I. Esensi dan Filosofi Desain Eksterior
Desain eksterior bukan sekadar memilih warna cat atau bentuk atap. Ini adalah seni dan ilmu yang menggabungkan struktur, material, iklim, dan fungsi untuk menciptakan lingkungan yang aman, menarik, dan selaras dengan sekitarnya. Eksterior yang dirancang dengan baik harus memenuhi tiga pilar utama: estetika, durabilitas (ketahanan), dan koneksi kontekstual.
1.1. Pentingnya Keselarasan (Contextual Harmony)
Setiap rumah tidak berdiri sendiri. Ia adalah bagian dari lingkungan, jalan, dan komunitas. Desain eksterior yang ideal mempertimbangkan elemen kontekstual. Di Indonesia, misalnya, desain sering kali harus responsif terhadap iklim tropis yang lembap dan intensitas sinar matahari yang tinggi. Keselarasan ini meliputi adaptasi terhadap curah hujan, ventilasi silang yang optimal, dan pemilihan material yang tahan terhadap perubahan suhu ekstrem.
1.2. Prinsip Estetika Fasad
Fasad—wajah utama rumah—adalah fokus visual. Prinsip dasar yang diterapkan dalam merancang fasad meliputi:
- Skala dan Proporsi: Hubungan visual antara tinggi, lebar, dan elemen lain seperti jendela dan pintu. Proporsi yang tepat menciptakan rasa keseimbangan dan kenyamanan visual.
- Simetri vs. Asimetri: Simetri (keseimbangan formal, sering digunakan pada gaya Klasik) memberikan rasa keagungan dan ketertiban. Asimetri (keseimbangan informal, populer pada gaya Modern atau Kontemporer) memberikan dinamika dan kejutan visual.
- Tekstur dan Kedalaman: Menggunakan material yang berbeda (misalnya, batu alam yang kasar dipadukan dengan dinding plester yang halus) memberikan kedalaman dan minat visual, mencegah fasad terlihat datar.
II. Elemen Kunci Struktural dalam Desain Eksterior
Memahami setiap komponen eksterior adalah langkah awal. Elemen-elemen ini bukan hanya dekoratif, tetapi juga memiliki peran struktural dan fungsional yang krusial bagi kenyamanan jangka panjang.
2.1. Peran Krusial Atap
Atap menyumbang hingga 40% dari total pandangan eksterior dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung termal dan hidrologi. Jenis atap harus dipilih berdasarkan iklim dan gaya arsitektur.
2.1.1. Jenis-Jenis Atap Populer:
- Atap Pelana (Gable Roof): Paling umum, mudah dibangun, dan sangat efektif dalam mengalirkan air hujan. Cocok untuk hampir semua gaya, terutama tradisional dan tropis.
- Atap Limasan (Hip Roof): Memiliki empat sisi miring. Memberikan stabilitas yang sangat baik terhadap angin kencang, namun konstruksinya lebih kompleks.
- Atap Datar (Flat Roof/Slab): Khas pada arsitektur Minimalis dan Modern. Membutuhkan sistem drainase yang cermat dan isolasi termal yang kuat untuk mencegah kebocoran dan panas berlebih.
- Penempatan Strategis: Jendela harus ditempatkan untuk memaksimalkan pandangan (view) sekaligus meminimalkan paparan sinar matahari langsung (gain panas) pada waktu-waktu tertentu. Penggunaan overhang atau kisi-kisi (louvres) sangat dianjurkan di iklim tropis.
- Tipe Bukaan: Jendela geser (sliding) atau jungkit (awning) memberikan kontrol ventilasi yang berbeda. Untuk eksterior modern, bingkai jendela tipis berwarna gelap (seperti hitam atau abu-abu tua) sering digunakan untuk menciptakan kontras yang tajam.
- Material Pintu Utama: Pintu harus kokoh dan mencerminkan gaya rumah. Material yang populer adalah kayu solid (jati, meranti) atau baja berinsulasi, sering kali dipadukan dengan kaca untuk estetika yang lebih ringan.
2.1.2. Material Atap dan Keberlanjutan:
Pemilihan material (genteng tanah liat, beton, metal/zincalume) harus mempertimbangkan bobot, umur pakai, dan kemampuan refleksi panas (Solar Reflectance Index - SRI). Material dengan SRI tinggi membantu menjaga suhu interior tetap sejuk, mengurangi beban pendingin udara.
2.2. Jendela dan Pintu: Konektor Visual
Jendela dan pintu adalah transisi antara interior dan eksterior. Desainnya menentukan seberapa banyak cahaya alami masuk dan bagaimana sirkulasi udara terjadi.
III. Palet Warna, Tekstur, dan Pemilihan Material
Keputusan mengenai material dan warna eksterior akan mendefinisikan karakter dan daya tahan rumah selama beberapa dekade. Kesalahan dalam pemilihan material dapat menyebabkan biaya perawatan yang tinggi dan penurunan estetika dengan cepat.
3.1. Membangun Palet Warna yang Kohesif
Desain eksterior umumnya menggunakan palet yang terdiri dari tiga hingga empat warna: Warna Utama (dominan pada dinding), Warna Aksen (pada pintu atau kusen), Warna Trim (bingkai jendela, lisplank), dan Warna Material Alami (batu atau kayu).
- Warna Netral sebagai Dasar: Di iklim panas, warna netral terang (putih tulang, krem, abu-abu muda) sangat direkomendasikan karena efektif memantulkan panas.
- Aksen Kontras: Gunakan warna yang lebih gelap (misalnya hitam, biru navy, atau terakota) pada elemen-elemen yang ingin ditonjolkan, seperti pintu depan atau panel dinding tertentu.
- Teori Warna Kontekstual: Pertimbangkan warna atap dan material lansekap saat memilih warna dinding agar tidak terjadi bentrokan visual.
3.2. Eksplorasi Material Eksterior
Material adalah fondasi dari durabilitas. Material modern menawarkan kombinasi estetika dan ketahanan yang unggul.
3.2.1. Dinding Pelapis (Cladding)
- Plester dan Cat Eksterior: Harus menggunakan cat khusus luar ruangan yang memiliki perlindungan UV tinggi dan anti-jamur, terutama di area berkelembaban tinggi.
- Batu Alam (Granit, Andesit, Marmer): Memberikan tekstur yang mewah dan kokoh. Perlu perawatan pelapis (sealing) berkala untuk mencegah pertumbuhan lumut dan penyerapan air.
- Kayu Komposit atau WPC (Wood Plastic Composite): Alternatif kayu asli yang minim perawatan. Cocok untuk fasad aksen, railing, atau dek, karena tahan rayap dan cuaca ekstrem.
- Bata Ekspos: Memberikan tampilan Industrial atau rustic. Pilih bata dengan kualitas pembakaran tinggi agar tidak mudah rapuh atau berlumut.
3.2.2. Penggunaan Kaca
Pada desain modern, penggunaan kaca masif (lantai ke langit-langit) sangat populer. Penting untuk memilih kaca berlapis ganda (double-glazed) atau kaca dengan lapisan reflektif panas (low-e glass) untuk mengontrol suhu internal, menjaga privasi, dan meredam suara luar.
IV. Desain Eksterior Berdasarkan Gaya Arsitektur
Gaya arsitektur menentukan bahasa desain keseluruhan rumah. Pemilihan gaya harus sinkron dengan kebutuhan fungsional dan preferensi estetika pemilik.
4.1. Gaya Minimalis dan Modern
Ciri khas utama adalah kesederhanaan, garis tegas, volume geometris murni, dan minim ornamen. Eksterior minimalis seringkali didominasi oleh warna netral seperti putih, abu-abu, dan hitam, dengan fokus pada tekstur material alami seperti beton ekspos atau kayu gelap.
- Fasad Datar: Penggunaan atap datar atau atap pelana tersembunyi.
- Bukaaan Besar: Jendela horizontal yang lebar atau pintu geser kaca masif.
- Material Murni: Beton, baja, dan kaca mendominasi, menolak detail dekoratif yang berlebihan.
4.2. Gaya Arsitektur Tropis Kontemporer
Gaya ini sangat relevan di Indonesia. Ia memadukan estetika modern yang bersih dengan solusi arsitektur tradisional untuk mengatasi tantangan iklim.
- Overhang Ekstrem: Atap yang menjorok jauh (overhang) untuk melindungi dinding dari hujan dan sinar matahari terik.
- Material Lokal: Eksplorasi kayu, bambu, batu paras, dan terakota.
- Ventilasi Silang: Penggunaan kisi-kisi kayu atau ventilasi permanen untuk memastikan udara panas terbuang dan udara sejuk masuk secara alami (prinsip termal).
- Koneksi Indoor-Outdoor: Desain tanpa batas yang jelas antara teras, kolam, dan ruang tamu.
4.3. Gaya Klasik dan Mediterania
Dicirikan oleh keagungan, detail ornamen yang kaya, dan penggunaan kolom atau pilar. Gaya ini menuntut perhatian detail yang lebih besar dan material yang memberikan kesan kekayaan visual.
- Atap Limasan atau Mansard: Seringkali menggunakan genteng tanah liat berwarna merah atau oranye.
- Bukaan Melengkung: Jendela atau pintu yang memiliki lengkungan di bagian atas.
- Material Utama: Batu kapur, plesteran bertekstur kasar, dan railing besi tempa.
V. Lansekap dan Hardscape: Menyempurnakan Eksterior
Lansekap (penataan taman) adalah elemen vital yang mengikat desain struktural rumah dengan alam sekitarnya. Lansekap yang efektif meningkatkan nilai properti, memperbaiki mikroklimat, dan mempercantik visual fasad.
5.1. Perencanaan Hardscape (Elemen Keras)
Hardscape melibatkan elemen non-hidup seperti jalan setapak, dinding pembatas, dek, dan fitur air. Ini menciptakan kerangka kerja fungsional untuk taman.
5.1.1. Jalur Pejalan Kaki (Walkways) dan Driveway
Jalur masuk harus mengarahkan pandangan ke pintu utama dan menggunakan material yang aman serta serasi dengan rumah. Penggunaan beton bertekstur, paving block, atau batu alam adalah pilihan umum. Di kawasan dengan curah hujan tinggi, penting untuk menggunakan material yang memiliki porositas baik atau menyediakan drainase yang memadai untuk menghindari genangan air.
5.1.2. Pagar dan Batasan Properti
Pagar berfungsi sebagai privasi dan keamanan. Desain pagar harus sejalan dengan fasad rumah. Pagar tinggi masif cocok untuk privasi total, sementara pagar rendah atau pagar tanaman (seperti pagar hidup/hedge) mempertahankan keterbukaan visual. Pagar minimalis sering menggunakan kombinasi baja galvanis, kayu, atau dinding semen berlubang.
5.2. Softscape dan Pilihan Tanaman
Softscape (tanaman) memberikan warna, tekstur, dan kelembutan pada garis-garis keras arsitektur.
- Tanaman Peneduh: Penempatan pohon besar di sisi barat dan timur rumah dapat mengurangi suhu dinding hingga 15°C, secara signifikan menurunkan biaya pendinginan.
- Tanaman Penutup Tanah: Digunakan untuk mencegah erosi dan memberikan sentuhan hijau di area yang luas.
- Keseimbangan Bentuk: Padukan tanaman yang memiliki bentuk vertikal (palem) dengan bentuk horizontal (semak rendah) untuk menciptakan lapisan visual.
- Desain Xeriscape (Minim Air): Di area yang lebih kering, pertimbangkan tanaman yang membutuhkan sedikit air untuk mengurangi kebutuhan irigasi.
5.3. Fitur Air dan Elemen Kelembaban
Kolam renang, kolam ikan, atau air mancur tidak hanya estetis tetapi juga berfungsi sebagai pendingin mikro. Pergerakan air menciptakan suara yang menenangkan dan membantu sedikit menurunkan suhu lingkungan sekitar teras atau area santai.
VI. Pencahayaan Eksterior: Estetika dan Keamanan
Pencahayaan adalah salah satu alat desain yang paling kuat, mampu mengubah fasad rumah secara dramatis pada malam hari. Pencahayaan yang efektif harus melayani fungsi estetika, navigasi, dan keamanan.
6.1. Tiga Lapisan Pencahayaan
6.1.1. Pencahayaan Keamanan (Safety Lighting)
Ini adalah cahaya fungsional yang menerangi jalur pejalan kaki, tangga, dan pintu masuk utama. Tujuannya adalah mencegah kecelakaan dan menghalangi penyusup. Gunakan lampu sensor gerak di area tersembunyi. Lampu bollard atau in-ground lighting cocok untuk jalur.
6.1.2. Pencahayaan Aksen (Accent Lighting)
Digunakan untuk menonjolkan fitur arsitektur atau lansekap tertentu. Teknik populer meliputi:
- Uplighting: Menyorot pohon, kolom, atau dinding batu dari bawah ke atas.
- Silhouetting: Menempatkan cahaya di belakang objek (misalnya patung atau tanaman besar) untuk menciptakan bayangan dramatis pada dinding di belakangnya.
- Wall Washing: Menyebarkan cahaya secara merata di sepanjang permukaan fasad yang luas untuk menonjolkan tekstur dinding.
6.1.3. Pencahayaan Ambient (Ambiance Lighting)
Pencahayaan lembut untuk menciptakan suasana di teras, balkon, atau area duduk outdoor. Seringkali menggunakan lampu gantung (pendant), string lights, atau lampu dinding dengan intensitas rendah.
6.2. Pertimbangan Teknis Pencahayaan
Saat ini, LED (Light Emitting Diode) adalah pilihan utama karena efisiensi energi, umur panjang, dan fleksibilitas warna. Pilih suhu warna yang tepat: 3000K (Warm White) menciptakan suasana yang nyaman, sementara 4000K (Cool White) lebih cocok untuk penerangan fungsional atau modern yang tajam.
VII. Desain Eksterior Berkelanjutan dan Responsif Iklim
Arsitektur modern semakin menuntut integrasi solusi ramah lingkungan. Desain yang berkelanjutan tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga secara signifikan menurunkan biaya operasional rumah dalam jangka panjang.
7.1. Prinsip Desain Pasif
Desain pasif memanfaatkan elemen alam (matahari, angin, vegetasi) untuk mengendalikan suhu internal tanpa energi mekanis.
- Orientasi Bangunan: Memosisikan bukaan utama (jendela besar) menghadap utara atau selatan (di belahan bumi selatan/Indonesia) untuk meminimalkan gain panas dari sinar matahari langsung timur dan barat.
- Pelindung Matahari (Shading Devices): Penggunaan kisi-kisi permanen, sirip vertikal (fins), atau atap yang menjorok berfungsi sebagai perisai alami.
- Ventilasi Silang: Memastikan adanya bukaan yang berseberangan di dalam ruangan sehingga angin dapat mengalir bebas, mengeluarkan udara panas.
7.2. Pengelolaan Air Hujan dan Green Roofs
Sistem penampungan air hujan (rainwater harvesting) untuk irigasi atau toilet mengurangi ketergantungan pada air tanah. Selain itu, Green Roof (atap hijau) adalah solusi luar biasa di area perkotaan. Atap hijau tidak hanya estetis, tetapi juga berfungsi sebagai isolator termal alami, mengurangi limpasan air hujan, dan membersihkan udara.
7.3. Energi Terbarukan pada Fasad
Integrasi panel surya (Photovoltaic - PV) ke dalam desain atap atau bahkan fasad (Building Integrated Photovoltaics - BIPV) kini menjadi tren. Panel surya yang dirancang khusus dapat berfungsi sebagai material atap sekaligus penghasil energi, menggabungkan fungsi dan keberlanjutan.
VIII. Perawatan Jangka Panjang dan Kesalahan Umum
Sebuah desain eksterior yang hebat akan sia-sia jika tidak dipelihara. Perencanaan perawatan harus menjadi bagian integral dari proses desain awal.
8.1. Strategi Perawatan Material
Setiap material memiliki kebutuhan perawatan spesifik. Mengabaikannya dapat menyebabkan kerusakan struktural dan penampilan yang cepat memudar.
- Kayu Eksterior: Membutuhkan pelapisan ulang (sealing atau varnishing) setiap 1-3 tahun, tergantung pada tingkat paparan cuaca. Gunakan pelapis berbasis minyak untuk penetrasi yang lebih dalam.
- Dinding Plester/Cat: Cat ulang idealnya dilakukan setiap 5-7 tahun. Periksa secara rutin retakan mikro; segera tutup retakan untuk mencegah air meresap ke dalam struktur.
- Drainase Atap: Pastikan talang air dan saluran pembuangan tidak tersumbat. Genangan air di atap datar adalah penyebab kebocoran nomor satu.
8.2. Kesalahan Desain Eksterior yang Harus Dihindari
Banyak proyek gagal mencapai potensi maksimalnya karena mengabaikan detail penting:
- Kelebihan Dekorasi (Over-Dressing): Mencampur terlalu banyak gaya atau material dalam satu fasad, menciptakan tampilan yang ramai dan membingungkan (confusion of intent).
- Mengabaikan Iklim: Menggunakan jendela kaca besar tanpa perlindungan shading di iklim tropis, mengakibatkan rumah sangat panas (efek rumah kaca).
- Pencahayaan Datar: Hanya menggunakan lampu sorot tunggal di teras yang membuat fasad terlihat datar. Selalu gunakan layering (berlapis) pencahayaan.
- Skala Pintu yang Salah: Pintu masuk yang terlalu kecil dibandingkan dengan skala fasad secara keseluruhan akan membuat rumah terlihat tidak proporsial.
Desain eksterior yang sukses adalah hasil dari pemikiran strategis yang mempertimbangkan bagaimana setiap elemen, dari atap yang melindungi hingga tanaman di taman, bekerja bersama untuk menciptakan sebuah kesatuan yang estetis, fungsional, dan mampu bertahan dalam ujian waktu dan cuaca.
IX. Detail Teknis Mendalam: Fasad Dinamis dan Keamanan Visual
Untuk mencapai kualitas desain tingkat tinggi, perancang harus fokus pada elemen detail yang sering terlewatkan, termasuk penggunaan material yang berinteraksi dengan cahaya dan angin (fasad dinamis), serta aspek keamanan yang terintegrasi.
9.1. Integrasi Garasi dan Ruang Parkir
Pintu garasi seringkali menjadi elemen visual terbesar kedua setelah fasad rumah. Kesalahan umum adalah memperlakukan pintu garasi sebagai elemen terpisah. Pada desain modern, pintu garasi sering kali dibuat menyatu (flush) dengan dinding, menggunakan material yang sama (misalnya kayu komposit atau panel metal minimalis) untuk menghilangkan dominasi visualnya.
- Efek Kamflase: Pintu garasi yang warnanya sama dengan dinding fasad memberikan efek ‘kamuflase’ yang memperkuat nuansa minimalis.
- Fungsionalitas Otomatis: Pertimbangkan sistem pintu otomatis yang senyap dan memiliki isolasi termal yang baik.
9.2. Detail Railing dan Balustrade
Railing pada balkon, tangga eksterior, dan teras adalah elemen penting untuk keamanan dan estetika. Material yang digunakan bervariasi tergantung gaya:
- Kaca Tempered: Memberikan pandangan tanpa hambatan, ideal untuk gaya modern dan kontemporer, namun membutuhkan pembersihan rutin.
- Kabel Baja (Cable Railing): Memberikan tampilan industrial dan ramping, sangat kuat namun tidak mengganggu pandangan.
- Besi Tempa: Cocok untuk gaya Klasik atau Mediterania, menawarkan ornamen yang rumit dan daya tahan yang luar biasa.
9.3. Managing Drainase dan Air
Sistem drainase yang buruk dapat merusak fondasi, menimbulkan kelembaban di dinding, dan menciptakan masalah jamur. Desainer harus memastikan bahwa lereng tanah (grading) mengarahkan air menjauh dari rumah. Penggunaan French drain (saluran air bawah tanah) di sekitar fondasi atau di area lansekap yang rendah sangat penting di Indonesia.
9.3.1. Drainase Permukaan:
Gunakan saluran air linier (linear drains) yang tersembunyi di sepanjang teras atau area paving untuk menangkap air hujan sebelum mencapai taman, memastikan permukaan tetap kering dan aman.
9.4. Fungsi dan Estetika Kolom dan Pilar
Jika desain memerlukan kolom penyangga, mereka harus memiliki proporsi yang benar. Pada gaya klasik, kolom menonjolkan keagungan. Pada gaya modern, kolom seringkali menjadi elemen tekstural—misalnya, dilapisi beton ekspos atau batu—untuk memberikan kontras vertikal terhadap volume horizontal rumah.
X. Aspek Psikologis Desain Eksterior
Eksterior rumah secara subliminal memengaruhi suasana hati dan persepsi penghuni maupun tamu. Ilmu psikologi desain menunjukkan bagaimana bentuk, warna, dan material memicu respons emosional.
10.1. Pengaruh Garis dan Bentuk
- Garis Horizontal: (Misalnya atap datar yang lebar) menciptakan rasa stabilitas, kedamaian, dan ketenangan. Sering digunakan dalam arsitektur Prairie atau Modern.
- Garis Vertikal: (Misalnya tiang-tiang tinggi atau jendela sempit) memberikan kesan ketinggian, keagungan, dan formalitas, khas pada desain Klasik atau Gothic.
- Bentuk Organik: (Bentuk melengkung pada dinding atau penataan lansekap alami) menciptakan rasa kelembutan, ramah, dan selaras dengan alam (seperti pada arsitektur Tropis).
10.2. Psikologi Warna Luar Ruangan
Warna dingin (biru, hijau) cenderung membuat objek terasa lebih jauh, memberikan kesan rumah yang lebih tenang dan terintegrasi dengan lingkungan alam. Warna hangat (krem, kuning, oranye) membuat rumah terasa lebih menonjol dan ramah. Di lingkungan yang padat, memilih palet warna yang lebih lembut dapat membantu mengurangi 'kebisingan' visual di jalanan.
10.3. Pengaruh Privasi dan Keterbukaan
Tingkat keterbukaan atau privasi eksterior mengirimkan pesan sosial. Rumah dengan banyak kaca dan tanpa pagar menunjukkan keterbukaan dan kepercayaan diri (ideal di kompleks yang aman). Sebaliknya, fasad yang tertutup dengan sedikit bukaan dan pagar tinggi memberikan kesan keamanan dan privasi maksimal.
XI. Masterplan Tata Letak Jalan Masuk (Curb Appeal)
Curb appeal, atau daya tarik dari tepi jalan, adalah konsep kunci. Hal ini mencakup semua yang terlihat saat seseorang mendekati rumah, dari trotoar hingga pintu depan. Ini memerlukan perencanaan tata letak yang matang dan berorientasi pada alur pergerakan.
11.1. Perancangan Poros Utama (Axis)
Jalan masuk yang sukses menciptakan poros visual yang jelas, mengarahkan pandangan langsung ke pintu utama. Jika rumah memiliki fasad yang lebar, poros ini mungkin perlu dipecah menjadi beberapa titik fokus sekunder (misalnya, menara, fitur air, atau elemen lansekap yang besar).
11.2. Keseimbangan Massa dan Ruang Negatif
Dalam desain eksterior, massa adalah bagian bangunan yang solid (dinding), sementara ruang negatif adalah area terbuka (teras, balkon, ruang kosong). Desainer yang mahir menciptakan keseimbangan antara keduanya. Terlalu banyak massa dapat membuat rumah terlihat berat dan masif, sementara terlalu banyak ruang negatif (kaca) dapat mengurangi privasi dan efisiensi termal.
Penggunaan material yang berat (batu) pada bagian dasar rumah dan material yang lebih ringan (kaca, panel ringan) di lantai atas dapat menciptakan ilusi stabilitas visual yang menyenangkan secara psikologis.
11.3. Pintu Depan sebagai Titik Fokus
Pintu depan harus selalu menjadi elemen yang paling menonjol. Ini dapat dicapai melalui:
- Warna Kontras yang Berani (Aksen).
- Penggunaan material premium (kayu ukir atau metal).
- Pencahayaan Fokal yang intens pada malam hari.
- Pelindung atap yang menonjol di atas pintu (portico atau kanopi).
XII. Sintesis dan Implementasi
Merancang eksterior adalah proses iteratif yang menggabungkan analisis kebutuhan fungsional (iklim, keamanan, privasi) dengan ambisi estetika. Mulailah dengan memahami konteks lahan Anda, tentukan gaya arsitektur yang paling sesuai dengan gaya hidup, dan lakukan investasi bijak pada material yang menawarkan daya tahan tertinggi terhadap kondisi cuaca setempat.
Eksterior rumah yang dirancang dengan teliti akan menjadi warisan, bukan hanya struktur yang didirikan. Ia memberikan sambutan hangat, melindungi isinya, dan menyelaraskan diri dengan lingkungan alam dan sosialnya, menciptakan kesan abadi bagi setiap mata yang memandangnya.