Ilustrasi bagaimana antibiotik menargetkan dan menghancurkan struktur sel bakteri.
Antibiotik adalah salah satu penemuan terpenting dalam sejarah kedokteran yang secara dramatis mengubah harapan hidup manusia. Zat-zat ini berfungsi spesifik untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen, terutama bakteri. Dalam konteks kesehatan dewasa, antibiotik berperan vital dalam pengobatan berbagai infeksi mulai dari infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran kemih, hingga kondisi kritis seperti sepsis.
Namun, penggunaan antibiotik dewasa bukanlah perkara sepele. Tubuh dewasa memiliki farmakokinetik dan farmakodinamik yang kompleks, dipengaruhi oleh faktor usia, fungsi organ, berat badan, dan komorbiditas. Oleh karena itu, pemilihan, dosis, dan durasi pengobatan antibiotik harus dilakukan secara cermat berdasarkan bukti klinis dan mikrobiologi yang kuat.
Terdapat tiga pilar utama yang harus dipatuhi dalam terapi antibiotik pada pasien dewasa:
Untuk memahami bagaimana antibiotik digunakan secara efektif pada pasien dewasa, penting untuk mengetahui bagaimana kelompok-kelompok obat ini bekerja pada tingkat seluler. Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan struktur kimianya dan target aksinya pada sel bakteri.
Bakteri memiliki dinding sel yang kaku yang tidak dimiliki oleh sel manusia. Antibiotik kelompok ini bekerja dengan mengganggu pembentukan peptidoglikan, komponen utama dinding sel, menyebabkan sel bakteri lisis (pecah).
Kelompok Beta-Laktam adalah yang paling sering diresepkan. Mereka bekerja dengan menghambat transpeptidasi melalui pengikatan pada Protein Pengikat Penisilin (PBP).
Vancomycin adalah senjata utama melawan bakteri Gram-positif yang resisten terhadap Beta-Laktam, seperti MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus). Obat ini bekerja dengan mengikat ujung D-Ala-D-Ala pada prekursor dinding sel. Penggunaannya pada dewasa memerlukan pemantauan konsentrasi obat dalam darah (TDM) karena rentang terapeutik yang sempit dan potensi nefrotoksisitas (kerusakan ginjal).
Bakteri memiliki ribosom (tempat sintesis protein) yang berbeda dari manusia (70S vs 80S). Obat-obatan ini memanfaatkan perbedaan ini untuk menghentikan produksi protein esensial bakteri.
Makrolida menghambat translokasi tRNA pada subunit ribosom 50S. Mereka sangat berguna untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri atipikal (seperti Mycoplasma atau Chlamydia) yang sering menyebabkan pneumonia komunitas pada pasien dewasa.
Kelompok ini bekerja dengan mengikat subunit 30S, menyebabkan kesalahan pembacaan kode genetik. Efektif melawan banyak bakteri Gram-negatif, tetapi penggunaannya dibatasi karena risiko signifikan nefrotoksisitas dan ototoksisitas, terutama pada pasien dewasa dengan gangguan ginjal.
Menghambat pengikatan aminoasil tRNA ke subunit 30S. Doxycycline sering digunakan untuk infeksi kulit, infeksi yang ditularkan melalui vektor (seperti penyakit Lyme), dan sebagai terapi lini kedua untuk pneumonia atipikal.
Kelompok ini menghambat enzim DNA gyrase (untuk Gram-negatif) dan Topoisomerase IV (untuk Gram-positif), yang sangat penting untuk replikasi dan perbaikan DNA bakteri. Levofloxacin dan Moxifloxacin ("Quinolone pernapasan") sangat penting untuk pengobatan pneumonia dewasa yang lebih parah. Namun, FDA telah memberikan peringatan keras karena potensi efek samping serius (ruptur tendon, neuropati).
Obat ini mengganggu sintesis asam folat, yang sangat penting untuk sintesis DNA dan RNA bakteri. Cotrimoxazole (kombinasi) efektif untuk infeksi saluran kemih (ISK) dan infeksi tertentu pada pasien imunokompromi dewasa.
Penggunaan antibiotik dewasa memerlukan pemahaman tentang farmakokinetik (apa yang dilakukan tubuh terhadap obat) dan farmakodinamik (apa yang dilakukan obat terhadap bakteri).
Perbedaan fisiologis antar individu dewasa memengaruhi bagaimana obat diserap (Absorpsi), didistribusikan (Distribusi), dimetabolisme (Metabolisme), dan dikeluarkan (Ekskresi), dikenal sebagai ADME. Kesalahan dalam mempertimbangkan ADME dapat menyebabkan kegagalan pengobatan atau toksisitas.
Banyak antibiotik (terutama Beta-Laktam dan Aminoglikosida) diekskresikan melalui ginjal. Pada pasien dewasa, terutama yang lanjut usia atau penderita penyakit ginjal kronis (CKD), klirens kreatinin harus dihitung untuk menyesuaikan dosis. Dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan akumulasi dan nefrotoksisitas; dosis yang terlalu rendah dapat menyebabkan kegagalan pengobatan dan memicu resistensi.
Pasien dewasa yang mengalami obesitas atau kritis (misalnya sepsis) seringkali memiliki volume distribusi (VD) yang lebih besar. Ini berarti konsentrasi antibiotik dalam darah mungkin lebih rendah dari yang diharapkan. Dosis muatan (loading dose) yang lebih besar mungkin diperlukan untuk antibiotik hidrofilik (seperti Vancomycin) pada pasien ini.
Dosis antibiotik dirancang untuk memaksimalkan efek bakterisida. Terdapat tiga model utama hubungan antara konsentrasi obat dan waktu:
Keputusan penggunaan antibiotik dewasa sangat bergantung pada sindrom klinis yang dihadapi dan hasil mikrobiologi yang diharapkan.
Pneumonia adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien dewasa. Pilihan antibiotik didasarkan pada tingkat keparahan (skor CURB-65 atau PSI) dan lokasi pengobatan (rawat jalan vs. rawat inap).
Infeksi ini memiliki risiko tinggi resistensi, termasuk MRSA dan Pseudomonas aeruginosa. Terapi harus spektrum luas dan seringkali melibatkan terapi kombinasi (misalnya Piperacillin-Tazobactam atau Meropenem, ditambah Vancomycin jika MRSA dicurigai).
ISK sering disebabkan oleh E. coli. Pilihan pengobatan bergantung pada jenis infeksi (sistitis sederhana vs. pielonefritis kompleks).
Infeksi seperti selulitis dan abses seringkali disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes.
Kunci dan Gembok: Representasi perlunya antibiotik yang tepat untuk mengatasi bakteri resisten.
Mengingat pasien dewasa sering mengonsumsi berbagai obat untuk kondisi komorbid (hipertensi, diabetes, jantung), potensi interaksi obat dan efek samping antibiotik harus dimonitor secara ketat.
Alergi terhadap antibiotik, terutama Penisilin, adalah masalah umum. Penting untuk memverifikasi riwayat alergi pasien. Jika pasien alergi terhadap Penisilin, sefalosporin mungkin masih bisa digunakan (cross-reactivity rendah, sekitar 1-5%), tetapi Carbapenem harus diberikan dengan hati-hati.
Interaksi antibiotik dapat mengubah efikasi kedua obat atau meningkatkan risiko toksisitas.
Resistensi antibiotik adalah salah satu ancaman kesehatan publik terbesar di dunia. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, terutama pada pasien dewasa yang menuntut pengobatan cepat untuk infeksi virus, mempercepat evolusi bakteri resisten. Resistensi membuat infeksi sederhana menjadi fatal dan menghambat prosedur medis canggih (seperti kemoterapi atau transplantasi organ).
Bakteri menggunakan berbagai strategi pertahanan:
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi bakteri yang memerlukan pengembangan antibiotik baru secara mendesak, banyak di antaranya menyebabkan infeksi parah pada dewasa:
AMS adalah program terorganisir untuk mempromosikan penggunaan antimikroba yang bijak. Pada layanan kesehatan dewasa, program AMS bertujuan untuk:
Beberapa kelompok pasien dewasa memerlukan penyesuaian regimen antibiotik yang signifikan karena perubahan fisiologis atau kondisi komorbiditas.
Pasien lansia sering mengalami penurunan fungsi ginjal dan hati yang tidak terdeteksi, penurunan massa otot, dan peningkatan lemak tubuh. Semua faktor ini mengubah ADME obat:
Gangguan fungsi organ memerlukan penyesuaian dosis yang ketat. Jika obat diekskresikan oleh ginjal (misalnya Beta-Laktam), dosis perlu diturunkan. Jika obat dimetabolisme oleh hati (misalnya Metronidazole, Clindamycin), dosis perlu diturunkan pada kasus gagal hati berat.
Penggunaan antibiotik pada wanita hamil dan menyusui harus mempertimbangkan risiko teratogenik (risiko cacat lahir) dan risiko paparan pada bayi melalui ASI. Kelompok antibiotik yang umumnya dianggap aman termasuk Penisilin dan Sefalosporin. Kelompok yang dikontraindikasikan pada kehamilan meliputi:
Mengingat laju resistensi yang jauh lebih cepat daripada laju penemuan obat baru, penelitian terus berupaya mencari alternatif dan meningkatkan efikasi antibiotik yang sudah ada.
Terapi fage menggunakan virus yang secara alami membunuh bakteri. Pendekatan ini menawarkan potensi untuk menargetkan bakteri spesifik, termasuk strain yang resisten terhadap semua antibiotik yang dikenal. Terapi fage sedang dalam tahap uji klinis lanjutan sebagai solusi untuk infeksi dewasa yang sangat resisten.
Alih-alih membunuh bakteri (yang memicu seleksi resistensi), terapi ini bertujuan untuk menonaktifkan mekanisme virulensi bakteri (kemampuan menyebabkan penyakit), seperti kemampuan membentuk biofilm atau mengeluarkan toksin. Strategi ini memungkinkan sistem kekebalan tubuh pasien dewasa untuk membersihkan infeksi tanpa memberikan tekanan seleksi yang kuat.
Penggunaan teknologi diagnostik molekuler cepat (seperti PCR dan sekuensing genetik) dapat mengidentifikasi patogen dan gen resistensi dalam hitungan jam, bukan hari. Hal ini memungkinkan dokter segera beralih dari terapi empiris spektrum luas ke terapi definitif spektrum sempit yang dipersonalisasi, langkah kunci dalam Antimicrobial Stewardship.
Representasi visual dari berbagai bentuk antibiotik yang digunakan dalam terapi dewasa.
Antibiotik tetap menjadi landasan utama dalam pengobatan infeksi bakteri pada populasi dewasa. Meskipun memiliki kekuatan terapeutik yang luar biasa, penggunaannya harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, kehati-hatian, dan pertimbangan klinis mendalam. Penggunaan yang tidak tepat tidak hanya membahayakan pasien individu melalui efek samping dan kegagalan pengobatan, tetapi juga berkontribusi pada ancaman global resistensi antibiotik.
Setiap pasien dewasa dan profesional kesehatan memiliki peran dalam menjaga efikasi obat-obatan penyelamat hidup ini. Bagi pasien, ini berarti mematuhi dosis dan durasi penuh, dan tidak pernah menggunakan antibiotik tanpa resep dokter. Bagi profesional kesehatan, ini berarti menerapkan prinsip Antimicrobial Stewardship secara ketat, termasuk pemilihan obat, optimasi dosis berdasarkan farmakokinetik pasien, dan de-eskalasi yang cepat dan tepat.
Hanya melalui upaya kolektif dan bertanggung jawab kita dapat memastikan bahwa antibiotik dewasa akan tetap menjadi sumber daya yang efektif untuk generasi mendatang.