Ester Alkitab: Kisah Keberanian dan Ketaatan yang Menginspirasi

Kisah Ratu Ester adalah salah satu narasi paling menyentuh dan menginspirasi dalam Alkitab. Terletak di dalam Kitab Ester, cerita ini berlatar di Kekaisaran Persia kuno, sekitar abad ke-5 SM. Ester, seorang gadis Yahudi yatim piatu yang diadopsi oleh sepupunya, Mordekhai, menemukan dirinya berada di posisi yang luar biasa: menjadi ratu Persia. Kisahnya bukan hanya tentang takdir yang mengejutkan, tetapi juga tentang keberanian, ketaatan, dan intervensi ilahi yang tersembunyi dalam liku-liku sejarah manusia.

Dari Gadis Biasa Menjadi Pemimpin Bangsa

Awalnya, Ester, yang memiliki nama asli Hadasa, hidup sederhana di bawah asuhan Mordekhai di kota Susa. Kehidupan mereka tidak lepas dari diskriminasi sebagai orang Yahudi yang hidup di pengasingan. Namun, takdir mulai berputar ketika Raja Ahasyweros, yang berkuasa atas 127 provinsi dari India hingga Etiopia, mencari ratu baru setelah menolak kecantikan Ratu Wasti. Ester dibawa ke istana bersama gadis-gadis muda lainnya untuk dinilai oleh raja.

Dalam proses seleksi yang ketat ini, Ester menunjukkan keindahan luar biasa dan sikap yang anggun. Yang lebih penting, dia mematuhi nasihat Mordekhai untuk tidak mengungkapkan latar belakang Yahudinya. Kehalusan dan pesona Ester akhirnya memikat hati Raja Ahasyweros, dan dia dinobatkan menjadi ratu, menggantikan Wasti. Keputusan ini secara tidak langsung menempatkan seorang Yahudi di posisi kekuasaan tertinggi di kekaisaran non-Yahudi.

Ancaman Kehancuran dan Peran Ester

Titik balik dramatis terjadi ketika seorang pejabat istana yang kejam bernama Haman, yang dibenci oleh Mordekhai karena tidak mau menyembah kepadanya, mendapatkan kekuasaan besar dari raja. Haman, didorong oleh kebenciannya yang mendalam terhadap kaum Yahudi, berhasil meyakinkan Raja Ahasyweros untuk mengeluarkan dekret yang memusnahkan seluruh kaum Yahudi di seluruh kekaisaran. Tanggal pelaksanaan dijadwalkan pada hari ke-13 bulan Adar.

Ketika kabar mengerikan ini sampai ke telinga Mordekhai, dia berduka dengan keras dan mengirim pesan kepada Ester di istana. Pesan ini membawa beban yang sangat berat: Ester dihadapkan pada pilihan yang sulit. Sebagai ratu, dia memiliki akses ke raja, tetapi hukum kekaisaran melarang siapapun mendekati raja tanpa dipanggil, dengan ancaman hukuman mati. Menghadapi ancaman genosida terhadap bangsanya, Ester menyadari bahwa dia mungkin ditempatkan di posisinya saat ini justru untuk momen seperti ini.

Keberanian di Ambang Kematian

Dengan tekad yang bulat, Ester memutuskan untuk mengambil risiko. Dia memerintahkan Mordekhai untuk mengumpulkan semua orang Yahudi di Susa untuk berpuasa selama tiga hari tiga malam, sementara dia dan para dayangnya juga akan berpuasa. Setelah itu, Ester akan menghadap raja, meskipun itu berarti mempertaruhkan nyawanya. Tindakan puasa ini menunjukkan ketergantungannya pada Tuhan dan keyakinannya bahwa kekuatan datang dari sumber yang lebih tinggi.

Pada hari yang menentukan, Ester mengenakan pakaian kebesarannya dan dengan keberanian yang luar biasa, dia melangkah ke pelataran dalam istana. Raja Ahasyweros melihatnya dan, terkesan dengan penampilannya, mengulurkan tongkat emas sebagai tanda bahwa dia menerima kehadirannya dan mengizinkan untuk mendekat. Ester menggunakan kesempatan ini dengan bijak. Alih-alih langsung mengajukan permohonan, dia mengundang raja dan Haman ke perjamuan pribadi.

Selama perjamuan pertama, Ester hanya meminta agar raja dan Haman datang lagi ke perjamuan kedua keesokan harinya, di mana dia akan mengungkapkan permohonannya. Keberanian dan kejelian Ester dalam membaca situasi terbukti. Raja menjadi semakin penasaran dan tertarik pada ratunya. Di perjamuan kedua, ketika raja bertanya apa yang diinginkannya, Ester dengan gamblang mengungkapkan identitasnya sebagai orang Yahudi dan permohonannya untuk menyelamatkan bangsanya dari rencana pembantaian Haman.

Keadilan dan Kemenangan Iman

Tindakan Haman dan dekret yang telah dikeluarkan terungkap sepenuhnya di hadapan raja. Kemarahan raja memuncak ketika dia mengetahui bahwa orang yang dia percayai justru berencana membinasakan umat pilihan Tuhan. Haman dijatuhi hukuman mati sesuai dengan rencana jahat yang telah dia buat sendiri, yakni digantung di tiang yang telah dia siapkan untuk Mordekhai.

Namun, dekret yang sudah dikeluarkan tidak bisa begitu saja dibatalkan di Persia. Raja kemudian mengeluarkan dekret baru yang mengizinkan orang Yahudi untuk membela diri pada tanggal yang telah ditentukan. Ini memberikan kemenangan bagi kaum Yahudi, yang mampu mempertahankan diri dan menghancurkan musuh-musuh mereka. Ester, dengan tindakan beraninya, telah menyelamatkan seluruh bangsanya dari kehancuran. Peristiwa ini dirayakan setiap tahun oleh orang Yahudi sebagai Hari Raya Purim, yang berarti "undian," merujuk pada undian yang dilemparkan Haman untuk menentukan tanggal pemusnahan.

Kisah Ester Alkitab adalah pengingat yang kuat bahwa bahkan di tengah-tengah bahaya dan ketidakadilan, satu individu yang berani dan taat dapat membuat perbedaan yang luar biasa. Ini mengajarkan tentang kebijaksanaan dalam mengambil langkah, pentingnya pengorbanan diri, dan keyakinan bahwa Tuhan bekerja melalui cara-cara yang seringkali tidak terduga untuk melindungi umat-Nya.

🏠 Homepage