Tsumma kulī min kulli[th]-tsamarāti faslukī subula Rabbiki dhululā. Yakhruju min buthūnihā syarābum mukhtalifun alwānuhu fīhi syifā’un lin-nās. Inna fī dzālika la’āyatan liqawmin yatafakkarūn.
Kemudian makanlah dari buah-buahan (yang kamu sukai) dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat kesembuhan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Surah An-Nahl (Lebah) ayat ke-69 adalah salah satu ayat yang paling sering dikutip ketika membahas keajaiban alam dan bukti kebesaran Allah SWT dalam Al-Qur'an. Ayat ini secara spesifik memerintahkan dan menjelaskan proses luar biasa yang dijalani oleh lebah, makhluk kecil yang dijadikan Allah sebagai produsen salah satu zat paling bermanfaat bagi manusia: madu.
Ayat ini memuat tiga poin utama yang sarat makna. Pertama, perintah kepada lebah untuk "makanlah dari buah-buahan". Ini menunjukkan bahwa lebah memiliki insting alami untuk memilih sumber makanan terbaik (nektar bunga) sebagai bahan baku dasar pengolahan madu.
Kedua, perintah untuk "tempuhlah jalan Tuhanmu yang dimudahkan (bagimu)". Frasa "jalan yang dimudahkan" ini sering diinterpretasikan sebagai pola penerbangan lebah yang sangat terstruktur, navigasi yang akurat, serta tata kelola sosial di dalam sarang yang sangat teratur dan efisien. Ini adalah petunjuk ilahiah yang tertanam dalam insting mereka, membuat mereka mampu melaksanakan tugasnya tanpa perlu diajarkan oleh manusia.
Poin ketiga, dan yang paling monumental, adalah firman Allah: "Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat kesembuhan bagi manusia."
Perhatikan bagaimana Al-Qur'an menyoroti keragaman warna madu. Madu yang dihasilkan bervariasi warnanya—mulai dari kuning pucat, cokelat gelap, hingga keemasan. Keragaman warna ini secara ilmiah berkaitan erat dengan jenis nektar bunga yang dihisap oleh lebah. Lebah hutan menghasilkan madu berbeda dengan lebah yang menghisap bunga akasia atau randu. Ini menunjukkan ketelitian Allah dalam menciptakan proses tersebut.
Lebih dari sekadar makanan, ayat ini secara eksplisit menyebutkan bahwa madu mengandung "syifa' lin-nas" (kesembuhan bagi manusia). Dalam konteks penurunan ayat ini, banyak ulama memahami bahwa madu memiliki khasiat penyembuhan yang telah dibuktikan oleh penelitian modern. Madu mengandung antioksidan, sifat antibakteri, dan telah digunakan sejak lama dalam pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit, mulai dari luka bakar hingga gangguan pencernaan.
Penutup ayat ini, "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir," adalah ajakan universal. Allah tidak hanya menyajikan fakta alam, tetapi menantang akal manusia. Hanya mereka yang menggunakan akal dan merenungkan keteraturan kosmik, insting lebah, serta manfaat madu, yang akan menemukan bukti nyata keesaan dan kekuasaan Sang Pencipta. An-Nahl 69 adalah pelajaran biologi, farmasi, dan teologi yang terangkum dalam satu perintah singkat kepada serangga kecil.