
Resolusi Tragis: Kapal Van der Wijck
Setelah diusir, Hayati yang putus asa dan sakit hati memilih untuk kembali ke kampung halaman Zainuddin di Makassar. Ia ingin memulai hidup baru dan berharap Zainuddin yang kini sukses akan menerimanya kembali. Zainuddin, yang masih memendam rasa cinta mendalam, akhirnya menerima Hayati dan mereka menikah. Mereka menikmati kebahagiaan yang singkat namun murni.
Namun, takdir berkata lain. Dalam perjalanan kembali ke kampung halaman Zainuddin dengan menaiki kapal uap mewah, Kapal Van der Wijck, badai besar menerjang. Kapal itu karam di tengah lautan. Dalam kekacauan evakuasi, Zainuddin berhasil diselamatkan, namun Hayati tenggelam bersama kapal tersebut. Kematian Hayati menjadi klimaks tragis dari kisah cinta yang tak pernah diizinkan oleh adat dan keadaan. Novel ditutup dengan kesedihan mendalam Zainuddin, yang kehilangan cinta sejatinya karena kekejaman takdir dan belenggu norma sosial.