Memastikan kelancaran air susu ibu (ASI) segera setelah persalinan adalah langkah krusial untuk kesehatan bayi dan keberhasilan perjalanan menyusui. Artikel ini membahas secara mendalam setiap aspek, dari sains hormon hingga teknik praktis di ruang bersalin.
Fase segera setelah melahirkan, sering disebut sebagai ‘Golden Hour’, adalah periode paling krusial untuk memulai proses laktasi. Meskipun payudara mungkin terasa belum penuh atau bayi hanya mendapatkan sedikit kolostrum, aktivitas menyusui pada jam-jam pertama ini mengirimkan sinyal kuat kepada tubuh ibu untuk memulai produksi ASI secara penuh (Laktogenesis II).
ASI yang keluar pertama kali disebut kolostrum. Ini bukanlah sekadar cairan biasa; ini adalah ‘vaksin’ pertama bayi yang sangat kaya akan antibodi, protein, dan sel darah putih. Kolostrum biasanya tebal, berwarna kuning atau jernih, dan diproduksi dalam jumlah kecil. Jumlah yang kecil ini sering kali membuat ibu khawatir, padahal jumlah tersebut sudah sempurna dan cukup untuk perut bayi yang baru lahir, yang ukurannya hanya sebesar kelereng.
Jangan pernah berasumsi bahwa ASI belum keluar jika Anda tidak melihat tetesan besar. Payudara sudah mulai bekerja sejak kehamilan, dan kolostrum ada di sana, menunggu dikeluarkan oleh isapan bayi.
Untuk memastikan ASI keluar lancar, kita harus memahami dua hormon utama yang bekerja sama dalam sebuah tarian kompleks:
Prolaktin bertanggung jawab untuk ‘memproduksi’ ASI. Level prolaktin melonjak tinggi setelah plasenta keluar. Isapan bayi pada puting dan areola merangsang saraf yang mengirim sinyal ke kelenjar pituitari di otak untuk melepaskan lebih banyak prolaktin. Semakin sering bayi menyusu, terutama pada malam hari (saat level prolaktin secara alami lebih tinggi), semakin banyak ASI yang akan diproduksi. Ini adalah prinsip 'supply and demand'.
Oksitosin dikenal sebagai 'hormon cinta' atau 'hormon rasa nyaman'. Hormon ini bertanggung jawab atas refleks pengeluaran ASI (Let-Down Reflex/LDR). Ketika oksitosin dilepaskan, ia menyebabkan sel-sel kecil di sekitar alveoli (tempat penyimpanan ASI) berkontraksi, mendorong ASI keluar melalui saluran. Oksitosin sangat sensitif terhadap emosi; stres, rasa sakit, atau kecemasan dapat menghambat pelepasannya, sehingga menghambat aliran ASI. Sebaliknya, kasih sayang, relaksasi, dan suara tangisan bayi dapat memicu pelepasan oksitosin.
Pemahaman mengenai tahapan ini membantu ibu memahami mengapa ASI mungkin belum 'banjir' dalam beberapa hari pertama:
Keberhasilan ASI keluar setelah melahirkan sangat bergantung pada intervensi fisik yang tepat dan dilakukan sesegera mungkin.
IMD bukan sekadar tradisi, tetapi prosedur berbasis ilmiah yang harus dilakukan segera setelah bayi lahir, idealnya dalam 30 hingga 60 menit pertama, dan terus berlanjut selama setidaknya satu jam penuh atau sampai sesi menyusui pertama selesai.
Pelekatan yang buruk adalah penyebab utama kegagalan ASI keluar karena tidak ada stimulasi yang cukup untuk melepaskan prolaktin. Isapan bayi harus efektif, bukan hanya mengisap puting.
Ini adalah kunci utama untuk meningkatkan volume ASI. Ingat prinsip 'supply and demand'. Bayi yang baru lahir harus menyusu setidaknya 8 hingga 12 kali dalam 24 jam. Beberapa bayi mungkin menyusu lebih sering (cluster feeding).
Pada hari-hari awal, menyusui yang sering memastikan payudara terus-menerus mengirim sinyal kepada otak bahwa ASI dibutuhkan. Setiap sesi pengosongan, bahkan parsial, merangsang pembentukan ASI baru. Jangan tunggu payudara terasa penuh untuk menyusui; ini adalah sinyal terlambat.
Bayi baru lahir harus disusui berdasarkan isyarat lapar, bukan jam. Isyarat lapar meliputi menjilat bibir, memiringkan kepala mencari payudara, atau tangan masuk ke mulut. Tangisan adalah isyarat lapar yang sudah terlambat.
Jika bayi kesulitan mendapatkan aliran yang cepat (misalnya bayi mengantuk atau pelekatan belum sempurna), teknik kompresi payudara dapat membantu meningkatkan aliran dan memastikan payudara lebih kosong.
Saat bayi mulai melambat atau mengantuk, tekan payudara dengan lembut menggunakan tangan Anda. Tekanan ini akan membantu mendorong ASI keluar dan mengingatkan bayi untuk terus mengisap secara aktif. Ulangi di beberapa titik di sekitar payudara.
Dalam situasi di mana bayi belum bisa menyusu secara efektif (misalnya karena bayi prematur, sakit, atau ibu mengalami kesulitan pelekatan), stimulasi harus dilakukan dengan tangan atau pompa.
Pemerasan tangan sangat efektif untuk mengeluarkan kolostrum dalam jumlah kecil pada hari pertama dan kedua. Teknik ini juga membantu melunakkan areola yang bengkak (engorgement) sehingga bayi lebih mudah melekat.
Jika ASI belum keluar pada hari ketiga, pompa ASI dapat digunakan sebagai alat bantu stimulasi. Pompa ganda (simultan) seringkali lebih efektif karena dapat memicu dua kali lipat pelepasan prolaktin dibandingkan pompa tunggal. Lakukan sesi memompa singkat (10-15 menit) sesering bayi menyusu (8-12 kali sehari) untuk meniru frekuensi isapan bayi dan membangun suplai.
Tubuh memerlukan kondisi optimal, baik dari segi fisik maupun mental, agar oksitosin dapat bekerja maksimal dan ASI mengalir tanpa hambatan.
Stres, kecemasan, rasa sakit pascapersalinan, atau suasana tegang di ruang bersalin dapat memblokir pelepasan oksitosin. Ketika oksitosin terhambat, refleks let-down tidak terjadi, dan ASI "tertahan" di payudara.
Sebelum sesi menyusui, kompres hangat (bukan panas) pada payudara dapat membantu melebarkan saluran ASI, membuatnya lebih mudah mengalir. Ini juga sangat membantu meredakan ketegangan.
Gunakan ujung jari untuk membuat gerakan melingkar yang lembut, bergerak dari bagian luar payudara ke arah areola. Ini membantu melonggarkan saluran ASI yang mungkin sedikit tersumbat dan meningkatkan sirkulasi, mempersiapkan payudara untuk pengosongan.
Meskipun ASI sebagian besar diproduksi dari darah dan bukan dari air yang diminum, hidrasi yang cukup sangat penting. Ibu yang dehidrasi akan merasa lesu, yang dapat mempengaruhi mood dan produksi hormonnya.
Beberapa makanan dipercaya membantu meningkatkan suplai ASI, meskipun bukti ilmiahnya bervariasi. Makanan ini bekerja paling baik jika dikombinasikan dengan pengosongan payudara yang sering.
Ingat, makanan peningkat ASI hanyalah pendukung. Stimulasi payudara (isapan atau pompa) adalah faktor penentu utama yang memicu otak untuk memproduksi ASI. Tanpa stimulasi, galaktagog tidak akan bekerja.
Beberapa situasi pascapersalinan memerlukan penyesuaian khusus untuk memastikan ASI tetap bisa keluar dan mengalir lancar.
Operasi caesar mungkin menunda Laktogenesis II (ASI banjir) hingga 24-48 jam. Namun, ini tidak berarti ibu tidak bisa menyusui eksklusif.
Puting rata (flat) atau tenggelam (inverted) sering menjadi sumber frustrasi. Penting untuk diingat bahwa bayi menyusu pada areola, bukan puting. Namun, puting yang menonjol membantu bayi mendapatkan pegangan awal.
Pembengkakan terjadi saat ASI 'banjir' (Laktogenesis II) dan payudara menjadi sangat penuh dan keras. Ini bisa membuat areola tegang dan sulit bagi bayi untuk melekat, yang justru menghambat aliran ASI.
Bayi kuning cenderung sangat mengantuk dan sulit dibangunkan untuk menyusu. Jika bayi tidak menyusu secara efektif, ia tidak mendapatkan kolostrum yang dibutuhkan untuk membersihkan bilirubin, menciptakan lingkaran setan.
Memahami dan mengelola LDR sangat vital, karena ini adalah mekanisme fisik yang membuat ASI benar-benar "keluar" dari payudara.
Ibu harus belajar mengenali kapan LDR terjadi, karena ini menandakan oksitosin sedang bekerja:
Kita dapat secara aktif memanipulasi lingkungan untuk mendukung oksitosin:
Jika ibu merasa ASI lambat keluar atau volume ASI rendah setelah beberapa minggu, teknik 'power pumping' dapat digunakan untuk meniru sesi cluster feeding bayi, yang bertujuan untuk memaksimalkan pelepasan prolaktin.
Power pumping melibatkan sesi memompa yang intens dan berselang-seling (misalnya, pompa 10 menit, istirahat 10 menit, pompa 10 menit, istirahat 10 menit, dan pompa 10 menit lagi) selama satu jam penuh. Teknik ini harus dilakukan setidaknya sekali sehari selama beberapa hari untuk 'mengelabui' tubuh agar percaya bahwa permintaan bayi sangat tinggi, sehingga meningkatkan produksi.
Banyak mitos yang beredar dapat menyebabkan ibu baru merasa cemas, yang pada akhirnya justru menghambat oksitosin dan aliran ASI.
Fakta: Minuman atau susu formula khusus ibu menyusui tidak wajib. ASI diproduksi dari nutrisi yang sudah tersimpan dalam tubuh ibu, bukan langsung dari cairan yang baru diminum. Kebutuhan utamanya adalah diet seimbang, air putih, dan kalori yang cukup.
Fakta: Ukuran payudara (yang ditentukan oleh jaringan lemak) tidak ada hubungannya dengan kapasitas jaringan kelenjar yang memproduksi ASI. Payudara kecil dan payudara besar memiliki kemampuan yang sama untuk memproduksi ASI dalam jumlah yang banyak. Yang penting adalah stimulasi dan pengosongan yang efektif.
Fakta: Pemberian formula di hari-hari pertama (kecuali indikasi medis) sangat kontraproduktif. Kolostrum yang sedikit sudah mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian formula dapat menyebabkan bayi kekenyangan, mengurangi frekuensi isapan, dan secara fatal menghambat sinyal 'permintaan' ke payudara ibu. Ini adalah salah satu penyebab utama kegagalan laktasi awal.
Fakta: Menyusui harus dilakukan berdasarkan isyarat lapar bayi (on demand). Bayi baru lahir membutuhkan minimal 8-12 sesi menyusui, dan jadwal kaku (3 jam sekali) mungkin tidak mencukupi untuk membangun suplai ASI yang kuat, terutama di malam hari.
Setelah melakukan semua upaya untuk memicu keluarnya ASI, bagaimana Anda tahu bahwa bayi benar-benar mendapatkan cukup asupan?
Wajar jika bayi kehilangan 5-7% berat badan lahir pada hari-hari pertama. ASI dianggap keluar dan cukup jika:
Ini adalah indikator paling mudah dipantau di rumah:
| Usia Bayi | Popok Basah (Air Seni) | Popok Kotor (Feses) |
|---|---|---|
| Hari 1 | 1 popok basah | 1 popok kotor (meconium hitam) |
| Hari 2 | 2 popok basah | 2 popok kotor (meconium hitam) |
| Hari 3 | 3 popok basah | 3 popok kotor (mulai hijau gelap) |
| Hari 4 ke atas | Minimal 6-8 popok basah berat | Minimal 3-4 popok kotor, berwarna kuning mustard |
Feses yang berubah dari hitam (meconium) menjadi hijau, kemudian menjadi kuning mustard pada hari kelima adalah tanda ASI sudah mengalir lancar dan efektif.
Bayi yang puas akan tampak tenang dan relaks setelah sesi menyusui. Anda akan melihat rahangnya bergerak aktif, menelan secara teratur, dan payudara ibu terasa lebih lunak setelah menyusui.
Untuk memastikan artikel ini komprehensif, kita perlu membahas detail yang sering terlewatkan namun krusial dalam inisiasi laktasi.
Pijat oksitosin adalah teknik yang dapat dilakukan oleh pasangan atau perawat untuk merangsang pelepasan hormon LDR. Pijat ini berfokus pada area punggung dan bahu. Tekniknya meliputi:
Pijat ini membantu relaksasi total, yang merupakan prasyarat utama agar oksitosin dapat dilepaskan secara maksimal, sehingga ASI dapat mengalir lebih cepat pada ibu yang baru melahirkan.
Kelelahan ekstrem pascapersalinan meningkatkan hormon stres (kortisol). Kortisol adalah antagonis oksitosin. Ketika kortisol tinggi, tubuh akan memprioritaskan fungsi 'bertahan hidup' dan menekan fungsi 'nurturing' seperti pelepasan LDR. Oleh karena itu, salah satu cara terbaik untuk memastikan ASI keluar lancar adalah:
Sangat umum jika satu payudara menghasilkan ASI lebih banyak daripada yang lain, atau refleks let-down lebih cepat pada satu sisi. Ibu harus memastikan kedua payudara distimulasi secara bergantian dan sering, bahkan jika salah satunya terasa dominan. Jika satu sisi terasa lebih lambat, gunakan sisi tersebut untuk sesi memompa atau menyusui di malam hari (ketika prolaktin sedang tinggi).
Penggunaan dot atau empeng dalam 4-6 minggu pertama dapat menyebabkan 'bingung puting' (nipple confusion). Teknik isapan yang dibutuhkan untuk botol atau empeng sangat berbeda dengan isapan payudara. Botol memerlukan isapan yang dangkal dan cepat, sementara payudara memerlukan isapan yang dalam, lambat, dan ritmis untuk menekan areola.
Jika bayi terbiasa dengan dot sebelum ASI benar-benar keluar lancar, ia mungkin menolak payudara, yang mengakibatkan stimulasi tidak efektif dan penurunan produksi ASI.
Meskipun lebih sering terjadi beberapa minggu kemudian, penyumbatan saluran ASI bisa terjadi di awal laktasi karena engorgement yang parah.
Perjalanan ASI keluar pascamelahirkan tidak bisa dilakukan sendiri. Dukungan dari lingkungan sangat berpengaruh pada keberhasilan laktasi, terutama karena pengaruhnya terhadap hormon oksitosin.
Peran pasangan adalah menjadi ‘pelindung oksitosin’ ibu. Pasangan harus:
Dukungan emosional yang kuat secara langsung berkontribusi pada pelepasan oksitosin, yang merupakan kunci utama agar ASI mengalir lancar.
Jika setelah 3-5 hari penuh melakukan IMD, menyusui sering, dan teknik pelekatan yang benar, bayi masih tampak tidak mendapatkan cukup ASI (indikator: popok basah kurang dari 6, berat badan terus turun drastis, puting sakit parah), segera cari bantuan.
Konselor Laktasi Bersertifikat (IBCLC): IBCLC dapat mengevaluasi pelekatan secara langsung, menilai anatomi mulut bayi (misalnya, kemungkinan adanya tongue tie atau lip tie), dan menyusun rencana perawatan yang dipersonalisasi. Bantuan IBCLC pada minggu pertama dapat menjadi penentu antara keberhasilan dan kegagalan menyusui eksklusif.
Usaha keras yang dilakukan untuk memastikan ASI keluar di hari-hari pertama memberikan manfaat yang meluas jauh setelah periode neonatal berakhir.
Keberhasilan ASI keluar dan pemberian kolostrum secara dini adalah kunci untuk melapisi usus bayi, mencegah masuknya patogen, dan memulai perkembangan mikrobioma usus yang sehat. Antibodi yang diterima melalui kolostrum memberikan perlindungan pasif yang sangat dibutuhkan di bulan-bulan awal kehidupan.
Oksitosin yang dilepaskan secara masif selama IMD dan sesi menyusui awal membantu rahim berkontraksi kembali ke ukuran prapersalinan dengan lebih cepat, mengurangi risiko perdarahan pascapersalinan. Selain itu, menyusui dini membantu ibu membentuk ikatan emosional (bonding) yang kuat dengan bayi, mengurangi risiko depresi pascapersalinan.
Menyusui eksklusif yang berhasil di fase awal akan menetapkan suplai ASI yang kuat untuk bulan-bulan mendatang. Ini adalah investasi waktu dan energi yang paling berharga bagi kesehatan jangka panjang ibu dan bayi.
Kesabaran, keyakinan, dan konsistensi adalah tiga pilar utama. ASI adalah proses biologis yang diprogram untuk terjadi. Dengan stimulasi yang tepat dan dukungan emosional, tubuh Anda dirancang untuk berhasil.
Untuk benar-benar memahami cara agar ASI keluar, kita harus melihat anatomi internal payudara. ASI diproduksi di kantung-kantung kecil yang disebut alveoli. Setiap payudara memiliki ribuan alveoli yang dikelilingi oleh sel-sel mioepitel.
Ketika Prolaktin memproduksi ASI di dalam alveoli, ASI menunggu untuk dikeluarkan. Sel-sel mioepitel adalah otot-otot kecil yang merespons Oksitosin. Ketika Oksitosin dilepaskan ke aliran darah, sel-sel ini berkontraksi, memeras alveoli, dan mendorong ASI ke dalam saluran kecil (duktus laktiferus) menuju sinus laktiferus (di bawah areola) dan akhirnya keluar melalui puting.
Jika refleks LDR gagal (karena stres atau rasa sakit), sel-sel mioepitel tidak berkontraksi. Akibatnya, ASI terperangkap di alveoli, yang secara fisik menghambat keluarnya ASI, bahkan jika produksi (Prolaktin) sudah tinggi. Inilah sebabnya mengapa relaksasi adalah obat terbaik untuk ASI yang 'tertahan'.
Pada hari pertama, payudara mungkin terasa sangat lembut. Pada hari ketiga atau keempat, ketika volume ASI meningkat (Laktogenesis II), payudara bisa menjadi sangat keras. Penting untuk membedakan antara payudara yang "penuh" dan payudara yang "bengkak/engorgement".
Engorgement yang tidak ditangani dapat menyebabkan penekanan pada saluran ASI dan menghambat pengosongan, yang akan mengirim sinyal kepada tubuh bahwa "tidak perlu memproduksi lebih banyak," sehingga berpotensi menurunkan suplai jangka panjang.
Bayi baru lahir sering tertidur saat menyusu karena kelelahan dari proses persalinan dan kerja keras untuk mengisap. Bayi yang tidur di payudara tidak memberikan stimulasi yang efektif.
Puting yang sakit dan lecet adalah penghalang utama LDR dan membuat ibu enggan menyusui, yang secara langsung mengurangi frekuensi dan memperlambat keluarnya ASI.
Hampir semua kasus puting lecet disebabkan oleh pelekatan yang tidak tepat. Jika Anda merasakan sakit menusuk atau mencubit, segera lepaskan bayi (dengan memasukkan jari ke sudut mulutnya) dan coba pelekatan kembali. Pelekatan yang benar seharusnya terasa seperti "tarikan" yang kuat, bukan "cubitan" yang menyakitkan.
Di banyak rumah sakit, ada tekanan untuk memberikan formula jika bayi dianggap belum mendapatkan cukup ASI di hari pertama. Ibu harus bersikap tegas jika tidak ada indikasi medis yang jelas (seperti hipoglikemia parah) dan memilih stimulasi maksimal melalui IMD dan memerah tangan.
Setiap tetes kolostrum yang diberikan kepada bayi sangat berharga. Jika ada kebutuhan untuk memberi ‘top-up’ (misalnya karena bayi kuning parah), usahakan: 1) Pemberian adalah ASI perah (jika ada); 2) Jika harus formula, berikan dalam jumlah sangat kecil, melalui sendok atau cup feeder, dan selalu setelah sesi menyusui payudara; 3) Prioritaskan memerah untuk menggantikan formula yang diberikan, menjaga sinyal permintaan kepada payudara.
Pengenalan botol dan formula secara dini menumpulkan insting alami bayi untuk mencari payudara, membuat proses inisiasi ASI jauh lebih sulit.
Setelah ASI "banjir" (Laktogenesis II) terjadi, fokus beralih dari memicu keluarnya ASI menjadi memelihara suplai. Pola yang ditetapkan di minggu pertama akan menentukan suplai jangka panjang.
Prinsip autokrin (Laktogenesis III) adalah bahwa ASI diproduksi berdasarkan seberapa kosong payudara. Sebuah protein dalam ASI yang disebut Feedback Inhibitor of Lactation (FIL) memberi sinyal kepada tubuh untuk melambat jika payudara penuh. Sebaliknya, payudara yang sering dikosongkan memiliki kadar FIL rendah, sehingga memicu produksi yang cepat.
Jika Anda ingin menjaga suplai tinggi, pastikan payudara dikosongkan secara teratur. Jika bayi tidur terlalu lama (lebih dari 4 jam di malam hari pada bulan pertama), ibu harus bangun dan memompa untuk menjaga tingkat permintaan yang tinggi.
Perjalanan agar ASI keluar setelah melahirkan adalah maraton, bukan lari cepat. Ini membutuhkan pengetahuan, kesabaran, dukungan, dan yang paling penting, kepercayaan diri pada kemampuan tubuh Anda. Dengan inisiasi dini yang tepat, teknik menyusui yang benar, dan manajemen hormon yang efektif, keberhasilan menyusui eksklusif akan tercapai.