Memahami Peran, Dosis, dan Aplikasi Klinis Asam Folat (Folic Acid)
Asam folat, yang dikenal juga sebagai Vitamin B9, adalah nutrisi larut air yang memiliki peran krusial dalam berbagai proses biologis manusia. Meskipun sering dikaitkan secara eksklusif dengan kehamilan, fungsi vitamin ini jauh melampaui peran pencegahan cacat lahir. Asam folat merupakan komponen vital dalam sintesis dan perbaikan DNA dan RNA, menjadikannya kunci utama bagi pembelahan sel yang cepat dan sehat. Kekurangan sedikit saja dapat memicu rangkaian masalah kesehatan yang serius, terutama yang berkaitan dengan pembentukan darah dan fungsi saraf.
Istilah 'folat' merujuk pada bentuk alami vitamin yang ditemukan dalam makanan, sementara 'asam folat' (folic acid) adalah bentuk sintetik yang digunakan dalam suplemen dan fortifikasi makanan. Perbedaan ini penting karena tubuh memetabolisme kedua bentuk tersebut secara berbeda. Folat alami lebih mudah diubah, tetapi asam folat sintetik memiliki stabilitas yang lebih baik dan bioavailabilitas yang tinggi dalam suplemen, menjadikannya pilihan utama dalam intervensi kesehatan publik dan klinis.
Di dalam tubuh, asam folat harus diubah menjadi bentuk aktifnya, yaitu tetrahidrofolat (THF), melalui serangkaian langkah enzimatik. Bentuk aktif inilah yang kemudian berfungsi sebagai kofaktor dalam reaksi transfer karbon tunggal (one-carbon metabolism). Reaksi ini fundamental untuk:
Pentingnya asam folat dalam metabolisme seluler menempatkannya sebagai 'obat' atau suplemen wajib untuk populasi berisiko, bukan hanya sebagai tambahan nutrisi biasa. Ini adalah landasan kimia untuk pertumbuhan sel, mulai dari sel darah merah hingga sel-sel otak yang kompleks.
Peran asam folat dalam kehamilan adalah aplikasi klinisnya yang paling terkenal dan paling mendesak. Rekomendasi global menekankan suplementasi asam folat bagi semua wanita usia subur, bukan hanya mereka yang berencana hamil. Alasannya terletak pada perkembangan awal janin.
Tabung saraf (neural tube) adalah struktur embrionik yang pada akhirnya akan berkembang menjadi otak dan sumsum tulang belakang. Tabung saraf menutup dalam 28 hari pertama setelah pembuahan—seringkali sebelum wanita menyadari bahwa mereka hamil. Jika kadar folat ibu tidak memadai selama periode kritis ini, proses penutupan tabung saraf dapat gagal, yang mengakibatkan Cacat Tabung Saraf (Neural Tube Defects/NTDs).
Dua NTDs yang paling umum dan serius adalah:
Penelitian ekstensif telah menunjukkan bahwa suplementasi asam folat yang dimulai setidaknya satu bulan sebelum konsepsi dan dilanjutkan selama trimester pertama dapat mengurangi risiko NTDs hingga 70%. Inilah sebabnya mengapa asam folat dalam konteks ini berfungsi sebagai obat pencegahan primer yang sangat efektif.
Dosis standar yang direkomendasikan untuk wanita usia subur dan wanita hamil berisiko rendah adalah 400 mikrogram (mcg) atau 0,4 miligram (mg) per hari. Namun, bagi wanita yang dikategorikan berisiko tinggi, dosisnya meningkat signifikan. Kelompok berisiko tinggi meliputi:
Untuk kelompok berisiko tinggi ini, dosis yang direkomendasikan umumnya adalah 4.000 mcg (4 mg) per hari. Dosis tinggi ini harus dimulai setidaknya tiga bulan sebelum konsepsi dan dilanjutkan hingga akhir trimester pertama. Pengawasan medis yang ketat diperlukan saat menggunakan dosis setinggi ini.
Memahami bagaimana asam folat bekerja memerlukan pemahaman tentang genetik individu, terutama peran enzim Methylenetetrahydrofolate Reductase (MTHFR). MTHFR adalah enzim kunci yang bertanggung jawab untuk mengubah 5,10-methylenetetrahydrofolate menjadi 5-methyltetrahydrofolate (5-MTHF), bentuk aktif folat yang siap digunakan oleh tubuh.
Sekitar 30-60% populasi global memiliki varian genetik umum, atau polimorfisme (mutasi), pada gen MTHFR, yang paling sering adalah C677T dan A1298C. Polimorfisme ini dapat mengurangi efisiensi kerja enzim MTHFR hingga 30-70%. Akibatnya, individu dengan mutasi ini mungkin kesulitan mengubah asam folat sintetik (yang ditemukan di sebagian besar suplemen standar dan makanan terfortifikasi) menjadi bentuk aktif (5-MTHF) secara efisien.
Bagi pasien dengan mutasi MTHFR terbukti, pemberian suplemen asam folat standar mungkin kurang efektif. Dalam kasus ini, dokter sering merekomendasikan penggunaan suplemen yang mengandung L-Methylfolate (juga disebut Metafolin atau 5-MTHF) secara langsung. L-Methylfolate melewati langkah konversi yang memerlukan enzim MTHFR, memastikan tubuh dapat segera memanfaatkan nutrisi tersebut, terutama penting untuk menurunkan kadar homosistein dan mendukung sintesis neurotransmitter.
Salah satu fungsi vital 5-MTHF adalah sebagai donor gugus metil dalam konversi homosistein kembali menjadi metionin. Homosistein adalah metabolit asam amino yang, ketika terakumulasi dalam darah, dapat merusak lapisan endotel arteri, meningkatkan risiko aterosklerosis, trombosis, stroke, dan infark miokard. Ini adalah alasan mengapa asam folat seringkali menjadi bagian dari terapi nutrisi untuk kesehatan kardiovaskular.
Meskipun ada bukti kuat bahwa suplemen asam folat dapat menurunkan kadar homosistein secara signifikan, studi mengenai apakah penurunan homosistein ini secara langsung diterjemahkan menjadi penurunan risiko serangan jantung masih beragam. Namun, konsensus tetap: mempertahankan kadar folat yang adekuat sangat penting untuk menjaga integritas sel vaskular dan metabolisme yang seimbang.
Interaksi antara asam folat dan Vitamin B12 (Kobalamin) adalah salah satu aspek paling kritis dalam suplementasi. Kekurangan B12 dapat menyebabkan anemia megaloblastik (kondisi di mana sel darah merah menjadi besar dan belum matang). Jika seseorang kekurangan B12, dan hanya mengonsumsi asam folat, folat dapat memperbaiki gambaran darah dan meredakan gejala anemia. Namun, ini menciptakan situasi berbahaya yang disebut 'masking'.
Masking B12 Deficiency: Ketika anemia teratasi oleh folat, defisiensi B12 yang mendasarinya (sering disebabkan oleh malabsorpsi) tetap tidak terobati. Defisiensi B12 yang tidak terdeteksi ini akan terus menyebabkan kerusakan neurologis ireversibel. Oleh karena itu, dalam banyak formulasi suplemen, asam folat selalu dikombinasikan dengan Vitamin B12. Sebelum memulai suplementasi asam folat dosis tinggi (di atas 1 mg), penting untuk menyingkirkan atau mengobati kekurangan B12.
Anemia megaloblastik adalah jenis anemia yang ditandai dengan produksi sel darah merah yang besar, rapuh, dan tidak berfungsi dengan baik. Kondisi ini hampir selalu disebabkan oleh defisiensi salah satu dari dua vitamin: folat atau B12, karena keduanya diperlukan untuk sintesis DNA yang sehat selama pembentukan sel darah.
Jika tes darah menunjukkan kadar folat serum yang rendah (kurang dari 3 ng/mL) atau folat sel darah merah yang rendah (kurang dari 140 ng/mL), diagnosis defisiensi folat dapat ditegakkan. Kekurangan folat sering disebabkan oleh diet yang buruk, malabsorpsi (misalnya, pada penyakit celiac atau penyakit Crohn), peningkatan kebutuhan (kehamilan atau kondisi hemolitik kronis), atau penggunaan obat-obatan tertentu (antikonvulsan, Methotrexate).
Terapi Klinis: Pengobatan untuk anemia megaloblastik yang disebabkan oleh folat biasanya melibatkan dosis oral asam folat 1 mg hingga 5 mg per hari. Dosis ini dilanjutkan sampai pemulihan hematologis tercapai dan tingkat folat tubuh kembali normal. Peningkatan dramatis pada kadar hemoglobin dan perbaikan gejala dapat terlihat dalam beberapa hari hingga minggu setelah terapi dimulai.
Gejala umum defisiensi folat yang memerlukan terapi termasuk:
Defisiensi folat dapat dibagi berdasarkan penyebabnya:
Mengingat peran sentralnya dalam sintesis DNA dan metabolisme homosistein, penelitian terus mengeksplorasi manfaat potensial asam folat dalam berbagai kondisi kronis.
Meskipun kontroversi mengenai apakah penurunan homosistein mengurangi risiko jantung secara keseluruhan masih ada, intervensi folat dipertimbangkan bagi pasien dengan homosisteinemia (kadar homosistein tinggi) yang tidak dapat dijelaskan. Dosis tinggi asam folat (hingga 10 mg) terkadang digunakan di bawah pengawasan ketat untuk kondisi ini, bertujuan untuk melindungi dinding arteri dari kerusakan oksidatif yang diinduksi homosistein.
Folat sangat penting untuk produksi neurotransmitter dan kesehatan myelin, lapisan pelindung di sekitar saraf. Defisiensi folat telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kognitif dan demensia, terutama pada orang tua. Kadar folat serum yang rendah sering ditemukan pada pasien dengan penyakit Alzheimer. Studi suplementasi menunjukkan bahwa folat, terutama bila dikombinasikan dengan B12, dapat meningkatkan domain kognitif tertentu, meskipun ini lebih efektif dalam mencegah penurunan kognitif pada mereka yang awalnya defisien.
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara kadar folat rendah dan peningkatan risiko depresi. Folat aktif (5-MTHF) memainkan peran dalam sintesis monoamina—termasuk serotonin, dopamin, dan norepinefrin—yang merupakan neurotransmitter kunci yang mengatur suasana hati. Dalam kasus depresi yang resisten terhadap pengobatan (treatment-resistant depression/TRD), L-Methylfolate (sebagai suplemen medis atau 'obat') terkadang digunakan sebagai terapi ajuvan (tambahan). Dosis yang digunakan di sini bisa mencapai 7,5 mg hingga 15 mg L-Methylfolate per hari, karena bentuk aktif ini dapat melintasi sawar darah otak dengan lebih efektif.
Peran folat dalam pencegahan kanker sangat kompleks dan merupakan area penelitian yang intens. Di satu sisi, karena folat diperlukan untuk sintesis DNA, ia melindungi integritas genom, yang secara teoritis dapat mencegah inisiasi kanker. Kekurangan folat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal, paru-paru, dan serviks.
Namun, di sisi lain, jika kanker sudah terbentuk, folat justru dapat mempercepat pertumbuhan sel kanker yang telah ada karena menyediakan bahan baku DNA yang diperlukan untuk proliferasi sel cepat. Oleh karena itu, waktu suplementasi sangat penting. Suplementasi yang dilakukan sebelum atau pada tahap awal karsinogenesis mungkin bersifat protektif, tetapi suplementasi dosis tinggi pada individu dengan lesi prakanker yang tidak terdeteksi harus dilakukan dengan hati-hati. Ini menekankan pentingnya suplementasi pada dosis standar untuk populasi umum, dan pengawasan medis jika menggunakan dosis sangat tinggi.
Penentuan dosis asam folat sangat bergantung pada tujuan penggunaannya—apakah itu untuk pencegahan diet (RDA), fortifikasi publik, atau terapi defisiensi klinis. Dosis asam folat diukur dalam mikrogram (mcg) atau, dalam konteks suplemen dan terapi klinis, dalam miligram (mg).
AKG folat dinyatakan dalam Mikrogram Ekivalen Folat Diet (Dietary Folate Equivalents/DFEs). Ini memperhitungkan bioavailabilitas folat alami dan asam folat sintetik, di mana asam folat sintetik memiliki bioavailabilitas hampir dua kali lipat lebih baik daripada folat makanan.
| Kelompok Populasi | Rekomendasi AKG (mcg DFE/hari) | Tujuan Utama |
|---|---|---|
| Bayi (0-6 bulan) | 65 | Pertumbuhan sel cepat |
| Anak-anak (1-3 tahun) | 150 | Pertumbuhan dan perkembangan |
| Dewasa Pria/Wanita (19+ tahun) | 400 | Pemeliharaan DNA dan darah |
| Wanita Hamil | 600 | Pencegahan NTD dan volume darah ibu |
| Wanita Menyusui | 500 | Pemeliharaan status gizi dan transfer ke ASI |
UL untuk asam folat yang bersumber dari suplemen dan makanan terfortifikasi adalah 1.000 mcg (1 mg) per hari untuk orang dewasa. Batas ini ditetapkan terutama untuk mencegah masking defisiensi Vitamin B12. Mengonsumsi folat di atas 1 mg tanpa pengawasan medis dapat menormalkan hasil darah pasien B12 defisien, sementara kerusakan neurologis terus berlanjut tanpa terdeteksi.
Penting untuk dicatat bahwa UL ini hanya berlaku untuk asam folat sintetik yang tidak diubah (unmetabolized folic acid). Folat yang didapatkan dari makanan alami tidak memiliki UL karena risiko toksisitasnya sangat rendah, dan dianggap aman dalam jumlah berapapun yang dikonsumsi melalui diet.
Mendapatkan folat melalui diet adalah cara yang ideal, tetapi seringkali sulit karena folat rentan rusak oleh panas dan oksidasi. Sumber makanan alami (folat) meliputi:
Sebagai suplemen yang berperan dalam jalur metabolisme esensial, asam folat dapat berinteraksi secara signifikan dengan beberapa kelas obat. Interaksi ini dapat mengurangi efektivitas obat atau, sebaliknya, meningkatkan kebutuhan tubuh terhadap folat.
Methotrexate (MTX): Ini adalah obat yang umum digunakan untuk mengobati kanker tertentu, psoriasis, dan kondisi autoimun seperti rheumatoid arthritis. MTX bekerja dengan menghambat enzim dihydrofolate reductase, yang diperlukan untuk mengaktifkan folat. Ini menyebabkan "defisiensi folat fungsional" yang disengaja, membunuh sel-sel yang membelah dengan cepat (termasuk sel kanker).
Pemberian suplementasi asam folat (biasanya 1-5 mg) sangat penting bagi pasien yang menjalani terapi MTX untuk kondisi non-kanker (seperti RA) untuk mengurangi efek samping toksik MTX, seperti masalah gastrointestinal, tukak mulut, dan gangguan hati. Suplemen folat biasanya diberikan 24 jam setelah dosis MTX untuk meminimalkan gangguan terhadap efektivitas MTX.
Beberapa obat anti-epilepsi (AEDs) seperti Phenytoin (Dilantin), Carbamazepine, dan Primidone, mengganggu penyerapan dan metabolisme folat. Obat-obatan ini meningkatkan kebutuhan folat dan seringkali menyebabkan defisiensi folat pada penggunaan jangka panjang. Suplementasi folat pada pasien epilepsi penting, terutama pada wanita usia subur karena risiko NTD yang tinggi.
Namun, ada dilema klinis: folat dosis tinggi (di atas 1 mg) secara teoritis dapat menurunkan ambang kejang. Oleh karena itu, suplementasi harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap di bawah pengawasan neurolog, untuk menyeimbangkan kebutuhan folat tanpa meningkatkan risiko kejang.
Meskipun folat adalah vitamin larut air dan kelebihan biasanya dikeluarkan melalui urin, konsumsi asam folat sintetik dalam dosis sangat tinggi (>5 mg/hari) secara kronis telah menimbulkan beberapa kekhawatiran, selain masking B12:
Pasar suplemen menawarkan berbagai bentuk folat, dan pemahaman yang tepat mengenai bentuk-bentuk ini sangat penting, terutama bagi individu dengan variasi genetik MTHFR.
Ini adalah bentuk sintetik, paling stabil, dan paling umum digunakan dalam suplemen, vitamin prenatal, dan makanan terfortifikasi. Bentuk ini harus melalui empat langkah enzimatik, termasuk konversi oleh MTHFR, agar menjadi aktif. Bagi sebagian besar populasi, bentuk ini berfungsi dengan baik dan efisien dalam mencegah defisiensi.
Ini adalah bentuk biologis aktif dari folat yang dapat digunakan langsung oleh tubuh tanpa perlu diproses lebih lanjut oleh enzim MTHFR. Nama dagang populer meliputi Metafolin atau Deplin (resep dosis tinggi untuk depresi). Penggunaan L-Methylfolate dianjurkan dalam situasi berikut:
Meskipun L-Methylfolate sering dipromosikan sebagai superior, bagi individu tanpa masalah metabolisme, asam folat standar tetap merupakan pilihan yang ekonomis dan efektif.
Asam folat memiliki bioavailabilitas yang sangat tinggi (hampir 100%) ketika dikonsumsi tanpa makanan. Sebaliknya, folat yang berasal dari makanan memiliki bioavailabilitas yang lebih rendah (sekitar 50%) karena adanya inhibitor dalam makanan dan kebutuhan akan digesti sebelum penyerapan penuh. Inilah alasan mengapa fortifikasi makanan dengan asam folat sangat berhasil dalam meningkatkan status folat populasi di banyak negara.
Terlepas dari bentuk suplemen yang digunakan, diagnosis klinis defisiensi folat harus dikonfirmasi melalui pengukuran folat serum dan, idealnya, folat sel darah merah (RBC folate), yang mencerminkan status folat jangka panjang tubuh dengan lebih akurat. Selain itu, tingkat homosistein dan status Vitamin B12 harus selalu dipantau bersamaan.
Asam folat adalah vitamin yang esensial, berfungsi sebagai landasan bagi sintesis materi genetik dan kesehatan seluler. Fungsinya sebagai 'obat' pencegahan dalam kehamilan tidak tertandingi, mampu mengurangi secara drastis kejadian cacat lahir serius. Di luar peran kehamilan, ia merupakan terapi utama untuk anemia megaloblastik dan memiliki peran pendukung yang semakin diakui dalam kesehatan kardiovaskular dan neurologis.
Penggunaan asam folat harus selalu mempertimbangkan konteks individual, terutama status genetik MTHFR dan status Vitamin B12. Untuk sebagian besar orang dewasa yang sehat, asupan folat yang memadai dapat dicapai melalui kombinasi diet kaya sayuran hijau dan konsumsi makanan terfortifikasi.
Mempertahankan kadar folat yang optimal adalah investasi jangka panjang dalam kesehatan hematologis, neurologis, dan reproduksi yang integral. Penggunaan asam folat, baik sebagai suplemen diet umum maupun intervensi obat terapeutik spesifik, memerlukan pendekatan yang terinformasi dan terukur.
Dalam era pengobatan yang dipersonalisasi, farmakogenetika asam folat semakin relevan. Pemahaman yang mendalam tentang varian genetik MTHFR (C677T dan A1298C) memungkinkan dokter untuk memilih bentuk folat yang paling efektif dan menentukan dosis yang tepat, terutama dalam kondisi kronis.
Varian C677T adalah yang paling sering dikaitkan dengan penurunan aktivitas enzim MTHFR, yang menyebabkan peningkatan kadar homosistein, terutama pada individu yang juga memiliki status folat yang rendah. Genotipe C677T homozigot (TT) memiliki risiko peningkatan homosistein yang jauh lebih besar dibandingkan dengan genotipe heterozigot (CT).
Implikasi Pengobatan: Pasien dengan genotipe TT harus mempertimbangkan suplementasi L-Methylfolate untuk memastikan metabolisme homosistein yang efisien. Penelitian menunjukkan bahwa respons penurunan homosistein terhadap 5-MTHF lebih cepat dan lebih lengkap pada individu TT dibandingkan dengan asam folat standar.
Meskipun folat paling sering dibahas dalam konteks kesehatan wanita, folat juga penting bagi pria. Folat memainkan peran dalam spermatogenesis (produksi sperma) dan memastikan integritas DNA sperma. Fragmentasi DNA sperma (DNA sperm fragmentation) dapat menjadi penyebab infertilitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen folat, sering dikombinasikan dengan seng, dapat membantu meningkatkan kualitas sperma dan mengurangi kerusakan DNA pada sperma, meskipun hasil penelitian masih beragam dan memerlukan studi skala besar lebih lanjut.
Wanita dengan PCOS seringkali memiliki kadar homosistein yang lebih tinggi dan resistensi insulin. Asam folat, kadang bersama dengan inositol, digunakan sebagai bagian dari manajemen PCOS. Dengan menurunkan homosistein, folat berpotensi memperbaiki beberapa marker metabolisme yang terkait dengan PCOS dan meningkatkan peluang ovulasi yang sehat. Ini menjadi sangat penting ketika wanita PCOS berencana hamil, karena mereka sudah merupakan kelompok dengan risiko NTD yang sedikit lebih tinggi.
Pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD) sering menderita hiperhomosisteinemia karena ginjal yang rusak tidak dapat membersihkan homosistein dari darah secara efisien. Selain itu, pasien CKD mungkin mengalami defisiensi folat karena dialisis menghilangkan folat dari darah. Hiperhomosisteinemia pada pasien CKD dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, yang merupakan penyebab utama kematian pada kelompok ini.
Intervensi Klinis: Dosis tinggi asam folat (hingga 5–15 mg/hari) sering diresepkan untuk pasien dialisis. Tujuan utama adalah untuk menurunkan homosistein, meskipun manfaat kardiovaskular langsung masih diperdebatkan. Dalam kasus ini, suplemen folat berfungsi sebagai terapi wajib untuk mengatasi efek samping fisiologis dari kegagalan ginjal dan proses dialisis itu sendiri.
Studi observasional menunjukkan bahwa pasien CHF sering memiliki kadar folat yang rendah, dan kadar homosistein yang tinggi. Kelemahan fungsi jantung dapat diperburuk oleh stres oksidatif dan disfungsi endotel yang disebabkan oleh homosistein. Intervensi folat pada pasien CHF bertujuan untuk memperbaiki status nutrisi dan, pada tingkat sel, meningkatkan fungsi vaskular.
Beberapa uji klinis skala besar, terutama dari populasi di mana fortifikasi makanan belum dilakukan secara luas, menunjukkan bahwa suplementasi asam folat dapat mengurangi risiko stroke, terutama stroke iskemik, pada pasien dengan riwayat hipertensi. Efek ini diyakini dimediasi oleh penurunan kadar homosistein dan perbaikan fungsi endotel.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara metabolisme folat yang terganggu selama kehamilan dan peningkatan risiko ASD. Folat, melalui jalur metilasi, penting untuk perkembangan otak yang sehat. Wanita hamil yang memiliki varian MTHFR dan status folat rendah mungkin memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi. Penggunaan dosis yang lebih tinggi dari L-Methylfolate telah dieksplorasi dalam upaya untuk mengatasi gangguan metilasi pada anak-anak dengan ASD, meskipun ini adalah area penelitian yang sangat spesifik dan memerlukan bimbingan spesialis.
Untuk memahami asam folat sebagai obat, perlu dipahami kinetikanya dalam tubuh, yang menentukan dosis dan frekuensi pemberian.
Asam folat sintetik (PGA) sebagian besar diserap di usus halus bagian proksimal (jejunum). Di dinding usus, PGA harus direduksi dan dimetilasi oleh enzim Dihydrofolate Reductase (DHFR) dan MTHFR menjadi 5-MTHF sebelum dapat memasuki sirkulasi portal secara penuh.
Pada dosis rendah (hingga 200 mcg), sebagian besar PGA mengalami metabolisme lintas pertama ini di usus. Namun, pada dosis tinggi (misalnya, suplemen 5 mg), sistem enzimatik ini menjadi jenuh. Akibatnya, sebagian besar asam folat yang tidak termetabolisme (UMFA) memasuki sirkulasi sistemik. UMFA inilah yang menimbulkan kekhawatiran karena berpotensi mengganggu fungsi seluler dan masking B12, menekankan mengapa dosis tinggi harus dihindari tanpa indikasi medis yang jelas.
Folat aktif didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh, berpartisipasi dalam reaksi metilasi. Hati adalah tempat penyimpanan folat utama, menampung sekitar setengah dari total folat tubuh, diikuti oleh sel darah merah. Karena siklus folat yang efisien, defisiensi folat biasanya baru muncul setelah beberapa bulan (sekitar 3-4 bulan) asupan folat yang tidak memadai, ketika cadangan di hati habis.
Folat dan metabolitnya diekskresikan melalui urine, dan sebagian kecil diekskresikan melalui feses dan empedu. Karena asam folat larut air, toksisitas akut dari kelebihan dosis sangat jarang terjadi, tetapi dosis super-tinggi kronis harus dihindari karena isu UMFA yang sudah dijelaskan.
Kondisi yang merusak lapisan usus halus, seperti penyakit celiac yang tidak diobati, penyakit Crohn, atau riwayat operasi bariatrik, secara signifikan dapat mengganggu penyerapan folat dan B12. Pada kasus malabsorpsi parah, suplementasi oral dosis standar mungkin tidak cukup. Dokter mungkin perlu meresepkan dosis folat yang lebih tinggi (5 mg/hari) untuk memastikan penyerapan pasif yang cukup mengatasi gangguan di usus.
Peminum alkohol berat memiliki risiko tinggi mengalami defisiensi folat karena beberapa alasan yang saling tumpang tindih:
Defisiensi folat adalah salah satu komplikasi hematologis paling umum pada pecandu alkohol, seringkali berkontribusi pada anemia megaloblastik. Terapi folat adalah bagian integral dari pengobatan defisiensi pada pasien ini, seringkali memerlukan dosis tinggi 5 mg/hari untuk mengatasi gangguan absorpsi dan meningkatkan cadangan hati.
Seperti yang disinggung sebelumnya, dialisis, proses pembersihan darah untuk pasien gagal ginjal, secara tidak sengaja menghilangkan sejumlah besar folat dari tubuh. Oleh karena itu, suplemen folat pasca-dialisis adalah praktik standar untuk mencegah defisiensi, yang seringkali termasuk dalam paket vitamin B kompleks yang diberikan kepada pasien CKD.
Pemberian asam folat dalam pengaturan klinis mengikuti protokol yang ketat untuk memaksimalkan manfaat terapeutik sambil meminimalkan risiko, terutama yang terkait dengan B12.
Untuk wanita dengan riwayat NTD sebelumnya atau yang mengonsumsi AED:
Program fortifikasi makanan dengan asam folat (mandatori di banyak negara) adalah salah satu keberhasilan terbesar kesehatan masyarakat, secara signifikan menurunkan tingkat NTD tanpa memerlukan kepatuhan individu yang tinggi terhadap suplementasi. Namun, program ini harus seimbang agar tidak menyebabkan paparan UMFA yang tidak perlu bagi seluruh populasi, khususnya di negara-negara yang memiliki tingkat defisiensi B12 yang tinggi.
Keputusan klinis mengenai dosis dan bentuk folat harus selalu didasarkan pada data individu, riwayat medis, dan, jika tersedia, profil genetik pasien. Asam folat, dalam dosis yang tepat dan bentuk yang sesuai, tetap menjadi intervensi nutrisi yang paling kuat dan penting dalam pengobatan modern.