Alt Text: Ilustrasi siluet bapak-bapak berkumpul dan berinteraksi, melambangkan solidaritas dan pertemuan.
Arisan, sebagai sebuah konsep, telah lama mengakar dalam struktur sosial dan ekonomi Indonesia. Secara umum dikenal sebagai mekanisme tabungan berputar dan asosiasi kredit (Rotating Savings and Credit Association – ROSCA), arisan identik dengan perannya dalam komunitas perempuan atau ‘Arisan Ibu-Ibu’. Namun, dalam lanskap komunitas dan lingkungan Rukun Tetangga (RT) di Indonesia, terdapat fenomena paralel yang tak kalah penting, tetapi sering luput dari kajian mendalam: Arisan Bapak-Bapak (ABB).
ABB adalah sebuah institusi informal yang melampaui sekadar pengumpulan dan penarikan uang. Ia berfungsi sebagai ruang vital bagi para pria dewasa untuk membangun dan memelihara jaringan sosial, menegaskan status, mendiskusikan masalah komunitas, hingga menciptakan peluang ekonomi mikro yang tersembunyi. Memahami ABB berarti memahami bagaimana dinamika kekuasaan, kewajiban sosial, dan manajemen risiko kolektif beroperasi di tingkat akar rumput masyarakat urban dan sub-urban Indonesia.
Berbeda dengan Arisan Ibu-Ibu yang sering berfokus pada investasi jangka pendek (perhiasan, kebutuhan rumah tangga) atau kegiatan sosial murni (perkumpulan rekreasi), ABB memiliki corak yang lebih pragmatis dan terikat pada tanggung jawab komunal. ABB sering kali diselenggarakan bersamaan dengan pertemuan rutin RT/RW, atau sebagai sarana pendukung kegiatan keamanan lingkungan (Siskamling).
ABB tidak dapat dikategorikan murni sebagai kegiatan ekonomi atau murni sosial. Ia adalah hybrid yang menjalankan setidaknya tiga fungsi utama secara simultan:
Dalam komunitas ABB, partisipasi bukan hanya kewajiban, tetapi juga cerminan status dan komitmen. Anggota yang mampu mengikuti arisan dengan nominal tinggi, atau yang secara konsisten hadir dan menyumbang ide konstruktif, akan diakui. Ketidakhadiran yang berulang atau keterlambatan pembayaran dapat mengikis reputasi, yang dalam konteks komunal Indonesia, jauh lebih merugikan daripada sekadar denda moneter. Reputasi yang baik dalam ABB seringkali diterjemahkan menjadi kemudahan dalam perizinan lokal, dukungan dalam hajatan besar, atau kepercayaan dalam urusan pinjam meminjam non-arisan.
Meskipun arisan adalah struktur informal, ia beroperasi dengan mekanisme yang sangat ketat dan berlandaskan kepercayaan. Kegagalan sistem ini dapat merusak seluruh tatanan komunitas, oleh karena itu, pengawasan biasanya dilakukan oleh figur yang dihormati, seringkali Ketua RT atau tokoh masyarakat setempat.
Nominal arisan sangat bervariasi, tergantung konteks ekonomi komunitas. Di lingkungan perkotaan kelas menengah atas, nominal per bulan bisa mencapai jutaan rupiah, dimaksudkan sebagai dana investasi besar (misalnya, untuk DP mobil atau biaya renovasi). Sementara di lingkungan pedesaan atau kelas pekerja, nominalnya mungkin hanya puluhan ribu, berfungsi sebagai tabungan darurat atau dana untuk membeli kebutuhan sandang dan pangan dalam jumlah besar.
Beberapa komunitas menerapkan model arisan bertingkat. Bapak A mungkin mengikuti Arisan Reguler (nominal rendah), dan pada saat yang sama, ia juga diundang bergabung ke Arisan Elite (nominal tinggi) yang khusus diisi oleh para pengusaha atau pejabat lokal. Keanggotaan dalam Arisan Elite ini adalah penanda status sosial yang signifikan, memberikan akses ke jaringan bisnis yang lebih eksklusif.
Alt Text: Ilustrasi tumpukan koin dan karung uang, mewakili fungsi arisan sebagai mekanisme tabungan dan keuangan mikro.
Dalam ABB, bendahara atau juru tulis (sering disebut 'Ketua Arisan') memegang tanggung jawab yang sangat besar. Mereka harus mencatat semua pembayaran, menjaga daftar urutan nama, dan memastikan proses pengocokan (penarikan) dilakukan secara adil dan transparan. Kepercayaan adalah mata uang paling berharga di sini. Jika bendahara diketahui menyalahgunakan dana atau memanipulasi urutan, reputasi mereka akan hancur total, dan seringkali berdampak pada sanksi sosial yang berat.
Salah satu praktik unik dalam ABB adalah penentuan giliran. Terdapat tiga metode utama:
Pertemuan Arisan Bapak-Bapak (ABB) adalah lebih dari sekadar transaksi finansial. Ini adalah panggung teater sosial di mana identitas maskulin, status kekuasaan, dan hubungan tetangga diuji dan dibangun ulang secara berkala.
Berbeda dengan anggapan bahwa pria kurang memperhatikan detail, ritual penyajian makanan dan minuman dalam ABB sangat penting. Makanan yang disajikan oleh tuan rumah menjadi tolok ukur tidak langsung dari kemampuan finansial dan komitmen sosialnya. Snack ringan harus memadai, minuman harus bervariasi (kopi, teh, atau air mineral berkualitas baik), dan di beberapa lingkungan, hidangan berat seperti nasi goreng atau sate harus tersedia jika pertemuan berlanjut hingga larut malam.
Bapak yang menjadi tuan rumah akan dinilai berdasarkan keramahannya. Jika makanan terlalu sederhana atau kuantitasnya kurang, itu dianggap sebagai indikasi pelit atau kurang menghargai anggota lain. Komentar tentang makanan, meskipun disampaikan dengan nada bercanda, seringkali mengandung kode sosial tersembunyi mengenai penilaian terhadap tuan rumah.
Agenda formal pertemuan mungkin terbatas pada pelaporan keuangan RT dan pengocokan arisan, namun inti dari ABB terletak pada obrolan informal yang terjadi setelahnya. Topik yang mendominasi meliputi:
Momen pengocokan (undian) adalah puncak emosional dari setiap pertemuan. Ketegangan ini diakui oleh para anggota sebagai salah satu daya tarik utama arisan. Bagi yang mendapat giliran di awal, ia merasakan kegembiraan 'mendapatkan pinjaman' yang diperlukan. Bagi yang mendapat giliran di akhir, ia merasakan kepuasan 'menabung' yang disiplin. Reaksi setelah menang juga penting: tidak boleh terlalu sombong, dan harus segera menyampaikan terima kasih serta komitmen untuk tetap melanjutkan kewajiban iuran hingga akhir periode.
Dalam konteks RT/RW, Arisan Bapak-Bapak adalah salah satu mekanisme paling efektif untuk menjaga ketertiban sosial. Tanpa ABB, tingkat partisipasi dalam kegiatan lingkungan, seperti gotong royong atau siskamling, cenderung menurun drastis.
Ketika agenda wajib (seperti rapat keamanan atau gotong royong) disatukan dengan agenda arisan, anggota secara otomatis termotivasi untuk hadir. Kehadiran adalah prasyarat tak tertulis untuk tetap berada dalam daftar arisan. Jika seorang bapak sering absen dari rapat komunitas, meskipun ia membayar iuran arisan tepat waktu, ia akan menghadapi tekanan sosial yang luar biasa. Solidaritas sosial yang dibangun melalui kehadiran dianggap lebih penting daripada sekadar ketaatan finansial.
Pertemuan ABB seringkali menjadi forum informal untuk menyelesaikan perselisihan antar-tetangga. Misalnya, masalah parkir, batas properti, atau kebisingan, dapat disinggung dan diselesaikan secara damai di tengah-tengah obrolan santai pasca-arisan. Ketua RT atau tokoh masyarakat menggunakan suasana santai ini untuk memediasi tanpa perlu mengadakan rapat formal yang kaku.
Salah satu risiko terbesar dalam ROSCA adalah anggota yang gagal membayar iuran setelah ia memenangkan arisan (defaulter). Jika ini terjadi, respons komunitas ABB sangat tegas dan berlapis:
Dari sudut pandang ekonomi, ABB menyediakan fungsi vital yang sering tidak tersedia melalui lembaga keuangan formal: pinjaman tanpa bunga, tanpa jaminan, dan tanpa birokrasi yang rumit.
Banyak pria Indonesia yang secara tradisional enggan menabung di bank karena alasan birokrasi, suku bunga rendah (dibandingkan inflasi), atau preferensi terhadap instrumen investasi yang lebih konkret. Arisan memaksa disiplin menabung. Ancaman sanksi sosial karena gagal bayar jauh lebih efektif daripada insentif finansial bank.
Ketika seorang bapak membayar iuran arisan, ia tidak hanya menabung; ia juga berinvestasi dalam jaringan sosialnya. Uang yang ia bayarkan adalah premi asuransi sosial yang menjamin bahwa ketika ia membutuhkan dana besar, komunitas akan mendukungnya. Ini adalah bentuk modal sosial yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Dalam komunitas pengusaha mikro dan kecil (UMKM), terdapat jenis ABB yang dirancang khusus untuk modal usaha. Nominalnya tinggi, dan durasi putaran seringkali lebih pendek (misalnya, tiga atau enam bulan). Tujuan utama memenangkan arisan ini adalah untuk membiayai pembelian stok barang dalam jumlah besar, investasi alat produksi baru, atau membayar sewa ruko. Karena prosesnya cepat dan tidak memerlukan jaminan properti, ABB jenis ini menjadi sumber modal informal yang sangat berharga bagi sektor UMKM.
Alt Text: Ilustrasi clipboard dengan daftar yang merinci struktur dan aturan arisan, menunjukkan pentingnya transparansi.
Fenomena ABB telah berkembang melampaui lingkungan RT/RW dan memasuki ranah spesialisasi berdasarkan hobi atau profesi. Evolusi ini menunjukkan adaptasi konsep ROSCA terhadap kebutuhan spesifik kelompok pria modern.
Di kalangan komunitas penggemar otomotif berkelas tinggi, ABB seringkali diadakan dengan nominal sangat besar, bertujuan untuk membiayai pembelian motor gede atau mobil klasik. Dalam arisan jenis ini, aspek sosialnya sangat kuat. Pertemuan tidak hanya menjadi ajang pengocokan, tetapi juga pameran koleksi kendaraan, modifikasi terbaru, dan diskusi teknis. Status diukur dari jenis motor yang dimiliki dan kemampuan untuk membayar iuran yang bisa mencapai puluhan juta per bulan.
Keunikan dari arisan hobi ini adalah adanya unsur "show-off" yang menjadi bagian integral dari pengalaman sosial. Kebutuhan untuk diakui sebagai anggota komunitas yang mapan secara finansial dan memiliki selera yang baik adalah pendorong utama partisipasi, bahkan lebih kuat daripada kebutuhan finansial itu sendiri.
Dalam kelompok profesional dan eksekutif, ABB dapat berevolusi menjadi struktur investasi yang lebih kompleks, terkadang disebut 'Arisan Saham' atau 'Arisan Properti'. Dana yang terkumpul tidak langsung dibagikan dalam bentuk tunai, melainkan diinvestasikan secara kolektif ke dalam instrumen finansial tertentu (misalnya, membeli tanah atau deposito). Pemenang undian mendapat hak untuk mengelola hasil investasi atau hak prioritas untuk membeli aset kolektif dengan harga diskon.
Jenis arisan ini memerlukan tingkat kepercayaan dan pengetahuan finansial yang jauh lebih tinggi. Para bapak dalam kelompok ini menggunakan arisan sebagai sarana untuk belajar investasi bersama (learning by doing) sambil tetap memelihara jejaring profesional mereka.
Seiring meningkatnya biaya pendidikan, beberapa kelompok bapak-bapak membentuk arisan yang tujuannya eksplisit dan spesifik: memastikan ketersediaan dana besar ketika anak mereka memasuki jenjang sekolah yang mahal (misalnya, SMP atau SMA swasta favorit, atau kuliah). Periode arisan ini biasanya jangka panjang (3 hingga 5 tahun), dan anggotanya cenderung memiliki usia anak yang sebaya.
Dalam kasus ini, arisan berfungsi sebagai disiplin menabung jangka panjang yang berorientasi pada masa depan keluarga, menjauhkan dana tersebut dari godaan belanja sehari-hari, karena konsekuensi gagal bayar (dan hilangnya dana pendidikan anak) jauh lebih berat daripada arisan reguler.
Meskipun ABB adalah institusi yang tangguh, ia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari dinamika internal hingga perubahan gaya hidup modern.
Karena ABB berbasis kepercayaan dan bersifat informal, risiko penggelapan oleh bendahara (Ketua Arisan) selalu ada. Dalam kasus nominal tinggi, skandal penggelapan dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi seluruh anggota. Meskipun jarang terjadi, kasus semacam ini memerlukan intervensi hukum dan seringkali menghancurkan harmoni komunitas secara permanen. Kunci pencegahan adalah transparansi penuh dan pemeriksaan silang catatan keuangan secara rutin oleh anggota yang berbeda.
Di wilayah perkotaan besar, tingkat mobilitas sosial dan geografis sangat tinggi. Bapak-bapak muda cenderung tidak memiliki ikatan kuat dengan RT/RW mereka dan mungkin lebih memilih menghabiskan waktu luang mereka untuk hobi individual atau pekerjaan sampingan, daripada menghadiri rapat komunitas wajib yang melelahkan. Hal ini menyebabkan penurunan partisipasi dan membuat arisan lingkungan menjadi kurang relevan bagi generasi baru.
Munculnya platform arisan online atau digital (misalnya, menggunakan aplikasi grup WhatsApp atau Telegram untuk kocokan dan transfer dana) telah mengubah lanskap ABB. Keuntungan utamanya adalah efisiensi waktu dan transparansi pencatatan otomatis. Namun, digitalisasi juga menghilangkan fungsi sosial utamanya: pertemuan fisik. Ketika arisan menjadi murni transaksi finansial online, ia kehilangan kekuatannya sebagai perekat sosial dan manajemen konflik komunal. Bapak-bapak yang mencari ikatan sosial tetap memilih arisan tatap muka, sementara mereka yang murni mencari alat tabungan mungkin beralih ke platform digital.
Keberhasilan ABB sangat bergantung pada kepatuhan terhadap serangkaian kode etik tak tertulis yang mengatur interaksi dan menjaga kehormatan antar anggota.
Diskusi yang terjadi dalam pertemuan ABB, terutama yang berkaitan dengan kondisi keuangan individu atau masalah lingkungan yang sensitif, harus dijaga kerahasiaannya. Anggota yang terbukti menyebarkan gosip atau informasi pribadi yang diperoleh dari forum ABB akan dianggap tidak dapat dipercaya. ABB adalah ruang aman di mana bapak-bapak bisa berbagi kekhawatiran tanpa takut dihakimi atau di-gosipkan di lingkungan umum.
Dalam forum ABB, setiap bapak ingin didengarkan, terutama ketika berbicara tentang masalah yang berkaitan dengan pekerjaan atau kontribusi mereka terhadap lingkungan. Ada hierarki tak tertulis dalam urutan berbicara. Ketua RT atau tokoh masyarakat biasanya mendapat waktu bicara yang lebih panjang dan serius. Bapak yang lebih muda atau pendatang baru diharapkan lebih banyak mendengarkan dan mengajukan pertanyaan yang cerdas, alih-alih mendominasi percakapan.
Pembayaran iuran arisan harus dilakukan sebelum atau tepat pada hari pertemuan. Keterlambatan pembayaran, bahkan hanya beberapa jam, dianggap sebagai pelanggaran kecil yang merusak arus kas kelompok. Jika seorang anggota memiliki masalah likuiditas temporer, protokol yang benar adalah memberitahu Ketua Arisan secara pribadi dan meminta maaf secara terbuka kepada kelompok, alih-alih hanya menghilang atau mengabaikan kewajiban.
Ketika nama seseorang ditarik, penting bagi anggota lain untuk memberikan ucapan selamat yang tulus, bahkan jika mereka secara pribadi berharap nama merekalah yang keluar. Menunjukkan iri hati atau kekecewaan secara terang-terangan dianggap tidak etis. Sikap profesional dan sportif sangat dijunjung tinggi, menekankan bahwa arisan adalah proses kolektif, bukan persaingan individual.
Partisipasi aktif dalam ABB secara langsung mempengaruhi citra dan peran seorang pria dalam lingkup domestik dan komunalnya.
Bagi banyak keluarga, ABB adalah jembatan komunikasi yang unik. Istri seringkali sangat mengetahui kapan dan di mana pertemuan ABB diadakan, dan mereka seringkali terlibat dalam persiapan makanan atau penataan rumah. Dana arisan yang dimenangkan oleh bapak seringkali digunakan untuk keperluan bersama, seperti biaya sekolah, liburan, atau pembelian aset rumah tangga. Ini menjadikan ABB sebagai kegiatan yang disetujui dan didukung oleh seluruh unit keluarga.
Lebih jauh, karena ABB memastikan bapak-bapak hadir dalam forum komunal, istri secara tidak langsung mendapatkan akses informasi tentang isu lingkungan melalui suami mereka, atau mereka dapat menggunakan jaringan suami mereka untuk menyelesaikan masalah rumah tangga (misalnya, mencari tukang bangunan yang direkomendasikan). Keterlibatan dalam ABB, bagi sang bapak, adalah bukti konkret dari tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan perencanaan finansial keluarga.
Ketika seorang bapak menjadi anggota arisan yang disiplin, ia memberikan contoh nyata kepada anak-anaknya mengenai pentingnya komitmen, menabung secara berkala, dan mengelola kewajiban sosial. Kesuksesan dalam mengelola arisan—baik sebagai pemenang awal yang disiplin membayar sisa iuran, maupun sebagai penabung akhir yang sabar—menjadi narasi yang dibanggakan dalam keluarga.
Meskipun dunia bergerak menuju formalisasi dan digitalisasi, Arisan Bapak-Bapak diprediksi akan tetap relevan, setidaknya dalam konteks komunitas berbasis teritorial (RT/RW) di Indonesia.
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern di mana komunikasi seringkali terbatas pada pesan singkat dan email, pertemuan fisik ABB menawarkan kebutuhan fundamental manusia untuk interaksi tatap muka yang mendalam. Kualitas hubungan yang dibangun melalui kopi, obrolan larut malam, dan tegangan saat pengocokan tidak dapat ditiru oleh aplikasi digital manapun.
ABB menunjukkan fleksibilitas yang luar biasa. Ia dapat bertransformasi menjadi arisan investasi, arisan hobi, atau arisan pendidikan, menyesuaikan diri dengan tuntutan ekonomi anggotanya. Kemampuan adaptasi ini menjamin kelangsungan hidupnya. Selama komunitas membutuhkan mekanisme tabungan non-bank yang cepat dan sistem jaminan sosial non-formal yang kuat, ABB akan terus memainkan peran sentral.
Secara keseluruhan, Arisan Bapak-Bapak adalah manifestasi dari kearifan lokal Indonesia dalam mengelola keuangan kolektif dan membangun modal sosial. Ia adalah sebuah institusi multidimensi: sistem keuangan mikro yang efisien, arena politik sosial yang halus, dan yang paling penting, perekat yang menjaga kohesi dan solidaritas komunitas pria dalam menghadapi tantangan modern.
Model ROSCA yang diterapkan dalam Arisan Bapak-Bapak (ABB) menawarkan keunggulan yang tidak dimiliki oleh bank komersial, terutama bagi mereka yang tergolong unbanked atau yang memiliki akses terbatas terhadap kredit formal. Keunggulan utamanya adalah kecepatan dan ketiadaan persyaratan jaminan. Bapak-bapak yang membutuhkan dana tunai segera dapat memenangkan putaran arisan dan memperoleh uang tersebut dalam waktu 24 jam setelah pengocokan, sebuah kecepatan yang mustahil dicapai oleh bank konvensional.
Kepercayaan adalah infrastruktur utama ABB. Karena semua anggota saling mengenal dan terikat oleh kewajiban komunal (RT/RW), risiko moral (moral hazard) jauh lebih rendah dibandingkan transaksi pinjaman dari pihak asing. Sanksi default bukanlah denda keuangan, melainkan isolasi sosial, yang merupakan ancaman yang jauh lebih besar dalam masyarakat komunal. Ancaman kehilangan reputasi ini berfungsi sebagai jaminan yang lebih efektif daripada agunan fisik. Keterikatan ini menciptakan apa yang oleh sosiolog disebut sebagai modal sosial tertutup (bonding social capital).
Namun, kekuatan ini juga merupakan kelemahan terbesar. Sifatnya yang tertutup dan bergantung pada kepercayaan membuat ABB rentan terhadap risiko sistemik jika komunitas itu sendiri mengalami keruntuhan sosial atau jika bendahara melarikan diri. Jika bendahara—seorang figur yang dipercaya—berkhianat, seluruh sistem runtuh tanpa adanya jalur hukum yang mudah dan cepat untuk rekonsiliasi dana. Penyelesaiannya biasanya harus kembali ke musyawarah yang melibatkan tokoh agama atau kepolisian, tetapi proses pengembalian dana seringkali rumit dan memakan waktu.
Meskipun mekanismenya sama, fokus ABB dan Arisan Ibu-Ibu berbeda signifikan. Arisan Ibu-Ibu seringkali berorientasi pada kebutuhan konsumtif, sosial-rekreatif, atau investasi kecil (emas/perhiasan). Sebaliknya, ABB lebih sering berorientasi pada:
Perbedaan ini menunjukkan bahwa ABB secara inheren lebih terikat pada tanggung jawab ekonomi yang bersifat publik dan pengukuhan identitas maskulin sebagai pencari nafkah yang sukses dan kontributor komunitas yang handal.
Untuk memahami kompleksitas interaksi ABB, kita dapat membayangkan skenario di RT 05, Kelurahan Mawar, di mana terdapat 15 anggota arisan dengan iuran bulanan Rp 500.000. Total dana yang dikocok adalah Rp 7.500.000.
Pertemuan dibuka dengan rapat RT singkat oleh Bapak Rahman, membahas keamanan lingkungan (masalah lampu jalan yang mati). Diskusi ini berlangsung alot karena Bapak Joni merasa iuran keamanan terlalu tinggi, dan Bapak Hendra sibuk mengecek ponselnya, khawatir dianggap tidak fokus. Bapak Rahman harus menggunakan keahlian mediasi untuk menyeimbangkan ketidakpuasan dan kepatuhan.
Setelah masalah RT selesai, barulah agenda inti: Arisan. Sebelum pengocokan, Bapak Rahman dengan transparan membacakan daftar pembayaran. Terungkap bahwa Bapak Toni (yang tidak hadir) terlambat membayar. Bapak Rahman, bukannya langsung menghukum, menggunakan momen ini untuk mengingatkan secara halus pentingnya komitmen.
Momen Kocok: Nama Bapak Dimas keluar. Bapak Dimas adalah seorang guru yang dana arisan tersebut akan ia gunakan untuk membeli laptop baru untuk mengajar daring. Sorakan bergema. Bapak Dimas bersalaman dengan semua orang, mengucapkan terima kasih, dan berjanji akan menjamu snack istimewa pada gilirannya sebagai tuan rumah bulan depan. Kemenangan ini memicu obrolan ringan tentang teknologi dan kesulitan mengajar jarak jauh.
Setelah arisan ditutup, pertemuan berlanjut hingga larut. Bapak Yusuf (Tukang Listrik) mendapat beberapa proyek kecil dari Bapak Rahman (Katering) yang membutuhkan instalasi listrik baru di dapur kateringnya. Bapak Hendra, meskipun baru, berhasil mendapatkan tips dari Bapak Joni tentang bagaimana bernegosiasi dengan pengembang properti. Informasi bisnis dan peluang kerja terjalin erat dengan obrolan tentang harga rokok, hasil pertandingan sepak bola, dan bagaimana cara memangkas rumput yang efisien.
Dalam skenario ini, kita melihat bahwa uang hanyalah alat. Nilai sejati dari ABB adalah platform untuk pertukaran sumber daya (dana, informasi, jasa teknis) yang diikat oleh kewajiban sosial. Tanpa pertemuan arisan, tukang listrik tidak akan duduk bersama pengusaha katering, dan pegawai baru tidak akan mendapat mentor informal dari pensiunan.
ABB berperan penting dalam memelihara definisi maskulinitas yang ideal di Indonesia: pria yang bertanggung jawab secara finansial, terikat pada komunitasnya, dan mampu mengamankan sumber daya untuk keluarganya.
Pria yang aktif di ABB, hadir di rapat Siskamling, dan membayar iuran tepat waktu, dianggap sebagai tipe "Bapak Ideal". ABB mempromosikan maskulinitas yang berbasis pada pelayanan publik dan tanggung jawab sosial, bukan hanya dominasi. Kesuksesan finansial dalam konteks ABB tidak diukur dari seberapa kaya seseorang, tetapi dari seberapa baik ia mengelola kewajiban finansialnya kepada komunitas dan seberapa besar manfaat kehadirannya bagi lingkungan sekitar.
Ketidakmampuan untuk berpartisipasi atau gagal bayar, sebaliknya, dapat dianggap sebagai kegagalan dalam menjalankan peran maskulin inti—yaitu kegagalan dalam memelihara stabilitas finansial dan sosial keluarga di mata publik. Oleh karena itu, tekanan untuk berpartisipasi dalam ABB sangat kuat; ini adalah semacam ritual inisiasi berkelanjutan menjadi anggota komunitas pria yang terhormat dan dewasa.
Ketua Arisan atau Ketua RT, yang sering kali adalah orang yang sama, harus menunjukkan keterampilan kepemimpinan yang bersifat fasilitatif, bukan otoriter. Mereka harus mendengarkan, mendinginkan suasana saat terjadi perselisihan (misalnya, perbedaan pendapat tentang pengeluaran kas RT), dan memastikan bahwa sistem keuangan berjalan adil. Kepemimpinan dalam ABB adalah tentang menciptakan konsensus dan menjaga "wajah" (reputasi) semua anggota, bahkan saat menegur anggota yang lalai.
Semakin tinggi nominal arisan, semakin tinggi pula kompleksitas manajemen risiko yang harus ditanggung oleh para anggota secara kolektif. Risiko ini meluas melampaui sekadar gagal bayar individu.
Dalam arisan yang berjangka panjang (misalnya, 24 bulan), pemenang di akhir periode menanggung kerugian nilai waktu uang (time value of money). Meskipun mereka mendapatkan jumlah nominal yang sama, daya beli uang tersebut telah menurun drastis karena inflasi, terutama jika arisan tersebut bersifat konsumtif. Bapak-bapak yang cerdas secara finansial menyadari hal ini. Mereka yang berada di urutan akhir seringkali adalah mereka yang tidak mendesak likuiditas dan menggunakan arisan sebagai alat menabung terproteksi dari diri sendiri (precommitment mechanism), bukan sebagai instrumen investasi yang menghasilkan keuntungan.
Untuk mengatasi risiko inflasi dalam arisan berjangka panjang yang berorientasi investasi (misalnya, arisan properti), beberapa kelompok menerapkan mekanisme penyesuaian. Mereka mungkin mengharuskan anggota yang menang di awal untuk membayar iuran tambahan (premi) pada bulan-bulan berikutnya, atau mengikat nilai arisan dengan harga emas atau mata uang asing yang disepakati. Namun, mekanisme ini sangat jarang ditemukan di tingkat RT/RW karena memerlukan perjanjian hukum yang lebih formal dan tingkat kepercayaan yang eksponensial.
Pelelangan giliran yang telah disinggung sebelumnya sebenarnya berfungsi sebagai asuransi informal. Jika seorang bapak membutuhkan uang mendesak dan belum mendapat giliran, ia dapat membeli giliran dari pemenang sebelumnya dengan membayar biaya tertentu. Ini menciptakan likuiditas di luar jadwal resmi dan menunjukkan bagaimana pasar informal dapat muncul di dalam struktur ROSCA untuk memenuhi kebutuhan mendesak.
Intinya, Arisan Bapak-Bapak adalah sebuah model ekonomi rakyat yang sempurna. Ia efisien dalam memberikan pinjaman tanpa birokrasi, efektif dalam menggalang modal sosial, dan tak tertandingi dalam perannya sebagai fondasi bagi partisipasi kewajiban komunal. Institusi ini, yang lahir dari kebutuhan kolektif dan dijaga oleh etika maskulin yang kuat, terus membuktikan relevansinya yang abadi dalam membentuk lanskap sosial dan ekonomi Indonesia.