ASI Tidak Keluar Setelah Melahirkan: Panduan Lengkap Ibu Baru

Momen setelah persalinan adalah saat yang dinanti-nantikan. Namun, bagi sebagian ibu baru, kebahagiaan tersebut seringkali dibayangi oleh kecemasan: ASI tidak keluar setelah melahirkan. Kondisi ini sangat umum dan dapat menimbulkan kepanikan, kekhawatiran bayi tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, serta keraguan terhadap kemampuan diri sendiri untuk menyusui.

Penting untuk dipahami bahwa, dalam mayoritas kasus, perasaan ‘ASI belum keluar’ adalah bagian normal dari proses adaptasi tubuh dan seringkali merupakan misinterpretasi terhadap jumlah kolostrum yang sangat sedikit namun kaya nutrisi. Artikel ini akan membahas secara mendalam, mulai dari biologi laktasi, penyebab potensial, hingga langkah-langkah praktis dan medis yang harus Anda lakukan untuk memastikan produksi ASI optimal.

Ilustrasi Bayi Menyusu dan Bonding Ibu-Anak Bonding & Stimulasi

alt: Ilustrasi ibu memeluk bayi, menunjukkan pentingnya kontak kulit-ke-kulit untuk menstimulasi produksi ASI.

Fase Normal Laktasi: Memahami Mengapa ASI Terasa ‘Belum Keluar’

Untuk meredakan kecemasan, pertama-tama kita harus memahami bahwa produksi ASI tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui tiga fase biologis yang kompleks. Keluhan ‘ASI tidak keluar’ umumnya terjadi pada transisi antara fase pertama dan fase kedua.

1. Laktogenesis I (Kehamilan Akhir hingga Hari ke-3 Setelah Melahirkan)

Fase ini dimulai jauh sebelum bayi lahir. Selama trimester ketiga, payudara sudah mulai memproduksi kolostrum, cairan emas yang sangat kental dan kaya antibodi. Hormon Prolaktin sudah bekerja, namun tingginya kadar Progesteron dan Estrogen dari plasenta mencegah produksi ASI dalam jumlah besar.

Penting ditekankan bahwa perut bayi baru lahir sangat kecil, seukuran kelereng pada hari pertama. Jumlah kolostrum yang sedikit sudah sangat mencukupi kebutuhan gizi dan hidrasi awalnya.

2. Laktogenesis II (Hari ke-3 hingga Hari ke-8)

Inilah fase krusial. Begitu plasenta dikeluarkan, kadar Progesteron dan Estrogen turun drastis. Penurunan ini 'melepaskan rem' pada produksi ASI. Prolaktin, yang sudah siap, kini dapat memicu sel-sel di payudara (alveoli) untuk memproduksi susu matang dalam jumlah yang lebih besar. Perubahan ini sering disebut sebagai ‘susu datang’ (milk coming in).

3. Laktogenesis III (Fase Pemeliharaan)

Setelah minggu kedua, produksi ASI sepenuhnya diatur oleh sistem ‘permintaan dan pasokan’ (demand and supply). Semakin sering dan efektif bayi menyusu (atau payudara dikosongkan), semakin banyak sinyal yang dikirim ke otak untuk memproduksi lebih banyak ASI.

Jika ASI terasa tidak keluar pada hari pertama atau kedua, ini BUKAN kegagalan laktasi, melainkan transisi normal yang membutuhkan stimulasi konsisten.

Mengapa Transisi Laktogenesis II Terlambat? 7 Penyebab Utama

Keterlambatan datangnya ASI (Laktogenesis II) adalah masalah utama yang menyebabkan ibu merasa ASI mereka ‘tidak keluar’. Berikut adalah faktor-faktor yang paling sering menghambat lonjakan produksi ASI:

1. Stimulasi Payudara yang Kurang Efektif dan Frekuen

Ini adalah penyebab nomor satu. Setelah melahirkan, otak ibu perlu menerima sinyal yang kuat dan sering bahwa bayi sudah lahir dan membutuhkan makanan. Sinyal ini datang dari isapan bayi atau pompa.

2. Retensi Sisa Plasenta (Placental Fragments)

Ini adalah penyebab medis yang paling serius dan sering diabaikan. Jika sebagian kecil plasenta tetap berada di dalam rahim setelah melahirkan, ia terus melepaskan hormon Progesteron.

Peringatan Medis: Progesteron yang terus-menerus dilepaskan oleh sisa plasenta akan terus menekan Prolaktin, sama seperti saat kehamilan. Ini secara efektif ‘mengunci’ tubuh dalam Laktogenesis I dan mencegah ASI matang datang. Jika ASI belum datang setelah hari ke-5 dan Anda mengalami perdarahan abnormal, segera konsultasikan dengan dokter.

3. Penggunaan Cairan Intravena Berlebihan Saat Persalinan

Ibu yang menerima banyak cairan infus selama persalinan, terutama saat operasi caesar atau persalinan lama, dapat mengalami pembengkakan (edema) pada jaringan payudara. Pembengkakan ini menekan saluran ASI, membuat payudara sulit dikosongkan dan memberikan sinyal palsu bahwa payudara sudah penuh, sehingga menghambat produksi.

4. Pengaruh Stres, Kelelahan, dan Rasa Sakit (Penghambat Oksitosin)

Produksi ASI melibatkan dua hormon kunci: Prolaktin (memproduksi susu) dan Oksitosin (mengeluarkan susu - let-down reflex). Stres tinggi, kelelahan ekstrem, dan rasa sakit yang tidak terkelola (misalnya nyeri bekas operasi caesar) meningkatkan kadar kortisol.

Kortisol adalah penghambat alami Oksitosin. Jika Oksitosin terhambat, ASI tidak dapat mengalir keluar dari alveoli. Meskipun Prolaktin memproduksi ASI, ibu akan merasa ASI ‘tersumbat’ atau ‘tidak keluar’ karena refleks pengeluaran yang buruk.

5. Kondisi Medis Ibu (Diabetes, Obesitas, Preeklampsia)

Beberapa kondisi kesehatan diketahui berhubungan dengan keterlambatan laktasi:

6. Efek Obat-obatan

Beberapa obat yang digunakan selama persalinan, terutama yang mengandung Opioid dosis tinggi, dapat memengaruhi respons bayi. Bayi menjadi mengantuk, sulit membangunkan, dan menyusu kurang efektif, yang secara tidak langsung mengurangi stimulasi yang dibutuhkan ibu.

7. Hipoplasia Payudara (Jaringan Kelenjar yang Tidak Cukup)

Dalam kasus yang sangat jarang (kurang dari 5%), ibu mungkin mengalami insufisiensi jaringan kelenjar (Insufficient Glandular Tissue - IGT) atau hipoplasia payudara. Payudara mungkin terlihat tidak proporsional atau berbentuk tabung dengan jarak yang lebar. Ini adalah kondisi fisik di mana payudara tidak memiliki cukup sel untuk memproduksi ASI, dan stimulasi intensif mungkin tetap tidak menghasilkan suplai penuh, meskipun kolostrum tetap keluar.

Strategi Praktis untuk Memaksa ASI ‘Keluar’ (Stimulasi Maksimal)

Jika Anda berada di fase Laktogenesis I (Hari 1-3) dan merasa cemas, fokus utama Anda bukanlah jumlah ASI, melainkan stimulasi. Semakin kuat dan sering sinyal yang Anda kirim ke otak, semakin cepat Laktogenesis II akan dimulai.

Langkah 1: Kontak Kulit-ke-Kulit (Kunci Oksitosin)

Segera setelah persalinan, kontak kulit-ke-kulit (skin-to-skin) adalah terapi terbaik.

  1. Mekanisme Kerja: Kontak kulit-ke-kulit meredam stres ibu dan bayi, meningkatkan suhu tubuh bayi, dan yang terpenting, melepaskan Oksitosin dalam jumlah besar. Oksitosin adalah hormon cinta, yang merangsang refleks pengeluaran ASI (let-down) dan menenangkan sistem saraf.
  2. Aplikasi: Letakkan bayi telanjang (hanya popok) di dada Anda (telanjang dada), tutupi dengan selimut. Lakukan ini setidaknya 60 menit berturut-turut, beberapa kali sehari, terutama sebelum mencoba menyusui.

Langkah 2: Perlekatan (Latch) yang Tepat

Bahkan jika ASI hanya kolostrum, isapan yang salah tidak akan efektif mengirim sinyal ke otak dan tidak akan merangsang payudara dengan maksimal.

Jika perlekatan terasa sakit atau Anda mendengar suara klik, segera lepaskan perlekatan dan coba lagi. Perlekatan yang menyakitkan adalah perlekatan yang tidak efektif.

Langkah 3: Frekuensi Menyusu atau Pompa (Minimal 8x/24 Jam)

Jika bayi Anda mengantuk (umum terjadi pada bayi baru lahir), Anda HARUS membangunkan dan menstimulasinya. Ingat, stimulasi adalah perintah untuk Prolaktin.

Langkah 4: Hand Expression (Memerah dengan Tangan)

Pada hari-hari awal, memerah dengan tangan seringkali lebih efektif daripada pompa, terutama untuk mengeluarkan kolostrum yang kental.

  1. Cuci Tangan: Pastikan tangan bersih.
  2. Pijat: Pijat lembut payudara Anda dari luar ke arah areola untuk membantu melunakkan jaringan dan memindahkan kolostrum.
  3. Teknik C-Hold: Buat bentuk huruf ‘C’ dengan ibu jari di atas areola dan jari telunjuk di bawahnya, sekitar 2-3 cm dari pangkal puting.
  4. Tekan ke Dalam dan Kompres: Tekan ke belakang menuju dinding dada, lalu kompres/gulingkan ke arah puting. Jangan menarik atau menggesek puting.
  5. Kumpulkan: Kumpulkan tetesan kolostrum menggunakan sendok steril atau pipet. Berikan langsung kepada bayi. Melihat ASI keluar, meskipun setetes, sangat meningkatkan keyakinan diri dan Oksitosin.

Penanganan Khusus: Keterlambatan Setelah Operasi Caesar (Sectio Caesarea)

Ibu yang menjalani operasi caesar sering melaporkan ASI datang lebih lambat (terkadang 4-5 hari) dibandingkan ibu yang melahirkan pervaginam. Ada beberapa alasan di baliknya:

1. Penundaan Pengeluaran Plasenta yang Lebih Lama

Meskipun plasenta diangkat, proses bedah yang lebih invasif dan terkadang penggunaan obat-obatan yang lebih kuat dapat memengaruhi transisi hormonal segera.

2. Rasa Sakit dan Mobilitas Terbatas

Nyeri pasca operasi sangat menghambat pelepasan Oksitosin. Selain itu, mobilitas terbatas membuat ibu sulit menemukan posisi menyusui yang nyaman, yang mengurangi frekuensi dan kualitas stimulasi.

3. Pemisahan Awal dengan Bayi

Seringkali, bayi pasca operasi caesar membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukan kontak kulit-ke-kulit dan IMD yang efektif, yang menunda sinyal Prolaktin awal.

Tips untuk SC:

1. Manajemen Nyeri: Pastikan Anda mengelola rasa sakit dengan baik. Minum obat penghilang rasa sakit sesuai anjuran dokter agar Oksitosin dapat bekerja.

2. Posisi Menyusui: Gunakan posisi menyusui football hold (memegang bayi di samping seperti membawa bola) atau menyusui sambil berbaring miring untuk menghindari tekanan pada sayatan.

3. Pumping Dini: Jika bayi belum bisa menyusu efektif, segera lakukan pumping atau hand expression dalam 6 jam pertama pasca operasi, dan ulangi setiap 3 jam.

Peran Hormon Prolaktin dan Oksitosin Secara Mendalam

Untuk benar-benar mengatasi masalah ASI tidak keluar, kita harus memahami bagaimana cara ‘memanipulasi’ dua hormon penting ini agar bekerja optimal.

Prolaktin (Hormon Produksi)

Prolaktin diproduksi di kelenjar hipofisis anterior di otak. Tugas utamanya adalah memberi tahu sel-sel payudara (alveoli) untuk mengambil nutrisi dari darah dan mengubahnya menjadi susu. Kadar Prolaktin melonjak sebagai respons terhadap stimulasi puting dan payudara. Kadar Prolaktin tertinggi terjadi saat tidur dan menyusui di malam hari.

Oksitosin (Hormon Pengeluaran/Let-down)

Oksitosin diproduksi di kelenjar hipofisis posterior. Ketika Oksitosin dilepaskan, ia menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveoli, memeras ASI keluar melalui saluran. Inilah yang kita rasakan sebagai sensasi ‘kesemutan’ atau aliran ASI. Pelepasan Oksitosin dipicu oleh suara tangisan bayi, aroma bayi, pikiran tentang bayi, dan stimulasi puting.

Ilustrasi Anatomi Payudara dan Proses Let-down Refleks Oksitosin (Let-down)

alt: Diagram sederhana anatomi payudara yang menunjukkan alveoli dan saluran ASI, menekankan proses let-down.

Penggunaan Alat Bantu: Pompa dan Teknik Pumping Intensif

Jika bayi Anda belum mampu mengosongkan payudara secara efisien, atau jika Anda berjuang dengan keterlambatan Laktogenesis II, pompa payudara adalah alat vital untuk ‘memerintahkan’ tubuh Anda memproduksi ASI.

1. Memilih Pompa yang Tepat

Pada fase awal, intensitas dan efektivitas hisapan sangat penting. Pompa manual mungkin tidak cukup kuat. Investasikan atau sewa pompa elektrik ganda (double electric pump) yang berkualitas rumah sakit. Pompa ganda terbukti menghasilkan kadar Prolaktin yang lebih tinggi daripada pompa tunggal.

2. Power Pumping (Untuk Meningkatkan Suplai dengan Cepat)

Power Pumping mensimulasikan sesi menyusu maraton (cluster feeding) yang dilakukan bayi, yang sangat efektif dalam meningkatkan sinyal Prolaktin. Lakukan sekali sehari, sebaiknya di pagi hari ketika kadar Prolaktin secara alami tinggi.

Jadwal Power Pumping (Total 60 Menit):

  1. Pompa 20 menit.
  2. Istirahat 10 menit.
  3. Pompa 10 menit.
  4. Istirahat 10 menit.
  5. Pompa 10 menit.

Meskipun Anda mungkin hanya mendapatkan sedikit tetesan pada sesi power pumping pertama, yang terpenting adalah sinyal yang dikirim ke otak, bukan jumlah output.

3. Teknik Hands-on Pumping

Teknik ini menggabungkan pemompaan dengan memijat dan memerah payudara dengan tangan. Saat Anda menggunakan pompa, terus pijat dan kompres payudara dari luar ke arah puting. Ini membantu mengosongkan kantong-kantong ASI yang mungkin tidak terjangkau oleh corong pompa, memastikan pengosongan maksimal, dan meningkatkan sinyal Prolaktin.

Penanganan Masalah Perlekatan yang Menghambat Pengeluaran ASI

Seringkali, masalah ASI tidak keluar bukan karena kegagalan produksi, melainkan karena ASI tidak dapat dikeluarkan secara efisien akibat masalah perlekatan yang mendasari.

1. Ankyloglossia (Tongue Tie)

Tongue tie terjadi ketika frenulum (jaringan di bawah lidah) terlalu pendek atau kencang, membatasi gerakan lidah bayi. Padahal, gerakan lidah yang seperti ombak (peristaltik) di bawah payudara adalah kunci untuk memeras ASI keluar.

2. Puting Datar atau Terbalik

Puting yang datar atau terbalik bisa membuat perlekatan awal lebih sulit karena bayi tidak memiliki target yang jelas untuk diletakkan di langit-langit mulutnya.

Peran Nutrisi, Hidrasi, dan Galaktagog

Meskipun ASI akan diproduksi bahkan jika ibu kekurangan gizi, memastikan hidrasi dan nutrisi yang baik adalah bagian dari perawatan diri yang dapat mengurangi stres dan mendukung tubuh dalam transisi laktasi.

1. Hidrasi

ASI terdiri dari sekitar 90% air. Dehidrasi tidak menyebabkan ASI Anda ‘kering’, tetapi dehidrasi yang parah dapat menyebabkan ibu kelelahan dan mengurangi refleks Oksitosin.

2. Makanan Peningkat ASI (Galaktagog)

Galaktagog adalah zat yang dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI. Penting untuk diingat: makanan atau ramuan herbal tidak akan berfungsi tanpa adanya stimulasi payudara yang efektif. Galaktagog hanya dapat bekerja jika ada permintaan (demand).

Jangan pernah mengandalkan galaktagog sebagai solusi tunggal. Fokus utama harus tetap pada stimulasi 8-12 kali sehari.

Kondisi Medis Langka yang Menyebabkan Kegagalan Laktasi Sejati

Ketika semua intervensi stimulasi intensif (12x sehari selama 72 jam) gagal, kita harus mempertimbangkan penyebab medis yang jarang terjadi. Penting untuk mencari evaluasi endokrinologis dalam kasus ini.

1. Sheehan’s Syndrome (Nekrosis Hipofisis Postpartum)

Ini adalah komplikasi yang sangat langka yang disebabkan oleh perdarahan postpartum hebat (PPH). PPH dapat menyebabkan kerusakan pada kelenjar pituitari (hipofisis) di otak karena kekurangan oksigen. Karena hipofisis bertanggung jawab memproduksi Prolaktin dan Oksitosin, kerusakan ini dapat menyebabkan ketidakmampuan total untuk memulai Laktogenesis II.

2. Penggunaan Pil KB Hormonal (Estrogen)

Pil KB yang mengandung Estrogen (bukan pil hanya Progesteron, seperti mini-pill) dapat secara signifikan menekan suplai ASI. Estrogen meniru efek Progesteron kehamilan, menghalangi Prolaktin. Pil KB kombinasi sebaiknya dihindari total sampai suplai ASI benar-benar mapan (sekitar 6 minggu pascapersalinan).

Strategi Mengatasi Kecemasan dan Keputusasaan

Tekanan untuk menyusui dan rasa putus asa ketika ASI tidak keluar dapat memperburuk keadaan karena memicu stres yang menghambat Oksitosin.

1. Validasi Perasaan Anda

Mengakui bahwa Anda merasa stres dan kecewa adalah langkah pertama. Kecemasan adalah respons alami. Bicaralah dengan pasangan, teman, atau kelompok dukungan laktasi. Rasa didukung dapat menurunkan kortisol dan meningkatkan Oksitosin.

2. Istirahat dan Tidur

Kelelahan ekstrem meningkatkan stres. Cobalah tidur saat bayi tidur. Ingat, kadar Prolaktin paling tinggi saat Anda beristirahat, terutama saat tidur malam. Prioritaskan istirahat di atas pekerjaan rumah.

3. Memisahkan Identitas Diri dari Produksi ASI

ASI adalah nutrisi, tetapi menyusui adalah salah satu cara mengasuh anak. Jika Anda harus menggunakan susu formula sementara karena kondisi medis atau keterlambatan laktasi yang parah, ini tidak mendefinisikan Anda sebagai ibu yang gagal. Lanjutkan stimulasi sambil memberikan suplementasi yang diperlukan (menggunakan teknik suplementasi non-botol jika memungkinkan, seperti supplemental nursing system).

Peran Pendukung dan Suplementasi Sementara

Jika bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi atau penurunan berat badan berlebihan (>10% berat lahir), suplementasi sementara mungkin diperlukan. Namun, ini harus dilakukan dengan cara yang tidak mengganggu upaya menyusui.

1. Konsultasi Laktasi Profesional

Jangan pernah mencoba mengatasi masalah ini sendirian lebih dari 48 jam. Konsultan laktasi (IBCLC) dapat menilai secara langsung perlekatan bayi, mengidentifikasi tongue tie, mengevaluasi jadwal menyusui Anda, dan membuat rencana perawatan terperinci.

2. Penggunaan Susu Formula yang Bijak

Jika suplementasi diperlukan, pastikan Anda tetap menyusui atau memerah payudara sebelum memberikan formula. Tujuannya adalah memastikan bahwa tubuh terus menerima sinyal ‘permintaan’ meskipun bayi menerima makanan dari sumber lain.

Hindari penggunaan botol/dot di hari-hari awal jika memungkinkan. Penggunaan dot dapat menyebabkan ‘bingung puting’ (nipple confusion) karena teknik menghisap botol berbeda jauh dengan teknik menghisap payudara, yang selanjutnya memperburuk perlekatan efektif.

Detail Teknis Mendalam Mengenai Manajemen Payudara

Manajemen payudara yang benar adalah inti dari keberhasilan laktasi, terutama ketika produksi ASI terasa lambat. Ini melibatkan memastikan bahwa jaringan payudara dikosongkan secara teratur.

1. Pijat Payudara yang Tepat

Pijatan bukan hanya relaksasi, tetapi alat untuk membantu melancarkan saluran ASI yang mungkin kental (terutama kolostrum) dan merangsang refleks let-down. Pijat payudara dalam gerakan melingkar yang lembut, mulai dari pangkal payudara menuju puting, sebelum dan selama sesi memerah atau menyusui.

2. Kompres Hangat vs. Dingin

3. Mengenal Engorgement (Pembengkakan)

Pembengkakan terjadi ketika Laktogenesis II berhasil. Payudara terasa sangat keras, nyeri, dan panas. Meskipun ini adalah tanda sukses, pembengkakan ekstrem dapat menjadi masalah, karena payudara yang terlalu keras membuat areola sulit dipegang bayi (sulit latch), dan aliran darah ke alveoli terhambat, yang dapat menekan produksi lebih lanjut.

Penanganan Pembengkakan:

Mengevaluasi Kebutuhan Bayi Baru Lahir (Bagaimana Menilai Kecukupan ASI)

Kecemasan terbesar ibu yang merasa ASI tidak keluar adalah ketakutan bahwa bayi kelaparan. Ada indikator objektif yang jauh lebih penting daripada perasaan payudara yang kosong.

1. Frekuensi Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB)

Ini adalah indikator paling andal bahwa bayi mendapatkan cairan dan nutrisi yang cukup:

Hari Kehidupan BAK Minimal BAB Minimal
Hari 1 1 popok basah 1 kali (mekonium, hitam pekat)
Hari 3 3 popok basah 3 kali (berubah warna, kehijauan)
Hari 5 ke atas 6-8 popok basah 3-5 kali (kuning cerah, encer)

Jika bayi Anda memenuhi target ini, berarti kolostrum dan ASI Anda sudah cukup, meskipun Anda merasa payudara Anda kosong.

2. Berat Badan Bayi

Wajar jika bayi kehilangan berat badan di hari-hari pertama. Kehilangan hingga 7% adalah normal. Kehilangan lebih dari 10%, atau kegagalan mulai menambah berat badan pada hari ke-5, adalah tanda bahaya yang memerlukan intervensi segera dan mungkin suplementasi sementara di bawah pengawasan medis.

3. Perilaku Bayi

Bayi yang cukup ASI biasanya akan:

Faktor Lingkungan dan Dukungan Jangka Panjang

Keberhasilan mengatasi masalah ASI tidak keluar sangat bergantung pada dukungan eksternal yang stabil, terutama di minggu-minggu pertama yang menantang.

1. Membangun Lingkungan Tenang

Ingat, Oksitosin adalah hormon yang sensitif. Pastikan ruang menyusui Anda tenang, gelap (terutama di malam hari), dan bebas dari gangguan. Jauhkan ponsel dan minta tamu untuk menunggu. Kehadiran pasangan atau orang yang mendukung yang memberikan pijatan punggung lembut saat menyusui dapat membantu aliran Oksitosin.

2. Dukungan Pasangan

Pasangan dapat membantu memastikan ibu fokus hanya pada stimulasi dan istirahat. Tugas pasangan meliputi:

Meninjau Ulang: Perbedaan antara Kolostrum dan ASI Matang

Kesalahpahaman yang paling umum adalah ASI harus keluar dalam jumlah banyak pada hari pertama. Mari kita ulangi perbedaan ini untuk menghilangkan kecemasan:

Kolostrum (Cairan Emas): Sangat kental dan lengket. Diproduksi dalam sendok teh, bukan botol. Jumlah yang sedikit ini dirancang agar mudah dicerna oleh perut bayi yang masih dalam masa adaptasi. Kandungan antibodi dan nutrisinya sangat tinggi.

ASI Matang: Lebih encer, volume meningkat drastis. Perubahan ini terjadi ketika Progesteron turun dan Prolaktin mengambil alih (Laktogenesis II, Hari ke-3 hingga ke-8). Volume meningkat karena ASI kini berfungsi sebagai makanan utama, bukan hanya imunisasi. Perubahan dari kolostrum ke ASI matang membutuhkan stimulasi, dan stimulasi membutuhkan waktu dan kesabaran.

Jika Anda melihat setetes pun cairan keluar dari payudara, itu berarti sistem laktasi Anda bekerja. Tugas Anda selanjutnya adalah memberi sinyal kepada sistem tersebut untuk beralih dari mode ‘tetesan’ ke mode ‘aliran’ melalui stimulasi yang intensif dan tanpa henti.

Ketekunan adalah kunci. Kebanyakan ibu akan berhasil mengatasi keterlambatan Laktogenesis II dengan intervensi proaktif dan dukungan yang tepat. Jangan ragu mencari bantuan profesional segera jika Anda merasa cemas, atau jika bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.

🏠 Homepage