Arteri Basilaris: Pusat Sirkulasi Posterior Otak

Diagram Arteri Basilaris dan Sirkulasi Otak Posterior Representasi skematis pembentukan Arteri Basilaris dari Arteri Vertebralis dan percabangan utama ke batang otak dan lobus oksipital. Arteri Vertebralis Kiri Arteri Vertebralis Kanan Arteri Basilaris (AB) A. Pontine AICA SCA PCA Kiri PCA Kanan Sistem Sirkulasi Posterior Alt Text: Diagram Arteri Basilaris dan Sirkulasi Otak Posterior

Gambar 1: Skema Arteri Basilaris dan Percabangan Utamanya

Pendahuluan: Pentingnya Arteri Basilaris

Arteri Basilaris (AB) merupakan pembuluh darah tunggal yang sangat penting dan terletak di garis tengah dasar otak. Pembuluh ini memainkan peran krusial dalam menyuplai darah beroksigen ke struktur posterior otak, termasuk batang otak (midbrain, pons, medula oblongata), serebelum, serta lobus oksipital dan temporal. Kerusakan, penyumbatan, atau anomali pada arteri basilaris hampir selalu mengakibatkan defisit neurologis parah, seringkali berakibat fatal, karena area yang disuplai oleh arteri ini mengatur fungsi-fungsi vital kehidupan.

Posisinya yang strategis di atas klivus (Clivus) pada permukaan ventral pons menjadikannya rentan terhadap berbagai kondisi patologis, terutama oklusi tromboemboli. Karena AB adalah bagian integral dari Sirkulus Willis, fungsinya terjalin erat dengan sirkulasi anterior. Namun, meskipun terdapat mekanisme kompensasi pada Sirkulus Willis, oklusi total AB biasanya tidak dapat ditoleransi karena suplai darah ke pusat-pusat pernapasan dan kesadaran di batang otak terputus.

Memahami anatomi rinci, distribusi percabangan, dan mekanisme patofisiologis yang berhubungan dengan arteri basilaris adalah fundamental dalam neurologi dan bedah saraf. Studi mengenai pembuluh ini tidak hanya mencakup dimensi makroskopisnya tetapi juga melibatkan dinamika aliran darah mikro yang kompleks yang mempengaruhi jaringan inti otak dan serebelum.

Arteri basilaris berfungsi sebagai jalan utama yang menyalurkan seluruh aliran darah dari sirkulasi posterior, yang dibentuk oleh penyatuan dua arteri vertebralis. Perjalanan ini memastikan nutrisi yang cukup untuk komponen-komponen kritis sistem saraf pusat. Kegagalan dalam sistem ini tidak hanya menyebabkan iskemia fokal tetapi juga dapat mengganggu integritas jalur sensorik dan motorik utama yang melintasi batang otak, menghasilkan sindrom klinis yang dramatis dan seringkali ireversibel.

Anatomi Makroskopis dan Formasi

Pembentukan Arteri Basilaris

Arteri Basilaris dibentuk oleh penyatuan (koalesensi) dua arteri vertebralis (kanan dan kiri) pada batas inferior pons dan medula oblongata. Titik penyatuan ini umumnya terletak setinggi sulkus bulbopontine. Setelah terbentuk, arteri basilaris berjalan naik secara vertikal di sepanjang jalur dangkal, beristirahat di alur median yang dikenal sebagai sulkus basilaris, pada permukaan ventral pons.

Panjang rata-rata arteri basilaris bervariasi, namun biasanya berkisar antara 25 hingga 40 milimeter. Diameter arteri ini juga signifikan, umumnya lebih besar daripada arteri vertebralis yang membentuknya. Perjalanan AB berakhir di perbatasan superior pons, di mana ia terbagi menjadi dua cabang terminal yang paling penting: Arteri Serebral Posterior (PCA) kanan dan kiri.

Hubungan anatomis AB sangat spesifik dan penting untuk dipahami dalam konteks klinis. Secara ventral, AB berbatasan langsung dengan klivus, yang merupakan bagian dari tulang sphenoid dan oksipital. Di bagian lateral, AB berhubungan erat dengan saraf kranial (terutama saraf abdusens, trigeminus, fasialis, dan vestibulokoklearis) yang keluar dari batang otak. Kedekatan ini menjelaskan mengapa lesi atau anomali vaskular seperti aneurisma basilaris sering menyebabkan neuropati kranial multipel.

Hubungan dengan Struktur Batang Otak

Selama perjalanannya ke superior, arteri basilaris melintasi area yang kaya akan struktur neurologis vital:

Studi neurovaskular menunjukkan bahwa arteri basilaris bukan merupakan pipa lurus; biasanya memiliki kelengkungan atau tortuositas yang meningkat seiring bertambahnya usia. Tortuositas yang berlebihan, terutama pada individu hipertensi, dapat menyebabkan kompresi pada saraf kranial terdekat, sebuah kondisi yang dikenal sebagai kompresi neurovaskular, yang sering dikaitkan dengan neuralgia trigeminus atau hemifacial spasm.

Percabangan dan Distribusi Fungsional Arteri Basilaris

Arteri basilaris memberikan beberapa cabang utama yang bertanggung jawab atas suplai darah ke sebagian besar batang otak dan serebelum. Percabangan ini diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama: arteri perforator paramedian, arteri sirkumferensial pendek, dan arteri sirkumferensial panjang.

1. Arteri Paramedian dan Sirkumferensial Pendek

Arteri-arteri kecil ini keluar secara langsung dari AB dan menembus jaringan pons. Mereka menyediakan suplai darah ke nukleus pontine, jaras motorik (kortikospinal), dan jaras sensorik di daerah medial batang otak. Oklusi pada pembuluh darah kecil ini adalah penyebab paling umum dari infark lakunar pada pons.

2. Cabang Sirkumferensial Panjang (Major Branches)

a. Arteri Serebelar Inferior Anterior (AICA)

AICA biasanya merupakan cabang pertama yang muncul dari arteri basilaris, meskipun kadang-kadang berasal dari arteri vertebralis. AICA bertugas memasok bagian anterior dan inferior serebelum, termasuk pedunkulus serebelar tengah dan inferior. Cabang AICA yang paling distal juga menyuplai struktur telinga dalam melalui arteri labirin (atau arteri auditori interna).

Infark yang melibatkan AICA menyebabkan sindrom serebelar lateral yang kompleks, seringkali disertai dengan gangguan pendengaran dan vertigo berat (disebabkan oleh iskemia arteri labirin). Karena kedekatannya dengan nukleus vestibular dan koklea, sindrom AICA (AICA Syndrome) ditandai oleh gejala kohleovestibular yang menonjol.

b. Arteri Serebelar Superior (SCA)

SCA keluar dari arteri basilaris dekat ujung superiornya, tepat sebelum pembagian terminal menjadi PCA. SCA berjalan di sekitar midbrain dan pons atas, menyuplai bagian superior serebelum, termasuk pedunkulus serebelar superior, dan sebagian kecil midbrain. SCA sering melintasi saraf kranial III (Oculomotor) atau IV (Troklearis).

Oklusi SCA (SCA Syndrome) menghasilkan ataksia ipsilateral yang signifikan dan defisit sensorik pada wajah dan ekstremitas (karena keterlibatan jaras spinotalamikus). Sindrom ini jarang melibatkan defisit kesadaran murni kecuali jika kerusakan meluas ke midbrain tegmentum yang disuplai oleh SCA.

c. Arteri Serebral Posterior (PCA)

PCA adalah cabang terminal arteri basilaris. Pembagian ini terjadi pada fosa interpedunkular. PCA adalah pembuluh darah utama sirkulasi posterior, bertanggung jawab untuk menyuplai:

PCA dibagi lagi menjadi segmen P1 (prekomunikan), P2 (perimesensefalik), P3 (kuadrigeminal), dan P4 (kortikal). Segmen P1 adalah yang paling penting karena ia bergabung dengan arteri komunikans posterior (PCommA) dari sirkulasi anterior (melalui Internal Carotid Artery/ICA), menyelesaikan Sirkulus Willis.

Iskemia PCA, terutama di wilayah kortikal, menyebabkan hemianopsia homonimus (kehilangan penglihatan di separuh bidang pandang) atau, pada kasus yang melibatkan kedua PCA, dapat menyebabkan kebutaan kortikal. Keterlibatan talamus medial (melalui cabang talamoperforan) dapat menyebabkan defisit sensorik parah atau sindrom nyeri talamus.

Detail Tambahan Percabangan: Arteri Pontine

Arteri Pontine mencakup banyak pembuluh kecil yang menembus jaringan pons. Pembuluh ini sangat rentan terhadap lipohialinosis, suatu bentuk penyakit pembuluh darah kecil yang disebabkan oleh hipertensi kronis. Pembuluh-pembuluh ini dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasinya:

Oklusi arteri pontine sangat sering menyebabkan sindrom batang otak yang terlokalisasi, seperti infark lakunar murni motorik, yang merupakan manifestasi paling umum dari penyakit vaskular kecil pada pons.

Fisiologi dan Dinamika Aliran Darah

Fungsi utama arteri basilaris adalah memastikan aliran darah yang stabil dan adekuat ke struktur vital di posterior otak. Keistimewaan hemodinamika AB terletak pada posisinya di Sirkulus Willis dan mekanisme autoregulasi otak.

Peran dalam Sirkulus Willis

Arteri basilaris membentuk bagian posterior dari Sirkulus Willis. Melalui arteri komunikans posterior (PCommA), sirkulasi posterior terhubung dengan sirkulasi anterior (yang berasal dari arteri karotis interna). Sambungan ini berfungsi sebagai mekanisme kompensasi. Jika aliran darah di salah satu arteri karotis terganggu, PCommA dapat memperluas dan mengalirkan darah dari sirkulasi posterior (melalui AB) ke anterior, atau sebaliknya.

Namun, Sirkulus Willis tidak selalu lengkap atau fungsional pada setiap individu. Variasi anatomis, seperti PCommA yang hipoplastik atau tidak ada, sangat umum. Dalam kasus ini, Arteri Basilaris menjadi satu-satunya sumber suplai darah yang andal untuk seluruh sistem posterior. Inilah sebabnya mengapa oklusi AB sering memiliki konsekuensi yang jauh lebih parah dibandingkan oklusi pada arteri serebral tengah, yang memiliki area tumpang tindih suplai darah yang lebih besar.

Dinamika Aliran

Karena AB adalah arteri tunggal yang besar, aliran darah di dalamnya bersifat laminer (berlapis). Trombosis atau emboli yang terjadi di AB seringkali dapat menyumbat seluruh lumen, menyebabkan iskemia global pada batang otak. Kecepatan aliran darah dalam AB dapat dipantau menggunakan Transcranial Doppler (TCD), dan perubahan kecepatan adalah indikator penting stenosis basilaris atau peningkatan tekanan intrakranial.

Autoregulasi Batang Otak

Batang otak memiliki mekanisme autoregulasi yang sangat ketat untuk mempertahankan aliran darah otak (CBF) yang konstan meskipun terjadi fluktuasi tekanan darah sistemik. Pembuluh darah kecil yang berasal dari AB, termasuk arteri pontine dan perforator, adalah yang paling terlibat dalam proses ini. Kerusakan pada mekanisme autoregulasi akibat hipertensi kronis (seperti yang terlihat pada lipohialinosis) membuat jaringan otak rentan terhadap iskemia atau perdarahan pada tekanan darah ekstrem.

Patologi Klinis: Oklusi Arteri Basilaris dan Aneurisma

1. Oklusi Arteri Basilaris (BAO)

Oklusi Arteri Basilaris (Basilar Artery Occlusion/BAO) adalah salah satu jenis stroke paling mematikan. BAO dapat terjadi melalui dua mekanisme utama: emboli (pembekuan darah yang berasal dari tempat lain, seperti jantung atau arteri vertebralis) atau trombosis in situ (pembentukan bekuan di lokasi stenosis aterosklerotik). Trombosis in situ lebih sering terjadi pada pasien dengan riwayat aterosklerosis dan hipertensi.

Etiologi dan Patogenesis

Aterosklerosis adalah penyebab dominan BAO. Plak aterosklerotik sering terbentuk di bagian proksimal AB, dekat penyatuan arteri vertebralis, atau di ujung distal (ostium PCA). Plak ini dapat meradang, retak, dan memicu kaskade koagulasi yang menghasilkan trombus. Etiologi lain termasuk diseksi arteri vertebralis yang meluas ke AB, vaskulitis, atau sindrom hiperkoagulabilitas.

Sindrom Klinis Akibat Oklusi

Manifestasi klinis BAO bervariasi tergantung pada seberapa tinggi dan seberapa lengkap oklusi tersebut. Karena AB menyuplai pusat kesadaran (Formatio Retikularis) dan semua jalur motorik serta sensorik yang melewati batang otak, oklusi total sering mengakibatkan:

Oklusi parsial atau oklusi cabang perforator yang lebih kecil menghasilkan sindrom pontine spesifik, seperti infark basis pontine, yang hanya menyebabkan ataksia atau hemiparesis murni motorik, tanpa mengganggu kesadaran secara keseluruhan. Detail spesifik pada oklusi parsial memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai suplai darah segmen per segmen.

2. Aneurisma Arteri Basilaris

Aneurisma pada arteri basilaris adalah kondisi serius. Aneurisma basilaris paling sering terjadi di bifurkasi terminal (ujung superior AB, dekat asal PCA) atau di titik keluarnya cabang besar (seperti SCA atau AICA). Aneurisma di lokasi ini cenderung memiliki bentuk sirkuler (berry aneurysm).

Aneurisma di AB memiliki risiko tinggi untuk ruptur, menyebabkan Perdarahan Subaraknoid (SAH) yang katastrofik dan memiliki tingkat mortalitas yang sangat tinggi. Bahkan aneurisma yang tidak ruptur dapat menyebabkan gejala neurologis melalui efek massa, menekan batang otak atau saraf kranial terdekat (paling sering saraf III, Oculomotor, menyebabkan ptosis dan pupil dilatasi).

3. Dolikoektasia Basilaris

Dolikoektasia (Dolichoectasia) mengacu pada pelebaran dan pemanjangan abnormal arteri basilaris. Kondisi ini sering dikaitkan dengan hipertensi jangka panjang atau penyakit jaringan ikat. Arteri basilaris yang memanjang dan melebar dapat menghasilkan massa yang menekan struktur sekitar:

Dolikoektasia merupakan faktor risiko independen untuk stroke iskemik dan hemoragik di posterior otak, dan memerlukan manajemen tekanan darah yang ketat.

Sindrom Batang Otak Berdasarkan Segmen Arteri Basilaris

Karena AB menyuplai seluruh batang otak, infark pada segmen tertentu menghasilkan sindrom yang sangat terdefinisi, mencerminkan kerusakan pada nukleus dan jaras yang berbeda.

Infark Segmen Superior Basilaris

Disebabkan oleh oklusi di ujung distal AB, sering melibatkan SCA dan PCA proksimal. Gejala fokus pada midbrain dan talamus:

Infark Segmen Tengah (Pons) Basilaris

Oklusi di badan utama AB, melibatkan arteri pontine dan terkadang AICA. Ini adalah lokasi paling umum untuk Locked-in Syndrome jika kerusakan bersifat bilateral di pons ventral:

Infark Segmen Inferior Basilaris

Oklusi dekat asal AB atau ekstensi dari oklusi arteri vertebralis. Melibatkan medula dan serebelum inferior (PICA dan AICA). Gejala mirip dengan Sindrom Wallenberg (PICA), tetapi dengan potensi keterlibatan bilateral:

Setiap tingkat oklusi memerlukan interpretasi klinis yang cepat. Waktu adalah otak, dan prognosis BAO sangat bergantung pada inisiasi terapi reperfusi dalam jangka waktu yang sangat sempit.

Metode Diagnosis Vaskulopati Arteri Basilaris

Diagnosis yang cepat dan akurat sangat penting untuk manajemen BAO. Berbagai modalitas pencitraan digunakan untuk memvisualisasikan arteri basilaris dan menentukan lokasi serta tingkat keparahan oklusi.

1. Computed Tomography (CT) dan CT Angiography (CTA)

CT scan sering menjadi modalitas lini pertama karena ketersediaannya yang cepat. Meskipun CT standar mungkin normal pada iskemia akut, CTA adalah teknik yang sangat berguna. CTA (Computed Tomography Angiography) melibatkan injeksi zat kontras untuk memvisualisasikan pembuluh darah. CTA secara definitif dapat mengidentifikasi oklusi pada arteri basilaris (sebagai cut-off atau hilangnya opasifikasi) dan juga menilai sirkulasi kolateral (misalnya, melalui PCommA).

Pada BAO akut, CT scan dapat menunjukkan tanda hiperdensitas (hyperdense basilar artery sign), yang merupakan tanda langsung adanya trombus. Tanda ini, meskipun sensitivitasnya tidak 100%, sangat spesifik dan merupakan indikasi kuat untuk intervensi darurat.

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan MR Angiography (MRA)

MRI, khususnya DWI (Diffusion-Weighted Imaging), sangat sensitif dalam mendeteksi infark iskemik pada batang otak yang disuplai oleh AB, bahkan dalam beberapa jam pertama. MRA (Magnetic Resonance Angiography) memberikan visualisasi non-invasif dari AB. MRA lebih unggul dalam mendeteksi diseksi vaskular dan aneurisma dibandingkan dengan CTA standar, serta menilai luasnya penyakit aterosklerotik.

Pencitraan MRI juga memungkinkan evaluasi edema dan efek massa yang mungkin disebabkan oleh dolikoektasia atau aneurisma yang besar, yang tidak selalu terlihat jelas pada CT.

3. Angiografi Digital Subtraksi (DSA)

DSA (Digital Subtraction Angiography) adalah standar emas untuk pencitraan vaskular. Meskipun bersifat invasif, DSA memberikan resolusi spasial tertinggi dan detail terbaik mengenai anatomi dan patologi AB, termasuk stenosis, aneurisma, dan anomali. Dalam konteks BAO, DSA sering dilakukan sebagai bagian dari prosedur endovaskular (trombektomi) untuk memverifikasi lokasi sumbatan dan keberhasilan reperfusi.

4. Transcranial Doppler (TCD)

TCD adalah alat non-invasif yang menggunakan gelombang suara untuk mengukur kecepatan aliran darah di AB. TCD sangat berguna untuk memantau stenosis intrakranial, mendeteksi emboli, dan menilai respons terapi pada pasien yang menerima trombolisis atau antikoagulan. Peningkatan kecepatan puncak sistolik secara signifikan di AB merupakan tanda stenosis berat.

Integrasi dari modalitas-modalitas pencitraan ini memungkinkan ahli saraf dan intervensi untuk membuat keputusan yang terinformasi dan cepat, yang krusial mengingat sifat darurat oklusi arteri basilaris.

Penatalaksanaan Klinis dan Intervensi

Manajemen oklusi arteri basilaris adalah situasi darurat medis yang memerlukan tindakan segera untuk memulihkan aliran darah (reperfusi) ke batang otak.

1. Terapi Trombolitik Intravena (IV Thrombolysis)

Seperti stroke iskemik lainnya, pemberian aktivator plasminogen jaringan rekombinan (rt-PA) dapat dipertimbangkan jika pasien datang dalam jendela waktu terapeutik (biasanya dalam 4,5 jam onset gejala) dan tidak memiliki kontraindikasi. Namun, efektivitas rt-PA pada BAO seringkali lebih rendah dibandingkan pada oklusi arteri sirkulasi anterior karena ukuran bekuan yang mungkin lebih besar dan beban trombus yang lebih tinggi.

2. Trombektomi Endovaskular (Intra-arterial Thrombectomy)

Saat ini, trombektomi mekanis telah menjadi terapi pilihan untuk BAO, terutama pada pasien yang tidak memenuhi syarat untuk IV trombolisis atau mereka yang gagal merespons. Prosedur ini melibatkan navigasi kateter melalui sistem vaskular, mencapai lokasi oklusi di AB, dan menghilangkan trombus menggunakan stent retriever atau aspirasi.

Keberhasilan trombektomi sangat terkait dengan TICI (Thrombolysis in Cerebral Infarction) score, yang mengukur tingkat keberhasilan reperfusi. Reperfusi TICI 2b atau 3 yang sukses sering dikaitkan dengan hasil neurologis yang jauh lebih baik, meskipun BAO tetap memiliki prognosis yang hati-hati dibandingkan stroke sirkulasi anterior.

3. Manajemen Medis Jangka Panjang

Setelah reperfusi sukses, pencegahan sekunder menjadi fokus utama. Ini mencakup:

4. Penatalaksanaan Aneurisma Basilaris

Aneurisma AB dapat ditangani melalui pendekatan bedah atau endovaskular:

Variasi Anatomis dan Implikasi Klinis

Arteri Basilaris dan komponen sirkulasi posterior sangat bervariasi antar individu. Variasi ini mempengaruhi bagaimana otak merespons iskemia.

Variasi Asal Arteri Vertebralis

Tidak semua individu memiliki arteri vertebralis yang simetris. Asimetri, di mana satu arteri vertebralis (misalnya, yang kiri) jauh lebih dominan daripada yang kanan, sangat umum. Jika arteri vertebralis yang dominan ini tersumbat (misalnya oleh diseksi), seluruh arteri basilaris akan kekurangan suplai darah, menghasilkan infark yang lebih besar daripada jika kedua arteri vertebralis memiliki ukuran yang sama.

Hipoplasia Arteri Komunikans Posterior (PCommA)

Hipoplasia atau ketiadaan PCommA bilateral adalah variasi anatomis yang paling signifikan secara klinis. Jika PCommA tidak berfungsi, koneksi antara sirkulasi anterior dan posterior terputus. Dalam kasus ini, BAO hampir pasti akan berakibat fatal karena tidak ada suplai kolateral ke PCA dan midbrain, menjadikannya 'end artery' fungsional.

Fenestrasi Basilaris

Fenestrasi adalah anomali langka di mana arteri basilaris terpisah menjadi dua lumen yang terpisah dalam jarak pendek sebelum kembali menyatu. Fenestrasi ini penting karena sering dikaitkan dengan peningkatan risiko aneurisma di titik proksimal atau distal fenestrasi. Walaupun biasanya asimtomatik, mereka memerlukan perhatian khusus pada pencitraan vaskular.

Tinjauan Mendalam: Patofisiologi Arteri Serebelar Inferior Anterior (AICA)

Arteri Serebelar Inferior Anterior (AICA) adalah cabang kunci arteri basilaris yang menunjukkan variabilitas anatomis tinggi. AICA sangat penting karena suplai darahnya mencakup batas lateral pons, flokulus serebelum, dan yang terpenting, arteri labirin (auditori interna).

Oklusi AICA, meskipun lebih jarang daripada oklusi PICA atau SCA, menghasilkan sindrom yang sangat spesifik. AICA Syndrome atau Lateral Pontine Syndrome dicirikan oleh iskemia di wilayah yang melibatkan:

Variasi anatomis pada AICA, terutama hubungannya dengan PICA (Arteri Serebelar Inferior Posterior), sering ditemukan. Dalam beberapa kasus, PICA mungkin hipoplastik, dan AICA akan mengambil alih area suplai PICA. Sebaliknya, AICA bisa sangat kecil (hipoplastik) dan wilayahnya disuplai oleh SCA, sehingga oklusi AICA pada pasien ini mungkin memiliki gejala yang lebih ringan, menyoroti pentingnya pencitraan individual.

Penatalaksanaan AICA Syndrome biasanya bersifat suportif dan rehabilitatif, meskipun manajemen vaskular agresif diperlukan untuk mengatasi stenosis arteri basilaris proksimal yang menjadi sumber emboli AICA.

Tinjauan Mendalam: Patofisiologi Arteri Serebelar Superior (SCA)

Arteri Serebelar Superior (SCA) adalah cabang paling distal dari arteri basilaris, berasal tepat di bawah bifurkasi terminal. SCA menyuplai serebelum superior dan bagian penting dari midbrain (mesensefalon).

SCA Syndrome ditandai dengan manifestasi serebelar dan sensorik yang jelas. Kerusakan yang ditimbulkan mencakup serebelum superior dan mesensefalon lateral. Manifestasi utamanya meliputi:

SCA seringkali memiliki hubungan erat dengan saraf kranial III (Oculomotor). Kompresi neurovaskular pada saraf III oleh SCA yang ektatik atau tortuositas jarang terjadi tetapi dapat menyebabkan oftalmoplegia atau sindrom Horner. Oklusi murni SCA biasanya tidak menyebabkan gangguan kesadaran, kecuali jika iskemia meluas secara retrograd ke formatio retikularis midbrain.

Penting untuk membedakan antara SCA syndrome dan AICA syndrome, terutama melalui manifestasi kohleovestibular. SCA syndrome TIDAK menyebabkan tuli atau vertigo yang signifikan karena SCA tidak menyuplai arteri labirin.

Tinjauan Mendalam: Patofisiologi Arteri Serebral Posterior (PCA)

Sebagai cabang terminal arteri basilaris, PCA bertanggung jawab atas suplai sebagian besar pusat visual otak dan struktur memori inti. Patologi PCA sangat bervariasi dan memengaruhi fungsi kognitif dan sensorik tingkat tinggi.

Segmen P1 dan Sirkulasi Kolateral

Segmen P1 PCA (segmen prekomunikan) sangat penting karena merupakan titik di mana PCommA bergabung. Jika oklusi terjadi proksimal terhadap PCommA (di P1), terdapat potensi aliran kolateral dari arteri karotis interna (sirkulasi anterior). Jika PCommA hipoplastik, oklusi P1 akan menyebabkan infark yang luas, melibatkan midbrain, talamus, dan seluruh lobus oksipital.

Cabang-cabang dari P1, terutama arteri talamoperforan, menyuplai talamus medial dan midbrain rostral. Infark pada cabang ini menyebabkan sindrom talamik (nyeri kronis) dan defisit kesadaran jika melibatkan midbrain reticular activating system.

Segmen Kortikal (P2, P3, P4)

Segmen ini menyuplai permukaan inferior dan medial lobus temporal, serta seluruh lobus oksipital. Infark pada area ini adalah penyebab paling umum dari kebutaan kortikal dan gangguan visual spesifik:

Arteri basilaris, melalui percabangan PCA, secara efektif mengintegrasikan fungsi penglihatan, keseimbangan, dan kesadaran. Oklusi di daerah puncak basilaris (apical basilar occlusion) sering melibatkan kedua PCA secara bersamaan, menyebabkan kerusakan visual bilateral, defisit talamus, dan penurunan kesadaran yang dalam.

Kesimpulan dan Relevansi Klinis Lanjutan

Arteri basilaris adalah poros sentral sirkulasi posterior otak. Karena perannya dalam menyuplai seluruh batang otak, yang merupakan rumah bagi pusat-pusat vital (pernapasan, detak jantung, kesadaran), integritas AB adalah prasyarat untuk kelangsungan hidup neurologis.

Patologi yang melibatkan AB, mulai dari stenosis aterosklerotik hingga aneurisma yang kompleks, memerlukan penilaian vaskular yang sangat cermat. Pengenalan dini gejala-gejala batang otak (vertigo mendadak, disartria, kelumpuhan pandangan) harus segera memicu protokol stroke darurat untuk mengonfirmasi atau menyingkirkan BAO.

Perkembangan teknik pencitraan cepat (CTA, MRA) dan kemajuan dalam intervensi endovaskular (trombektomi) telah secara signifikan mengubah prognosis BAO, yang dulunya hampir pasti fatal. Namun, tantangan tetap ada dalam diagnosis BAO yang tidak lengkap atau infark cabang perforator kecil yang mungkin terlewatkan. Oleh karena itu, penelitian terus berlanjut untuk memahami dan memitigasi risiko terkait aterosklerosis intrakranial yang memengaruhi arteri vital ini.

Pengetahuan terperinci mengenai hubungan antara AB dan setiap saraf kranial serta setiap jaras di batang otak bukan hanya merupakan latihan akademis, tetapi alat yang penting bagi dokter untuk secara akurat melokalisasi lesi vaskular dan memprediksi hasil klinis.

Pengulangan Detail Klinis Penting

Untuk menekankan pentingnya BAO, kita harus mengingat kembali bahwa BA adalah jalur tunggal. Tidak seperti sirkulasi anterior di mana terdapat sirkulasi kolateral melalui ACoA (Arteri Komunikans Anterior), sirkulasi posterior sangat bergantung pada efikasi PCommA dan integrasi aliran darah dari kedua AV. Ketika aterosklerosis memengaruhi BA, plak seringkali bersifat sirkumferensial, yang berarti bahwa seluruh lumen terancam. Ini berbeda dengan plak pada arteri karotis yang seringkali unilateral.

Manajemen BAO selalu bersifat multifaktorial. Selain intervensi akut, manajemen intensif unit perawatan stroke untuk mencegah komplikasi sistemik (aspirasi, pneumonia, edema serebral sekunder) adalah penting. Pasien yang mengalami Locked-in Syndrome memerlukan dukungan jangka panjang yang luar biasa. Pemulihan, jika terjadi, seringkali lambat dan tidak lengkap, menggarisbawahi dampak kerusakan iskemik pada struktur inti yang disuplai oleh arteri basilaris.

Dalam konteks pengobatan modern, keputusan untuk melakukan trombektomi harus dilakukan berdasarkan penilaian risiko dan manfaat yang sangat cepat. Meskipun batas waktu 6 jam sering dikutip, studi terbaru menunjukkan bahwa pasien dengan oklusi basilaris mungkin masih mendapat manfaat dari reperfusi yang lebih lama, asalkan terdapat jaringan otak yang masih dapat diselamatkan (penumbra). Penentuan penumbra pada batang otak sulit dilakukan tetapi dapat diindikasikan dengan pencitraan perfusi canggih.

Secara keseluruhan, Arteri Basilaris adalah pembuluh darah yang menantang dan kritis. Fungsi utamanya adalah jaminan kelangsungan fungsi batang otak. Patologinya adalah cerminan dari penyakit vaskular sistemik, terutama hipertensi dan aterosklerosis, dan penanganannya memerlukan koordinasi tertinggi dari tim stroke multidisiplin.

Studi terus menerus mengenai variasi sirkulasi kolateral (terutama status PCommA) sangat penting sebelum prosedur intervensi. Kualitas pembuluh darah kolateral dapat menentukan apakah oklusi parsial berubah menjadi bencana neurologis total atau dapat diredam. Arteri basilaris adalah arteri kehidupan, dan setiap milimeter perjalanannya membawa konsekuensi besar bagi fungsi sistem saraf pusat.

🏠 Homepage