Arteri yang melintasi leher merupakan sistem transportasi paling krusial dalam tubuh manusia. Fungsinya bukan sekadar mengalirkan darah, melainkan menjamin pasokan oksigen dan nutrisi yang konstan ke organ paling haus energi: otak. Tanpa aliran darah yang optimal, bahkan gangguan singkat dalam hitungan detik dapat memicu kerusakan neurologis yang permanen. Sistem arteri ini, yang didominasi oleh dua pasangan utama—Arteri Karotis dan Arteri Vertebralis—bekerja tanpa henti, mengatur tekanan dan mendistribusikan volume darah secara presisi ke seluruh jaringan serebral.
Memahami anatomi, fisiologi, dan potensi gangguan pada arteri-arteri ini merupakan dasar penting dalam pencegahan dan penanganan kondisi neurologis serius, terutama stroke. Jaringan pembuluh darah di leher merupakan titik rentan yang sering menjadi fokus aterosklerosis, sebuah proses yang dapat menyempitkan jalur aliran darah dan meningkatkan risiko peristiwa iskemik. Artikel ini akan membahas secara mendalam struktur, peran regulatoris, patofisiologi, diagnosis modern, hingga strategi pengobatan komprehensif terkait arteri di leher.
Ilustrasi Skematis Arteri Karotis di Leher. Menunjukkan Arteri Karotis Komunis bercabang menjadi Arteri Karotis Interna (merah gelap) yang menyuplai otak, dan Arteri Karotis Eksterna (oranye) yang menyuplai struktur wajah dan leher luar.
Sistem arteri di leher pada dasarnya adalah kelanjutan langsung dari pembuluh darah besar yang muncul dari arkus aorta di dada (di sisi kiri) dan dari arteri brakiocephalic (di sisi kanan). Arteri-arteri ini naik vertikal melalui leher, tersembunyi di dalam selubung karotis (carotid sheath) bersama vena jugularis interna dan saraf vagus.
Arteri Karotis Komunis (AKK) adalah jalur utama yang mendahului semua percabangan karotis. Di sisi kanan, AKK berasal dari Arteri Brakiocephalic. Sementara di sisi kiri, ia langsung bercabang dari Arkus Aorta. Kedua arteri ini berjalan ke atas di sepanjang leher, paralel satu sama lain. AKK tidak memiliki cabang di leher, memastikan bahwa semua volume darah yang diangkut disalurkan secara efisien ke percabangan atas.
Titik paling penting dalam perjalanan AKK adalah lokasi bifurkasi (percabangan). Bifurkasi ini umumnya terjadi setinggi batas atas kartilago tiroid (sekitar vertebra servikal C4). Di titik ini, AKK membelah menjadi dua arteri terminal yang memiliki fungsi dan destinasi sangat berbeda:
Area bifurkasi ini juga merupakan lokasi anatomis dari dua struktur sensorik penting: Karotis Sinus dan Karotis Body. Karotis Sinus mengandung baroreseptor yang memantau tekanan darah, sementara Karotis Body mengandung kemoreseptor yang memantau kadar oksigen darah, memberikan informasi kritis kepada otak untuk mengatur respirasi dan tekanan sistemik.
Arteri Karotis Interna (AKI) sangat penting karena merupakan pembuluh darah yang menyuplai sebagian besar hemisfer serebral. Berbeda dengan AKE, AKI tidak mengeluarkan cabang apa pun saat melewati leher. Perjalanannya lurus ke atas, memasuki rongga tengkorak melalui Kanal Karotis pada tulang temporal.
Untuk tujuan klinis dan bedah, perjalanan AKI dibagi menjadi tujuh segmen (disebut sistem segmentasi Bouthillier). Pembagian ini membantu dalam mendiagnosis lokasi aneurisma atau oklusi:
Berlawanan dengan AKI, Arteri Karotis Eksterna (AKE) kaya akan cabang. AKE menyuplai semua struktur ekstrakranial di kepala dan leher, kecuali mata dan dahi (yang disuplai oleh AKI). AKE berjalan lebih medial dan ke depan dibandingkan AKI. AKE menyediakan delapan cabang utama, yang harus dipahami secara mendalam karena peran mereka dalam operasi leher dan sebagai jalur kolateral dalam kondisi tertentu:
AKE berakhir dengan membelah menjadi dua cabang terminal yang besar di dekat leher mandibula:
Selain Arteri Karotis, Arteri Vertebralis merupakan komponen vital dari sirkulasi serebral posterior. Arteri ini menyediakan sekitar 20% suplai darah ke otak, berfokus pada batang otak, serebelum, dan lobus oksipital.
Arteri Vertebralis berasal dari Arteri Subklavia di dada. Perjalanan AV sangat unik; alih-alih berjalan bebas seperti karotis, AV naik melalui serangkaian lubang tulang (foramen transversarium) pada enam vertebra servikal pertama (C6 hingga C1). Hal ini membuat arteri ini rentan terhadap cedera atau kompresi akibat trauma leher atau penyakit tulang degeneratif (spondilosis).
Setelah melewati tulang atlas (C1), AV berbelok tajam, memasuki tengkorak melalui Foramen Magnum, dan bergabung dengan AV dari sisi yang berlawanan untuk membentuk pembuluh tunggal yang sangat besar: Arteri Basilaris. Arteri Basilaris terletak di permukaan ventral batang otak dan sangat penting untuk fungsi pusat vital seperti pernapasan dan detak jantung.
Sistem karotis dan vertebralis bertemu di dasar otak untuk membentuk struktur anastomosis (penghubung) yang luar biasa, dikenal sebagai Lingkaran Willis. Fungsi utama lingkaran ini adalah sebagai mekanisme kolateral atau jaringan pengaman.
Jika salah satu arteri suplai utama (misalnya, AKI kanan) tersumbat atau alirannya berkurang, Lingkaran Willis memungkinkan darah dialihkan dari sisi yang berlawanan atau dari sirkulasi posterior (vertebrobasilar) untuk terus menyuplai area yang terancam. Komponen-komponen utama Lingkaran Willis meliputi:
Variasi anatomis pada Lingkaran Willis sangat umum terjadi. Pada banyak individu, lingkaran ini mungkin tidak berfungsi sempurna karena salah satu arteri komunikannya terlalu kecil atau tidak ada, mengurangi kapasitas perlindungan kolateral mereka saat terjadi penyumbatan di leher.
Arteri Karotis bukan hanya pipa transportasi; mereka adalah pusat regulasi tekanan dan kimia darah yang sangat sensitif, esensial untuk menjaga homeostasis tubuh.
Karotis Sinus adalah area pelebaran kecil di bagian proksimal AKI, tepat di atas bifurkasi. Dinding sinus ini kaya akan reseptor saraf sensorik (baroreseptor) yang merespons peregangan akibat peningkatan tekanan darah. Ketika tekanan darah naik, baroreseptor mengirimkan sinyal melalui Saraf Glosofaringeal (Nervus IX) ke pusat vasomotor di batang otak. Responnya adalah penurunan detak jantung (bradikardia) dan pelebaran pembuluh darah sistemik, yang secara kolektif menurunkan tekanan darah. Inilah mekanisme mengapa pijatan karotis (Carotid Sinus Massage) dapat digunakan, meskipun berisiko, untuk mengatasi takikardia supraventrikular.
Karotis Body adalah massa jaringan kecil yang terletak tepat di antara AKI dan AKE. Ini adalah salah satu organ kemoreseptor paling aktif dalam tubuh, peka terhadap perubahan kimiawi darah, terutama:
Ketika Karotis Body mendeteksi hipoksia, ia mengirimkan sinyal ke otak melalui Saraf Glosofaringeal dan Saraf Vagus (Nervus X) untuk merangsang peningkatan laju dan kedalaman pernapasan (hiperventilasi), memastikan lebih banyak oksigen diserap. Ini adalah mekanisme kunci yang membantu kita beradaptasi saat berada di dataran tinggi.
Anatomi kompleks dan peran sentral arteri di leher menjadikannya sasaran utama bagi penyakit sistemik, khususnya aterosklerosis. Penyakit yang paling signifikan dan mengancam jiwa yang melibatkan arteri di leher adalah Stenosis Arteri Karotis.
Aterosklerosis adalah proses peradangan kronis di mana deposit lemak, kolesterol, kalsium, dan bahan seluler lainnya (dikenal sebagai plak aterosklerotik) menumpuk di lapisan terdalam dinding arteri (intima). Plak ini menyebabkan dinding arteri menebal, mengeras, dan kehilangan elastisitasnya.
Bifurkasi karotis adalah lokasi predileksi yang sangat umum untuk pembentukan plak. Hal ini disebabkan oleh turbulensi aliran darah yang terjadi saat AKK membelah menjadi AKI dan AKE. Aliran yang bergejolak (non-laminar) merusak lapisan endotel, memicu respons inflamasi yang mempercepat deposisi plak.
Stenosis karotis menyebabkan stroke melalui dua mekanisme utama:
Derajat penyempitan dinilai menggunakan pencitraan (terutama USG Doppler) dan diklasifikasikan berdasarkan persentase diameter arteri yang tersumbat. Klasifikasi ini sangat menentukan pilihan pengobatan:
Stenosis karotis sering kali bersifat asimtomatik (tanpa gejala) selama bertahun-tahun. Gejala hanya muncul ketika penyumbatan telah mencapai ambang kritis atau ketika terjadi pelepasan emboli.
TIA sering dianggap sebagai "mini-stroke" atau peringatan, didefinisikan sebagai episode singkat disfungsi neurologis yang disebabkan oleh iskemia fokal otak atau retina, tanpa bukti infark akut pada pencitraan. TIA biasanya berlangsung beberapa menit hingga satu jam dan menyelesaikan sepenuhnya. TIA dari stenosis karotis biasanya memanifestasikan gejala pada sisi tubuh yang berlawanan dengan arteri yang tersumbat.
TIA adalah keadaan darurat medis. Pasien yang mengalami TIA memiliki risiko tertinggi untuk menderita stroke penuh dalam beberapa jam atau hari berikutnya. Penanganan segera (dalam 24-48 jam) sangat penting.
Stroke terjadi ketika iskemia bertahan cukup lama untuk menyebabkan kematian jaringan otak (infark). Gejalanya sama dengan TIA, tetapi bersifat persisten dan menyebabkan defisit neurologis jangka panjang. Severity stroke bervariasi dari ringan hingga melumpuhkan.
Dalam pemeriksaan fisik rutin, dokter dapat mendengar suara berdesir (bruit) dengan stetoskop yang diletakkan di atas arteri karotis di leher. Bruit ini dihasilkan oleh aliran darah yang bergejolak (turbulen) saat melewati area yang menyempit. Kehadiran bruit adalah indikasi yang kuat adanya penyakit arteri, meskipun korelasi antara intensitas bruit dan derajat stenosis tidak selalu lurus.
Diagnosis yang akurat adalah langkah krusial untuk menentukan apakah pasien memerlukan intervensi. Teknologi pencitraan modern memungkinkan visualisasi non-invasif yang sangat rinci terhadap pembuluh darah di leher.
Ini adalah modalitas skrining dan diagnostik lini pertama yang paling sering digunakan karena non-invasif, cepat, dan murah. USG Doppler tidak hanya menghasilkan gambar struktur arteri (mode B), tetapi juga mengukur kecepatan aliran darah (Doppler). Peningkatan kecepatan aliran darah yang signifikan di area penyempitan adalah indikator utama stenosis yang parah.
CTA menggunakan sinar-X dan zat kontras untuk menghasilkan gambar 3D pembuluh darah. Ini sangat baik untuk memvisualisasikan seluruh perjalanan arteri dari arkus aorta hingga sirkulasi intrakranial, serta menilai kalsifikasi plak dan hubungan arteri dengan struktur tulang.
MRA, yang dapat dilakukan dengan atau tanpa kontras berbasis gadolinium, memberikan detail superior mengenai jaringan lunak dan dapat sangat berguna untuk mendiagnosis diseksi arteri (air mata pada dinding arteri) atau kelainan lain pada dinding pembuluh.
DSA dianggap sebagai standar emas (gold standard) untuk pencitraan pembuluh darah. Prosedur ini invasif, melibatkan penyisipan kateter melalui arteri di pangkal paha atau pergelangan tangan hingga ke leher, dan injeksi kontras di bawah pencitraan fluoroskopi. Meskipun invasif, DSA memberikan resolusi tertinggi untuk mengukur stenosis secara tepat sebelum prosedur intervensi, meskipun risiko komplikasi terkait DSA (seperti stroke minor) membuatnya jarang digunakan hanya untuk diagnosis rutin.
Manajemen stenosis karotis tergantung pada apakah pasien mengalami gejala (simtomatik) atau tidak (asimtomatik), serta derajat penyempitan.
Terapi medis adalah landasan pengobatan untuk semua pasien dengan penyakit karotis, terutama mereka yang memiliki stenosis ringan hingga sedang (di bawah 70% dan asimtomatik). TMO bertujuan untuk menstabilkan plak, mencegah pembentukan bekuan darah, dan mengendalikan faktor risiko.
Endarterektomi Karotis (CEA) adalah prosedur bedah klasik di mana plak aterosklerotik diangkat langsung dari arteri. Prosedur ini telah menjadi standar perawatan selama beberapa dekade dan terbukti sangat efektif, terutama pada pasien simtomatik dengan stenosis berat (70-99%).
Prosedur CEA: Sayatan dibuat di leher, arteri karotis diklem sementara, arteri dibuka (arteriotomi), plak dikerok keluar dari dinding arteri (endarterektomi), dan kemudian arteri ditutup kembali, seringkali menggunakan penambal (patch) untuk memperlebar lumen dan mencegah penyempitan ulang.
Stenting Arteri Karotis (CAS) adalah prosedur yang kurang invasif. Kateter dimasukkan ke arteri (biasanya melalui selangkangan), dan kawat panduan diarahkan ke lokasi stenosis. Sebuah filter perlindungan emboli (EPI) dipasang di distal lesi untuk menangkap fragmen plak yang mungkin terlepas. Balon kemudian digunakan untuk melebarkan penyempitan, dan stent (tabung jaring logam) dipasang untuk menjaga arteri tetap terbuka.
Pilihan antara CEA dan CAS sering diperdebatkan dan bergantung pada risiko pasien:
Meskipun aterosklerosis adalah penyebab utama masalah arteri leher, beberapa kondisi lain yang lebih jarang terjadi juga dapat mempengaruhi sirkulasi ini:
Diseksi adalah air mata di lapisan dalam dinding arteri, yang memungkinkan darah merembes di antara lapisan dan menciptakan saluran palsu. Akumulasi darah di dinding dapat menyebabkan penyempitan akut (stenosis) atau penutupan total (oklusi). Diseksi sering terjadi setelah trauma leher ringan atau manipulasi kiropraktik yang tiba-tiba. Gejala utama diseksi karotis adalah nyeri kepala atau leher yang tiba-tiba dan parah, diikuti oleh tanda-tanda iskemia atau Sindrom Horner (kelopak mata terkulai, pupil kecil).
FMD adalah penyakit non-aterosklerotik yang menyebabkan pertumbuhan abnormal sel-sel di dinding arteri, menghasilkan tampilan "untaian manik-manik" (string of beads) pada angiografi. FMD paling sering mempengaruhi arteri ginjal, tetapi Arteri Karotis Interna juga sering terlibat, terutama pada wanita muda. FMD dapat menyebabkan stenosis, aneurisma, atau diseksi.
Ini adalah variasi anatomis di mana arteri karotis tidak berjalan lurus, melainkan berbelok tajam (kinking), melingkar (coiling), atau sangat berliku (tortuosity). Meskipun sering asimtomatik, pada kasus yang parah, tikungan tajam ini dapat menyebabkan turbulensi aliran darah, yang berpotensi memicu iskemia, terutama saat kepala diputar ke posisi tertentu.
Penyakit peradangan pembuluh darah, seperti Arteritis Sel Raksasa (Giant Cell Arteritis/GCA) atau Arteritis Takayasu, dapat mempengaruhi arteri besar, termasuk Karotis Komunis. GCA biasanya mempengaruhi arteri temporal tetapi dapat menyebar, sementara Arteritis Takayasu sering menyebabkan penyempitan dramatis pada cabang-cabang utama Arkus Aorta dan Arteri Karotis di leher, sering memicu gejala iskemia kronis.
Pencegahan merupakan pilar utama dalam memerangi penyakit arteri karotis, karena stenosis sering kali merupakan manifestasi dari penyakit sistemik aterosklerotik yang lebih luas. Pencegahan harus ditujukan pada semua faktor risiko kardiovaskular.
Skrining dengan USG Doppler Karotis biasanya tidak dianjurkan untuk populasi umum yang asimtomatik dengan risiko rendah. Namun, skrining dianjurkan pada individu tertentu yang memiliki risiko tinggi, yaitu:
Deteksi dini stenosis, bahkan tanpa gejala, memungkinkan dimulainya TMO yang intensif, yang dapat secara signifikan mengurangi risiko stroke di masa depan dan menunda kebutuhan akan intervensi bedah.
Meskipun peran utama AKE adalah menyuplai struktur ekstrakranial, AKE memiliki fungsi tersembunyi yang krusial: menyediakan jalur kolateral ke otak, terutama ketika AKI tersumbat total (oklusi). Kolateral ini bekerja melalui Anastomosis antara cabang AKE dan cabang AKI (melalui Arteri Oftalmika).
Salah satu jalur kolateral paling vital adalah melalui Arteri Oftalmika, cabang pertama AKI di intrakranial. Dalam kasus oklusi AKI kronis, aliran darah dapat berbalik arah (retrograde) dari AKE ke AKI melalui cabang-cabang berikut:
Pemahaman mengenai rute kolateral ini sangat penting dalam prosedur stenting atau bedah, karena memastikan perfusi ke area wajah yang disuplai AKE tetap terjaga, sambil memaksimalkan aliran balik ke otak jika diperlukan.
Keterlibatan AKE juga relevan dalam konteks klinis seperti nyeri kepala. Misalnya, Arteritis Sel Raksasa (GCA) yang umumnya mempengaruhi Arteri Temporalis Superficialis (cabang terminal AKE) dapat menyebabkan nyeri kepala temporal yang parah, nyeri rahang saat mengunyah (klaudikasio rahang), dan kebutaan mendadak, menjadikannya kondisi darurat vaskular yang memerlukan diagnosis dan pengobatan segera.
Arteri di leher mewakili sebuah jembatan vital antara jantung dan otak, dan integritas strukturalnya adalah kunci kesehatan neurologis jangka panjang. Arteri Karotis Komunis, Interna, dan Eksterna, bersama dengan Arteri Vertebralis, membentuk jaringan suplai yang redundan namun rentan. Penyakit aterosklerotik yang menyebabkan stenosis pada bifurkasi karotis adalah ancaman serius, namun sebagian besar dapat dicegah dan dikelola.
Pendekatan komprehensif yang mencakup modifikasi gaya hidup agresif, terapi obat optimal, dan penggunaan intervensi bedah atau endovaskular yang tepat waktu untuk stenosis simtomatik, adalah esensial. Teknologi diagnostik, terutama USG Doppler, memungkinkan pemantauan non-invasif yang berkelanjutan terhadap risiko. Dengan pemahaman mendalam tentang anatomi dan patofisiologi arteri servikal, kita dapat mengambil langkah proaktif untuk melindungi fungsi kognitif dan motorik, memastikan jalur kehidupan menuju otak tetap terbuka dan efisien.
Penting bagi setiap individu, terutama mereka yang memiliki faktor risiko kardiovaskular, untuk menyadari pentingnya pemeriksaan rutin dan manajemen kesehatan vaskular yang ketat. Sebab, kesehatan arteri di leher adalah cerminan langsung dari kesehatan sistem kardiovaskular secara keseluruhan.