Kriptografi, seni dan ilmu menyandikan serta mendekripsi informasi, memiliki sejarah panjang yang berawal dari metode-metode klasik yang sederhana namun efektif. Algoritma kriptografi klasik adalah fondasi dari praktik keamanan informasi modern. Meskipun kekuatannya terbatas dibandingkan dengan algoritma kriptografi modern yang sangat kompleks, pemahaman tentang contoh-contoh klasik ini memberikan wawasan penting tentang prinsip-prinsip dasar enkripsi dan dekripsi.
Metode klasik ini biasanya mengandalkan substitusi (mengganti karakter dengan karakter lain) atau transposisi (mengubah urutan karakter). Kunci yang digunakan dalam algoritma klasik umumnya sangat sederhana, seperti sebuah kata atau frasa, atau bahkan hanya pergeseran huruf tertentu.
Salah satu algoritma kriptografi klasik yang paling terkenal dan paling sederhana adalah Caesar Cipher. Algoritma ini ditemukan oleh Julius Caesar dan digunakan untuk melindungi pesan-pesan militernya. Prinsipnya sangat mudah dipahami: setiap huruf dalam teks asli (plaintext) diganti dengan huruf yang memiliki posisi tetap di bawahnya dalam urutan alfabet.
Misalnya, jika kunci pergeseran adalah 3, maka huruf 'A' akan diganti menjadi 'D', 'B' menjadi 'E', dan seterusnya. Ketika mencapai akhir alfabet, pergeseran akan berputar kembali ke awal. Contohnya, huruf 'X' dengan pergeseran 3 akan menjadi 'A', 'Y' menjadi 'B', dan 'Z' menjadi 'C'.
Cara Kerja:
k).k posisi ke depan dalam urutan alfabet.Contoh Enkripsi:
Plaintext: HALO
Kunci pergeseran: 3
Proses:
Ciphertext: KDOR
Dekripsi dilakukan dengan menggeser setiap huruf dalam ciphertext sebanyak k posisi ke belakang. Jika pergeseran melewati 'A', lanjutkan dari 'Z'.
Kelemahan: Caesar Cipher memiliki kelemahan yang sangat signifikan. Hanya ada 25 kemungkinan kunci pergeseran (jika kita mengabaikan kapitalisasi dan tidak melakukan pergeseran sama sekali). Ini berarti seorang penyerang dapat mencoba semua kemungkinan kunci dalam waktu singkat untuk menemukan plaintext yang benar, yang dikenal sebagai serangan brute-force.
Untuk mengatasi kelemahan Caesar Cipher, Vigenère Cipher dikembangkan. Algoritma ini menggunakan sebuah kata kunci (keyword) untuk melakukan pergeseran huruf yang bervariasi, membuatnya jauh lebih sulit untuk dipecahkan dibandingkan Caesar Cipher.
Vigenère Cipher menggabungkan prinsip Caesar Cipher dengan penggunaan kunci yang lebih panjang. Kunci ini diulang-ulang untuk mencocokkan panjang pesan yang akan dienkripsi. Setiap huruf pada kunci menentukan seberapa besar pergeseran untuk huruf yang sesuai pada plaintext.
Cara Kerja:
Untuk menggunakan Vigenère Cipher, Anda memerlukan:
Proses enkripsi:
Perhitungan untuk setiap huruf adalah: Ciphertext_index = (Plaintext_index + Key_index) mod 26.
Contoh Enkripsi:
Plaintext: SERBU SEGERA
Kata Kunci: KUNCI
Pesan dengan kunci berulang:
Plaintext: S E R B U S E G E R A
Key : K U N C I K U N C I K
Menggunakan tabel Vigenère atau perhitungan:
Ciphertext: CYEDC YETIG U
Dekripsi dilakukan dengan kebalikan: Plaintext_index = (Ciphertext_index - Key_index + 26) mod 26.
Kelemahan: Meskipun lebih kuat dari Caesar Cipher, Vigenère Cipher juga dapat dipecahkan, terutama dengan menggunakan analisis frekuensi jika pesan yang dienkripsi cukup panjang dan kuncinya relatif pendek. Metode seperti metode Kasiski memungkinkan penyerang untuk memperkirakan panjang kunci, yang kemudian dapat digunakan untuk memecah cipher menjadi beberapa Caesar Cipher terpisah.
Berbeda dengan substitusi, algoritma kriptografi klasik juga mencakup metode transposisi. Metode ini tidak mengganti karakter, melainkan mengubah urutan karakter dalam pesan. Pesan tetap menggunakan huruf-huruf aslinya, tetapi penempatannya diacak.
Salah satu contoh sederhana adalah Rail Fence Cipher. Dalam metode ini, teks ditulis secara diagonal pada baris-baris tertentu, lalu dibaca per baris.
Cara Kerja Rail Fence Cipher:
N).Contoh Enkripsi (dengan 2 baris):
Plaintext: SEGERA DATANG
Tulis zigzag pada 2 baris:
S . G . R . A . A . G
. E . E . A . D . T . N
Baca per baris:
Baris 1: SGRAAG
Baris 2: EEADTGN
Ciphertext: SGRAAGEEADTGN
Dekripsi melibatkan penempatan karakter kembali ke pola zigzag berdasarkan jumlah baris dan panjang pesan.
Kelemahan: Transposition Cipher yang sederhana juga rentan terhadap serangan. Analisis pola penempatan dan panjang pesan dapat membantu memecahkan sandi.
Algoritma kriptografi klasik, meskipun kini dianggap usang dalam konteks keamanan modern, tetap menjadi bagian penting dari sejarah kriptografi. Mereka mengajarkan kita tentang kekuatan dan keterbatasan substitusi dan transposisi, serta pentingnya kunci yang kuat dan tidak terduga. Pemahaman dasar ini membantu kita menghargai kompleksitas dan inovasi yang telah mengarah pada perkembangan kriptografi modern yang menjaga keamanan komunikasi digital kita saat ini.