Sakit tenggorokan atau faringitis adalah kondisi umum yang seringkali disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, atau iritasi lingkungan. Meskipun banyak orang fokus pada apa yang harus dikonsumsi untuk meredakannya (seperti teh hangat dan madu), mengetahui apa yang harus dihindari sama pentingnya untuk mempercepat pemulihan. Mengabaikan pantangan dapat memperpanjang durasi rasa sakit dan bahkan memicu komplikasi lebih lanjut.
Saat tenggorokan Anda terasa nyeri, gatal, atau meradang, jaringan di area tersebut menjadi sangat sensitif. Oleh karena itu, makanan atau minuman tertentu yang bersifat asam, terlalu keras, atau memicu dehidrasi harus dieliminasi sementara waktu. Berikut adalah daftar lengkap pantangan utama yang perlu Anda patuhi saat sedang berjuang melawan radang tenggorokan.
1. Makanan dan Minuman Pemicu Iritasi
Beberapa jenis makanan dapat menyebabkan gesekan mekanis atau reaksi kimia yang memperburuk peradangan pada tenggorokan.
Makanan Keras dan Renyah: Keripik, biskuit keras, roti panggang kering, atau sayuran mentah yang keras (seperti wortel) dapat menggores atau menggesek dinding tenggorokan yang sedang meradang, menyebabkan rasa sakit yang tajam.
Makanan Pedas: Cabai, merica, dan bumbu pedas lainnya mengandung senyawa yang dapat mengiritasi selaput lendir. Meskipun sensasi pedasnya mungkin sebentar, dampaknya pada iritasi bisa berlangsung lama.
Makanan Asam Tinggi: Buah sitrus (jeruk, lemon, nanas) atau jusnya, serta makanan berbasis tomat, memiliki pH rendah yang dapat memicu rasa perih saat mengenai luka atau iritasi di tenggorokan.
Makanan Terlalu Panas: Selain air minum, hindari sup atau minuman yang baru saja diangkat dari api. Panas ekstrem dapat menambah luka bakar ringan atau memperparah pembengkakan.
2. Zat Kimia yang Mengeringkan
Dehidrasi adalah musuh utama bagi tenggorokan yang sakit karena lendir kering lebih sulit dikeluarkan dan tenggorokan terasa lebih kasar.
Alkohol: Minuman beralkohol bersifat iritan dan diuretik. Ini menyebabkan dehidrasi lebih lanjut, yang memperlambat proses penyembuhan alami tubuh.
Kafein Berlebihan: Kopi, teh dalam jumlah besar (selain teh herbal yang menenangkan), dan minuman energi tinggi kafein juga cenderung bersifat diuretik. Batasi konsumsinya dan gantilah dengan air putih.
Asap Rokok: Baik perokok aktif maupun pasif harus sangat menghindari paparan asap rokok. Zat kimia dalam asap rokok adalah iritan kuat yang secara langsung merusak lapisan pelindung tenggorokan.
3. Kebiasaan yang Memperburuk Kondisi
Beberapa tindakan sehari-hari tanpa disadari justru memperburuk gejala sakit tenggorokan.
Berbicara Terlalu Keras atau Berteriak: Penggunaan suara yang berlebihan memberi tekanan mekanis pada pita suara dan area faring. Cobalah untuk berbicara dengan lembut dan sesedikit mungkin.
Mendengkur atau Bernapas Lewat Mulut (Saat Tidur): Bernapas melalui mulut, terutama saat tidur, membuat tenggorokan sangat kering. Jika Anda cenderung mendengkur, coba tidur dengan posisi kepala sedikit terangkat.
Menelan Dahak dengan Kasar: Seringkali kita secara refleks mencoba "membersihkan" tenggorokan dengan berdeham keras. Tindakan ini sebenarnya menggesek dan melukai jaringan yang meradang. Cobalah menelan air liur perlahan atau berkumur air garam hangat sebagai alternatif yang lebih lembut.
4. Penggunaan Obat Tertentu
Walaupun ini bukan pantangan makanan, penting untuk berhati-hati dengan jenis obat tertentu jika diresepkan oleh dokter.
Antibiotik (Jika Tidak Perlu): Jika sakit tenggorokan Anda disebabkan oleh virus, antibiotik tidak akan efektif dan bahkan dapat mengganggu flora normal tubuh. Selalu ikuti instruksi dokter mengenai penggunaan antibiotik.
Obat Kumur Beralkohol: Beberapa obat kumur mengandung alkohol tinggi yang dapat mengeringkan dan membakar tenggorokan. Pilih larutan kumur antiseptik tanpa alkohol atau larutan air garam hangat saja.
Dengan menghindari pemicu iritasi di atas, Anda memberikan kesempatan pada sistem kekebalan tubuh untuk bekerja secara optimal. Selain mematuhi pantangan ini, pastikan Anda tetap terhidrasi dengan baik menggunakan air putih suhu ruangan, istirahat yang cukup, dan jika perlu, konsultasikan dengan profesional medis untuk penanganan yang tepat.