Keajaiban Susu dalam Surat An-Nahl (16:66-69)

Al-Qur'anul Karim tidak hanya berisi petunjuk hukum dan moral, tetapi juga memuat deskripsi detail mengenai keajaiban alam semesta yang menjadi bukti kebesaran dan kemahakuasaan Allah SWT. Salah satu mukjizat ilmiah yang sering dibahas adalah proses penciptaan susu dari perut hewan, yang dijelaskan secara gamblang dalam Surat An-Nahl (Lebah), khususnya pada ayat 66 hingga 69. Ayat-ayat ini mengungkapkan sebuah proses biologis rumit yang menjadi sumber nutrisi utama bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.

Ilustrasi Proses Penciptaan Susu Hewan SVG yang menggambarkan sapi dan lebah, simbol dari sumber susu (hewan ternak) dan madu (lebah), menunjukkan kekuasaan Tuhan. Hewan Proses Ajaib Lebah Susu & Madu

Ayat 66: Transisi dari Pencernaan Menjadi Nutrisi

(An-Nahl: 66)
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ

Artinya: "Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberikan minuman dari apa yang ada di dalam perutnya, dari antara kotoran (feses) dan darah, susu yang murni yang mudah ditelan bagi orang yang meminumnya."

Ayat 66 ini adalah titik awal pembicaraan mengenai keajaiban nutrisi. Allah SWT menyoroti bahwa dalam hewan ternak (seperti sapi, kambing, atau unta) terdapat ibrah (pelajaran) yang sangat nyata. Proses yang digambarkan sangat menakjubkan: dari campuran yang tampak tidak layak—yaitu kotoran (feses) yang berasal dari proses pencernaan akhir, dan darah yang merupakan komponen utama kehidupan—Allah mampu memisahkan dan memprosesnya menjadi susu yang murni (khālishan). Susu ini digambarkan sebagai cairan yang sa’ighan lil-sāribīn, yaitu mudah mengalir di tenggorokan dan menyenangkan saat diminum. Secara biologis, ini merujuk pada bagaimana sistem pencernaan memecah makanan menjadi nutrisi, yang kemudian dibawa oleh darah ke kelenjar susu dan diproses ulang menjadi laktosa, protein, dan lemak dalam komposisi yang sempurna untuk pertumbuhan bayi.

Ayat 67: Proses Lain yang Sama Mengagumkannya

(An-Nahl: 67)
وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالْأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Artinya: "Dan dari buah pohon korma dan buah anggur, kamu membuat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mau berpikir."

Ayat 67 melanjutkan tema anugerah dari buah-buahan. Allah mengingatkan manusia bahwa dari kurma dan anggur, manusia dapat menghasilkan dua jenis produk yang kontras: minuman yang memabukkan (yang di masa awal Islam diharamkan karena mudharatnya) dan rezeki yang baik (seperti sari buah, gula alami, atau makanan olahan yang bermanfaat). Penggunaan kata "rezeki yang baik" (rizqan hasanan) menekankan bahwa Allah menyediakan potensi kebaikan dalam ciptaan-Nya, dan pilihan ada pada manusia untuk memanfaatkannya secara bijak. Bagi kaum yang menggunakan akal (ya'qilūn), kontras hasil ini menunjukkan betapa fleksibel dan kayanya sumber daya alam yang diciptakan Allah.

Ayat 68-69: Mukjizat Lebah Penghasil Madu

(An-Nahl: 68)
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ

Artinya: "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: 'Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di bangunan-bangunan yang mereka buat.'"

(An-Nahl: 69)
ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: "Kemudian makanlah di segala macam buah-buahan, lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).' Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat penyembuh bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mau berpikir."

Dua ayat terakhir ini langsung membahas keajaiban lebah (An-Nahl). Kata "wahyu" (awḥā) yang ditujukan kepada lebah bukanlah wahyu dalam arti kenabian, melainkan ilham naluriah yang sempurna. Allah mengarahkan lebah untuk membangun sarang di tempat-tempat spesifik: pegunungan, pohon-pohon, dan sarang buatan manusia (peternakan lebah modern).

Puncak keajaiban terletak pada ayat 69. Lebah diperintahkan untuk memakan segala jenis sari bunga (buah-buahan) dan mengikuti jalan Tuhan yang telah dimudahkan. Hasilnya adalah madu (syarābun mukhtalifun alwānuhu), yang memiliki warna beragam—sebuah indikasi bahwa komposisi nutrisinya bervariasi tergantung jenis nektar yang dikonsumsi. Yang paling penting, Al-Qur'an secara tegas menyatakan bahwa pada madu tersebut terdapat syifā’un lil-nās (penyembuh bagi manusia). Penemuan ilmiah modern telah mengkonfirmasi bahwa madu mengandung sifat antibakteri, anti-inflamasi, dan kaya antioksidan, membenarkan klaim ilahi ini. Semua proses ini, mulai dari pemisahan susu yang murni dari darah, hingga pengolahan nektar menjadi madu penyembuh, adalah tanda kebesaran Allah bagi mereka yang mau merenung (yatafakkarūn).

🏠 Homepage