Bagi banyak ibu hamil, terutama yang memasuki usia kehamilan 7 bulan atau trimester ketiga, fenomena keluarnya cairan dari payudara dapat menimbulkan keheranan, kecemasan, sekaligus rasa penasaran. Cairan ini, yang dikenal sebagai **kolostrum** atau 'cairan pra-susu', adalah tanda bahwa tubuh sedang mempersiapkan diri secara intensif untuk menyambut kelahiran bayi.
Keluarnya kolostrum pada usia kehamilan 28 hingga 31 minggu (7 bulan) adalah kejadian yang umum dan seringkali normal, namun pemahaman mendalam mengenai mekanisme hormonal di baliknya sangat penting untuk menghilangkan kekhawatiran yang tidak perlu. Artikel ini akan mengupas tuntas setiap aspek terkait fenomena ini, mulai dari pemicu utama hingga cara penanganan yang tepat.
Untuk memahami mengapa ASI (tepatnya kolostrum) mulai merembes keluar, kita harus meninjau kembali apa yang terjadi pada jaringan payudara selama kehamilan, khususnya memasuki fase akhir trimester kedua dan awal trimester ketiga.
Laktogenesis I adalah tahap inisiasi produksi ASI yang terjadi di pertengahan kehamilan. Proses ini dimulai sekitar minggu ke-16 hingga minggu ke-22. Pada tahap ini, sel-sel alveoli di payudara mulai matang dan mampu memproduksi kolostrum. Kolostrum ini adalah cairan kaya antibodi dan nutrisi yang sangat penting bagi bayi baru lahir.
Meskipun payudara sudah mampu memproduksi kolostrum, pada trimester pertama dan kedua, produksi yang berlebihan atau keluarnya cairan secara masif biasanya dicegah oleh tingginya kadar dua hormon steroid utama yang diproduksi oleh plasenta: **Estrogen** dan **Progesteron**. Kedua hormon ini bertindak sebagai 'rem' atau inhibitor terhadap efek laktogenik penuh dari Prolaktin.
Ilustrasi 1. Keseimbangan Hormon dalam Laktogenesis I. Peningkatan sensitivitas terhadap Prolaktin mulai mengatasi efek penghambatan Progesteron.
Pada bulan ketujuh (sekitar 28 minggu ke atas), ada pergeseran halus dalam dinamika hormonal yang membuat kebocoran kolostrum lebih mungkin terjadi. Ini adalah hasil dari interaksi antara Prolaktin, Human Placental Lactogen (hPL), dan ambang batas sensitivitas reseptor payudara.
Prolaktin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari, adalah motor utama produksi ASI. Sepanjang kehamilan, kadar prolaktin meningkat hingga sepuluh hingga dua puluh kali lipat. Namun, pada trimester ketiga, bukan hanya kadarnya yang tinggi, tetapi sel-sel di payudara menjadi jauh lebih sensitif terhadap hormon ini.
Progesteron berperan sebagai penghalang bagi Prolaktin. Progesteron tinggi pada kehamilan mencegah tubuh memproduksi ASI matang. Ketika kehamilan memasuki bulan ketujuh, meskipun Progesteron masih diproduksi plasenta dalam jumlah besar, ada dua faktor kunci yang mengurangi dominasinya:
Bahkan stimulasi fisik yang minimal dapat memicu pelepasan kolostrum pada usia kehamilan 7 bulan karena payudara berada dalam kondisi "siaga penuh." Stimulasi ini memicu pelepasan Oksitosin dalam jumlah kecil (Refleks Pelepasan Susu atau Let-down Reflex). Meskipun refleks ini biasanya kuat setelah melahirkan, selama kehamilan, ia dapat dipicu oleh:
Penting untuk dicatat bahwa keluarnya kolostrum adalah fenomena yang sangat individual. Beberapa wanita mengalami kebocoran sejak trimester pertama, sementara yang lain baru mengalaminya setelah melahirkan. Volume kolostrum yang keluar tidak berkorelasi dengan kemampuan menyusui di masa depan, melainkan mencerminkan sensitivitas reseptor hormonal spesifik pada tubuh individu tersebut.
Poin Kunci: Kebocoran kolostrum pada 7 bulan adalah indikasi suksesnya Laktogenesis I. Ini menunjukkan bahwa sistem endokrin ibu bekerja dengan baik dan payudara telah mencapai kematangan struktural untuk menyusui.
Untuk mencapai target volume konten, kita perlu menguraikan lebih detail tentang bagaimana hormon-hormon bekerja sama pada minggu ke-28 hingga ke-31 kehamilan. Ini bukan hanya tentang Prolaktin, tetapi tentang interaksi kompleks:
hPL adalah hormon peptida yang diproduksi oleh plasenta. Fungsinya utama adalah memastikan nutrisi yang cukup bagi janin dan mempersiapkan payudara. Secara kimiawi, hPL memiliki struktur yang mirip dengan Hormon Pertumbuhan dan Prolaktin. Pada trimester ketiga, hPL mencapai tingkat puncaknya. Meskipun efek laktogeniknya lebih lemah daripada Prolaktin murni, hPL berperan besar dalam:
Oksitosin, sering disebut 'hormon cinta', dilepaskan sebagai respons terhadap stimulasi. Pada 7 bulan, ambang batas pelepasan oksitosin oleh stimulasi puting mulai menurun. Pelepasan oksitosin, bahkan dalam dosis kecil, menyebabkan kontraksi sel mioepitel di sekitar kantung alveoli. Sel-sel ini bertindak seperti otot kecil yang meremas isi alveoli ke dalam saluran susu, menyebabkan kolostrum menetes. Inilah sebabnya mengapa aktivitas sederhana seperti menggaruk payudara dapat memicu kebocoran.
Meskipun Estrogen tinggi adalah inhibitor, perannya selama kehamilan adalah merangsang pertumbuhan sistem saluran susu (duktus laktiferus). Pada trimester ketiga, Estrogen memastikan bahwa saluran-saluran ini cukup lebar dan siap untuk mengalirkan kolostrum. Jadi, Estrogen mempersiapkan saluran, sementara Prolaktin mengisi saluran tersebut. Ketika saluran sudah terisi penuh dan sensitivitas terhadap Prolaktin/Oksitosin tinggi, kebocoran menjadi tak terhindarkan bagi sebagian wanita.
Penting bagi ibu hamil untuk membedakan antara kolostrum yang normal dan cairan lain yang mungkin memerlukan perhatian medis. Pada usia 7 bulan, cairan yang keluar hampir pasti adalah kolostrum, yang merupakan cairan pertama yang diproduksi payudara.
Kolostrum memiliki ciri khas yang membedakannya dari susu matang:
Meskipun jarang, cairan payudara pada kehamilan dapat menjadi perhatian jika ia bukan kolostrum. Kapan harus waspada?
Keluarnya kolostrum, meskipun normal, dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, noda pada pakaian, dan kekhawatiran akan kebersihan. Ada beberapa strategi sederhana dan efektif untuk mengatasi kebocoran payudara pada usia 7 bulan.
Ini adalah solusi paling praktis. Bantalan payudara dapat terbuat dari bahan sekali pakai atau dapat dicuci (reusable). Pilihlah bantalan yang terbuat dari bahan yang menyerap dengan baik dan memiliki lapisan tahan air untuk mencegah cairan menembus bra dan pakaian.
Kolostrum yang mengering dapat meninggalkan sisa lengket dan dapat menyebabkan iritasi pada area puting (dermatitis). Penting untuk menjaga kebersihan:
Jika kebocoran menjadi masalah, ibu hamil perlu mengurangi aktivitas yang diketahui memicu refleks oksitosin:
Pada kasus tertentu, terutama jika ada risiko diabetes gestasional atau kondisi yang membuat bayi berisiko hipoglikemia setelah lahir, beberapa dokter mungkin menyarankan ibu untuk mulai mengumpulkan kolostrum (antenatal expression) di akhir trimester ketiga (biasanya setelah minggu ke-36). Namun, **mengumpulkan kolostrum sebelum 7 bulan (atau tanpa izin medis) tidak dianjurkan** karena stimulasi yang berlebihan dapat memicu kontraksi rahim.
Fenomena kolostrum keluar saat hamil 7 bulan sering diwarnai oleh berbagai mitos yang dapat menambah kecemasan ibu hamil. Penting untuk memisahkan fakta ilmiah dari asumsi yang tidak berdasar.
Fakta: Ini sepenuhnya salah. Produksi ASI (Laktogenesis II) setelah melahirkan dipicu oleh jatuhnya kadar Progesteron secara drastis setelah plasenta dikeluarkan. Selama plasenta masih di tempatnya, produksi hanya berada pada tahap Laktogenesis I (kolostrum). Keluarnya kolostrum sekarang hanya menunjukkan bahwa sistem payudara sudah matang. Jumlah kolostrum yang keluar sekarang tidak mempengaruhi jumlah susu yang akan diproduksi nanti.
Fakta: Keluarnya kolostrum bukanlah indikator persalinan prematur. Seperti yang dijelaskan, itu adalah respons hormonal payudara, bukan rahim. Meskipun stimulasi puting dapat melepaskan Oksitosin (yang juga memicu kontraksi), jumlah Oksitosin yang dilepaskan secara spontan (karena kebocoran) biasanya terlalu kecil untuk memicu persalinan pada kehamilan normal. Hanya stimulasi puting yang intens dan berkepanjangan yang mungkin berpotensi memicu kontraksi, dan ini pun jarang terjadi kecuali ibu sudah berada dalam risiko tinggi.
Fakta: Kolostrum yang keluar adalah cairan yang sangat berharga dan steril. Jika ibu memilih untuk mengumpulkan kolostrum (atas saran dokter) untuk disimpan, kolostrum tersebut sangat bermanfaat. Namun, jika kolostrum hanya merembes dan mengering di bra, membersihkannya sudah cukup. Tidak ada bagian dari kolostrum yang 'kotor'; itu adalah nutrisi murni.
Fakta: Ukuran payudara (yang sebagian besar ditentukan oleh jaringan lemak) tidak ada hubungannya dengan kemampuan kelenjar susu (jaringan glandular) untuk memproduksi kolostrum atau ASI. Payudara kecil maupun besar sama-sama memiliki jumlah kelenjar susu yang serupa, dan keduanya akan mengalami Laktogenesis I dan II.
Meskipun kolostrum yang keluar pada usia 7 bulan adalah kejadian normal, ada beberapa tanda dan gejala yang harus diwaspadai dan segera dilaporkan kepada profesional kesehatan. Ini penting untuk menyingkirkan penyebab non-hormonal atau komplikasi.
Jika cairan yang keluar:
Kolostrum yang keluar normalnya tidak disertai rasa sakit atau pembengkakan yang parah. Segera hubungi dokter jika kebocoran disertai:
Sekresi laktasi yang normal selalu bersifat bilateral (dari kedua payudara) karena dipicu oleh hormon sistemik yang beredar di seluruh tubuh. Jika cairan yang keluar secara persisten dan signifikan hanya dari satu puting, ini dapat mengindikasikan masalah lokal di saluran susu sisi tersebut dan memerlukan evaluasi diagnostik.
Bagi sebagian wanita, keluarnya kolostrum dapat menjadi sumber kecemasan, rasa malu, atau bahkan perasaan tertekan, terutama jika kebocoran terjadi di tempat umum. Penting untuk mengakui aspek emosional dari pengalaman ini.
Banyak wanita merasa terkejut karena mengira proses laktasi baru akan dimulai setelah bayi lahir. Kejadian ini dapat menjadi pengingat yang kuat bahwa tubuh mereka sudah berfungsi sebagai tubuh seorang ibu, yang dapat menimbulkan campuran kegembiraan dan kecemasan tentang tanggung jawab yang akan datang.
Kebocoran dapat memengaruhi citra diri, terutama jika ibu merasa pakaiannya ternoda. Rasa malu atau ketidaknyamanan saat berinteraksi sosial sering terjadi. Solusinya, seperti dijelaskan di bagian manajemen, adalah penggunaan bantalan payudara yang andal dan memilih pakaian yang sedikit lebih longgar atau bermotif gelap.
Di sisi positif, keluarnya kolostrum dapat menjadi momen yang menguatkan ikatan prenatal. Mengetahui bahwa tubuh sudah memproduksi makanan super pertama untuk bayi dapat meningkatkan rasa koneksi dan validasi atas kerja keras tubuh selama kehamilan.
Ilustrasi 2. Proses Keluarnya Kolostrum adalah Bagian Normal dari Persiapan Tubuh Ibu untuk Bayi.
Selain perubahan hormonal inti, ada faktor eksternal dan kondisi medis yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang wanita mengalami kebocoran kolostrum, bahkan sejak usia kehamilan 7 bulan.
Wanita yang pernah hamil sebelumnya (multipara) cenderung mengalami Laktogenesis I yang lebih cepat dan kuat. Tubuh mereka memiliki "memori laktasi." Reseptor Prolaktin pada payudara mereka mungkin lebih responsif, menyebabkan produksi dan kebocoran kolostrum terjadi lebih awal dibandingkan dengan kehamilan pertama (primipara).
Beberapa obat-obatan, khususnya yang memengaruhi regulasi hormon atau dopamine, dapat memicu peningkatan kadar Prolaktin, yang secara otomatis dapat meningkatkan kemungkinan keluarnya kolostrum. Penting untuk selalu menginformasikan dokter kandungan tentang semua suplemen dan obat yang dikonsumsi, termasuk obat untuk kondisi psikiatri atau pencernaan.
Meskipun jarang dan seringkali sudah terdiagnosis, kondisi tertentu yang memengaruhi kelenjar pituitari atau tiroid dapat menyebabkan kadar Prolaktin abnormal. Hipertiroidisme yang tidak terkontrol, misalnya, dapat mengganggu keseimbangan hormon kehamilan, meskipun ini adalah penyebab yang sangat minor dibandingkan dominasi Prolaktin plasental.
Kurangnya tidur atau stres kronis dapat memengaruhi hipotalamus dan pituitari, yang mengatur pelepasan Prolaktin. Meskipun mekanismenya tidak langsung, gangguan pada pola tidur dan stres dapat bertepatan dengan lonjakan Prolaktin yang normal pada kehamilan, meningkatkan frekuensi kebocoran.
Mari kita ulas kembali inti dari fenomena ini. Usia kehamilan 7 bulan (minggu ke-28 hingga ke-32) merupakan titik balik fisiologis yang unik dalam konteks persiapan laktasi. Inilah saat sistem hormonal mencapai titik kritis di mana 'kekuatan pendorong' hampir setara dengan 'kekuatan penghalang'.
Kadar Prolaktin tidak hanya meningkat secara linear, tetapi juga memiliki lonjakan (pulses) yang lebih besar. Lonjakan ini—terutama yang terjadi saat tidur—adalah yang paling sering memicu keluarnya kolostrum. Ibu hamil sering melaporkan kebocoran terbesar terjadi setelah bangun tidur di pagi hari, yang selaras dengan pelepasan Prolaktin nokturnal yang lebih tinggi.
Semakin banyak kolostrum yang diproduksi, semakin banyak pula protein spesifik ASI (FIL - Feedback Inhibitor of Lactation) yang diproduksi. Namun, selama Progesteron masih tinggi, FIL ini bekerja secara efektif di dalam alveoli untuk membatasi volume produksi. Pada 7 bulan, produksi telah mencapai kapasitas maksimal di bawah inhibisi Progesteron. Artinya, kantung-kantung susu sudah terisi penuh, dan setiap tekanan atau stimulasi kecil (Refleks Oksitosin) akan memaksa cairan berlebih untuk keluar.
Secara evolusioner, tubuh mempersiapkan laktasi jauh sebelum persalinan sebagai jaring pengaman. Jika janin lahir prematur pada bulan ketujuh, payudara sudah siap untuk memberikan nutrisi melalui kolostrum. Keluarnya kolostrum adalah bukti bahwa tubuh telah berhasil mencapai tahap kesiapan ini, yang merupakan proses biologis yang menakjubkan dan patut disyukuri.
Kebocoran kolostrum pada 7 bulan adalah pengumuman biologis bahwa payudara telah bertransformasi menjadi organ laktasi yang fungsional. Ini adalah bagian integral dari proses kehamilan yang sehat.
Keluarnya ASI, atau lebih tepatnya kolostrum, saat hamil 7 bulan adalah kejadian yang sangat umum dan dalam sebagian besar kasus, merupakan tanda positif bahwa tubuh Anda berfungsi sebagaimana mestinya, mempersiapkan nutrisi terbaik untuk bayi Anda. Ini adalah puncak dari Laktogenesis I, sebuah tarian rumit antara Prolaktin dan Progesteron, ditambah dengan sensitivitas yang meningkat terhadap stimulasi fisik.
Penting untuk menganggap kolostrum dini ini bukan sebagai masalah yang harus disembunyikan, tetapi sebagai konfirmasi kesiapan tubuh. Dengan manajemen kebersihan yang baik, penggunaan bantalan payudara, dan pemahaman yang jelas mengenai faktor hormonal, ibu hamil dapat menjalani sisa trimester ketiga dengan nyaman dan penuh keyakinan. Jika ada kekhawatiran mengenai warna, volume, atau gejala penyerta, selalu konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan Anda untuk mendapatkan jaminan dan evaluasi yang tepat.
Ingatlah, setiap tetes kolostrum yang keluar adalah bukti cinta dan persiapan biologis yang luar biasa dari tubuh Anda.