Panduan Lengkap WHO: Penyimpanan ASI yang Aman dan Tepat

Pentingnya Kepatuhan WHO dalam Penyimpanan ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi emas yang tak tergantikan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, mengandung antibodi, enzim, dan nutrisi yang sempurna. Namun, seiring dengan meningkatnya kebutuhan ibu bekerja atau ibu yang harus terpisah dari bayinya untuk sementara waktu, kebutuhan untuk memerah dan menyimpan ASI menjadi sangat vital. Penyimpanan ASI perah (ASIP) harus dilakukan dengan prosedur yang sangat ketat untuk memastikan bahwa komponen nutrisi dan imunologi yang berharga tidak rusak atau terkontaminasi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagai otoritas kesehatan global, menyediakan panduan komprehensif yang didasarkan pada bukti ilmiah terbaik mengenai durasi dan metode penyimpanan yang aman. Kepatuhan terhadap pedoman WHO bukan sekadar rekomendasi, tetapi merupakan praktik wajib untuk meminimalkan risiko kontaminasi bakteri dan degradasi kualitas ASI. Ketika ASI disimpan dengan benar, ibu dapat merasa yakin bahwa bayi mereka menerima manfaat penuh dari setiap tetes ASI, seolah-olah baru saja disusui.

Panduan ini akan mengupas tuntas setiap aspek penyimpanan ASI sesuai standar WHO, mulai dari persiapan kebersihan yang mendasar hingga teknik pencairan ulang yang tepat, memastikan setiap langkah yang diambil oleh ibu dan pengasuh adalah yang paling aman.

I. Protokol Kebersihan Mutlak Sebelum Pemerahan

Keselamatan ASI dimulai jauh sebelum cairan tersebut masuk ke dalam wadah penyimpanan. Kontaminasi silang (cross-contamination) adalah risiko terbesar, dan WHO menekankan bahwa protokol kebersihan adalah garis pertahanan pertama yang tidak boleh diabaikan. Prosedur ini harus diikuti secara ketat, terlepas dari apakah ibu menggunakan pompa ASI elektrik, manual, atau memerah menggunakan tangan.

A. Kebersihan Tangan: Langkah Kunci WHO

Mencuci tangan dengan benar adalah langkah sanitasi paling efektif. WHO merekomendasikan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik. Area yang harus diperhatikan adalah sela-sela jari, bagian belakang tangan, dan di bawah kuku. Jika sabun dan air tidak tersedia, penggunaan pembersih tangan berbasis alkohol (hand sanitizer) dengan konsentrasi minimal 60% dapat digunakan sebagai alternatif, meskipun mencuci tangan tetap diutamakan.

Ilustrasi Kebersihan Tangan dan Alat Pompa Cuci Tangan Tepat Alat Bersih

Gambar 1: Ilustrasi pentingnya kebersihan tangan sebelum memerah ASI dan memastikan alat pompa steril.

B. Sterilisasi Peralatan Pompa dan Wadah

Semua bagian pompa ASI yang bersentuhan langsung dengan payudara atau ASI (seperti corong, valve, dan botol penampung) harus dibersihkan dan disterilkan secara menyeluruh. Meskipun ASI mengandung zat antibakteri alami, alat yang terkontaminasi dapat memperkenalkan bakteri baru ke dalam susu.

WHO merekomendasikan metode pembersihan berlapis:

  1. Pembilasan Awal: Segera setelah digunakan, bilas semua bagian peralatan dengan air dingin untuk menghilangkan sisa ASI, yang dapat meninggalkan lapisan protein.
  2. Pencucian: Cuci setiap bagian menggunakan air panas dan sabun cuci piring yang aman. Gunakan sikat khusus yang hanya dipakai untuk peralatan bayi dan pastikan Anda menjangkau semua sudut dan celah.
  3. Sterilisasi (Opsional Harian/Wajib Awal): Untuk peralatan baru atau peralatan yang digunakan setiap hari, sterilisasi dapat dilakukan dengan merebus komponen dalam air selama 5-10 menit atau menggunakan alat sterilisator uap komersial. Setelah sterilisasi, keringkan di udara terbuka pada rak pengering bersih, jangan menggunakan lap pengering karena dapat mentransfer kuman.

Kepastian bahwa alat yang digunakan steril adalah fondasi utama dari penyimpanan ASI yang aman, menghilangkan sumber kontaminasi paling umum yang sering terjadi di rumah tangga.

II. Pemilihan dan Persiapan Wadah Penyimpanan

Jenis wadah yang digunakan memiliki dampak besar pada keamanan dan umur simpan ASI. WHO menyarankan penggunaan wadah yang memenuhi standar kebersihan tertinggi dan dirancang khusus untuk menyimpan makanan bayi. Penggunaan wadah yang tidak tepat dapat menyebabkan kebocoran, kerusakan nutrisi, atau kontaminasi kimiawi.

A. Jenis Wadah yang Direkomendasikan WHO

  • Botol Kaca Keras (BPA Free): Merupakan pilihan terbaik karena mudah dibersihkan, disterilkan, dan tidak akan melarutkan bahan kimia apa pun ke dalam ASI. Namun, wadah kaca rentan pecah, terutama saat menyimpan di freezer.
  • Botol Plastik Keras (BPA Free): Botol berbahan polipropilena (PP) yang ditandai dengan kode daur ulang ‘5’ atau berlabel ‘BPA Free’ adalah pilihan yang aman. Pastikan tutupnya tertutup rapat.
  • Kantong Penyimpanan ASI Khusus: Kantong plastik ini dirancang untuk penggunaan satu kali dan telah disterilkan sebelumnya. Keuntungannya adalah hemat ruang dalam freezer. Namun, perlu hati-hati saat menuang dan mencairkan untuk menghindari kebocoran. Kantong harus memiliki penutup ganda yang kuat.

B. Aturan Pengisian Wadah dan Pelabelan

ASI, terutama yang akan dibekukan, akan mengembang. WHO menekankan bahwa wadah tidak boleh diisi hingga penuh. Sisakan ruang kosong (sekitar 2,5 cm atau satu inci) di bagian atas wadah untuk mengakomodasi pemuaian cairan saat menjadi es. Wadah yang terlalu penuh dapat pecah, merusak seluruh isinya.

Pelabelan adalah langkah administratif terpenting dalam manajemen stok ASI. Setiap wadah harus diberi label yang jelas dengan:

  1. Tanggal dan Waktu Pemerahan: Ini sangat penting untuk memastikan sistem FIFO (First In, First Out) diterapkan, yaitu susu yang paling tua harus digunakan terlebih dahulu.
  2. Volume (opsional): Berguna untuk pengasuh agar dapat menyiapkan porsi yang tepat tanpa membuang-buang sisa.

Prinsip WHO: Jangan pernah mencampur ASI perah baru yang hangat dengan ASI yang sudah didinginkan atau dibekukan, karena ini dapat meningkatkan suhu keseluruhan stok dingin, merusak kualitas susu yang sudah disimpan.

III. Pedoman Inti WHO: Waktu dan Suhu Penyimpanan

Pedoman WHO didasarkan pada suhu ruangan yang stabil, biasanya dianggap antara 16°C hingga 29°C (60°F hingga 85°F). Namun, WHO memberikan rentang waktu yang konservatif untuk menjamin keamanan maksimum, bahkan di lingkungan yang sedikit lebih hangat. Penting untuk diingat bahwa pedoman ini berlaku untuk ASI dari ibu sehat dan bayi cukup bulan.

Diagram Zona Penyimpanan ASI WHO Suhu Ruangan (16°C - 29°C): 3 - 4 Jam Kulkas (4°C): 3 - 8 Hari Freezer (-18°C): 6 - 12 Bulan (Optimal 6)

Gambar 2: Ringkasan zona penyimpanan ASI perah berdasarkan suhu dan durasi menurut pedoman WHO.

A. Penyimpanan Suhu Ruangan (3-4 Jam)

ASI segar dapat disimpan di suhu ruangan hingga 3-4 jam. WHO memberikan kelonggaran 3 hingga 4 jam, bergantung pada kebersihan lingkungan dan suhu aktual ruangan. Jika suhu ruangan berada di batas atas (sekitar 29°C), batas waktu 3 jam harus dipatuhi secara ketat. ASI yang disimpan pada suhu ini harus segera diberikan kepada bayi atau segera dipindahkan ke lemari pendingin/freezer sebelum batas waktu berakhir.

Jika lingkungan tidak terkontrol (misalnya, ruangan yang sangat panas atau lembab), durasi aman harus dipersingkat menjadi maksimal 1 jam. Fluktuasi suhu adalah musuh utama keamanan ASI.

B. Penyimpanan di Kulkas (3-8 Hari)

Suhu ideal lemari es adalah 4°C (39°F) atau lebih rendah. WHO menyatakan bahwa ASI yang disimpan di kulkas, idealnya di bagian belakang (bukan di pintu kulkas yang sering berfluktuasi suhunya), dapat bertahan 3 hingga 8 hari.

Penting untuk memilih batas waktu yang paling konservatif. Jika ASI akan diberikan dalam 3 hari, ini adalah pilihan penyimpanan yang sangat baik karena meminimalkan kerusakan nutrisi akibat pembekuan. Jika ibu merencanakan untuk menyimpan ASI lebih dari 4 hari, segera pindahkan ke freezer. WHO menekankan bahwa semakin cepat ASI dibekukan setelah diperah, semakin baik kualitas nutrisinya.

Jangan pernah menyimpan ASI di rak pintu kulkas. Setiap kali pintu dibuka, suhu di area tersebut melonjak signifikan, yang dapat mempercepat pertumbuhan bakteri.

C. Penyimpanan di Freezer (-18°C atau Lebih Rendah)

Pembekuan adalah metode yang ideal untuk stok jangka panjang. ASI dapat bertahan 6 hingga 12 bulan dalam freezer beku dalam yang suhunya stabil di -18°C atau lebih rendah. Namun, WHO sering menyarankan untuk menggunakannya dalam waktu 6 bulan untuk menjaga kualitas nutrisi dan antibodi pada tingkat maksimal.

Perbedaan Jenis Freezer:

  • Freezer di Dalam Kulkas (Satu Pintu): Ini adalah freezer yang paling tidak stabil, sering kali suhunya tidak mencapai -18°C secara konsisten. Di sini, ASI mungkin hanya aman selama 2 minggu.
  • Freezer Dua Pintu (Freezer Terpisah): Jika suhunya konsisten -18°C, aman hingga 6 bulan.
  • Deep Freezer (Freezer Dada): Ini adalah lingkungan yang paling stabil dan dingin, aman hingga 12 bulan.

IV. Teknik Lanjutan Manajemen Stok ASI (WHO Best Practices)

Manajemen ASI perah yang efektif memerlukan lebih dari sekadar mengetahui batas waktu. WHO memberikan panduan detail tentang bagaimana mengelola stok harian, menggabungkan susu, dan mempersiapkan ASI untuk dikonsumsi.

A. Menggabungkan ASI dari Sesi Perah Berbeda

Ibu seringkali perlu menggabungkan volume kecil ASI dari beberapa sesi perah untuk membentuk satu porsi lengkap. WHO mengizinkan praktik ini asalkan ASI yang akan digabungkan telah didinginkan ke suhu yang sama.

Protokol Penggabungan:

  1. Perah ASI pertama dan segera dinginkan di kulkas.
  2. Saat sesi perah berikutnya selesai, dinginkan ASI baru tersebut.
  3. Setelah ASI baru mencapai suhu yang sama dengan ASI yang sudah ada (yaitu, sama-sama dingin), kedua ASI tersebut dapat digabungkan dalam satu wadah.

Aturan Tanggal: Tanggal yang harus dicatat pada wadah gabungan adalah tanggal ASI paling tua dalam campuran tersebut. Ini memastikan bahwa stok digunakan sebelum komponen tertuanya kedaluwarsa.

B. Penanganan ASI Beku yang Efektif

Membekukan ASI bukanlah akhir dari proses; pencairan ulang (thawing) adalah tahap kritis yang harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan nutrisi dan risiko bakteri.

Metode Pencairan yang Direkomendasikan WHO:

  1. Pencairan di Kulkas (Paling Aman): Pindahkan ASI beku dari freezer ke kulkas. Ini memerlukan waktu sekitar 12-24 jam. Setelah cair, ASI harus digunakan dalam waktu 24 jam dan tidak boleh dibekukan kembali.
  2. Pencairan Air Hangat: Jika ASI segera dibutuhkan, letakkan wadah ASI beku di bawah air mengalir yang suhunya suam-suam kuku atau di baskom air hangat (bukan air panas mendidih).

Tindakan yang Dilarang Keras oleh WHO:

  • Melarang penggunaan microwave: Pemanasan di microwave menghasilkan titik panas (hot spots) yang dapat membakar mulut bayi dan merusak protein pelindung serta antibodi dalam ASI.
  • Melarang pencairan di suhu ruangan: Ini dapat mendorong pertumbuhan bakteri yang cepat.
  • Melarang membekukan ulang: Setelah ASI cair, komposisi kimianya berubah, dan pembekuan ulang meningkatkan risiko kontaminasi secara drastis.

C. Menghangatkan ASI Siap Konsumsi

ASI tidak perlu dipanaskan hingga mendidih. Cukup dihangatkan hingga suhu suam-suam kuku, mendekati suhu tubuh. Metode terbaik adalah meletakkan wadah ASI di dalam wadah berisi air hangat selama beberapa menit. Uji suhu dengan meneteskan sedikit ASI di pergelangan tangan bagian dalam ibu.

Susu yang telah dihangatkan tetapi tidak dihabiskan oleh bayi dalam satu sesi pemberian makan harus dibuang. ASI sisa yang sudah bersentuhan dengan air liur bayi dapat terkontaminasi oleh bakteri mulut dan tidak aman untuk disimpan kembali.

V. Skenario Khusus dan Fleksibilitas Pedoman WHO

WHO mengakui bahwa lingkungan penyimpanan tidak selalu ideal. Pedoman ini menawarkan penyesuaian untuk situasi tertentu, terutama untuk bayi yang rentan dan saat bepergian.

A. Pedoman untuk Bayi Prematur atau Sakit

ASI untuk bayi prematur atau bayi yang dirawat di unit perawatan intensif neonatal (NICU) membutuhkan protokol yang jauh lebih ketat. Bayi-bayi ini memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah dan sangat rentan terhadap infeksi bakteri.

Pedoman Penyimpanan Ketat untuk NICU:

  • Suhu Ruangan: Maksimal 1 jam.
  • Kulkas (4°C): Maksimal 24 hingga 48 jam (dibandingkan 3-8 hari untuk bayi cukup bulan).
  • Freezer (-18°C): Maksimal 3 bulan.

Kepatuhan maksimal pada kebersihan tangan dan sterilisasi alat adalah non-negotiable dalam pengaturan NICU, dan sebagian besar rumah sakit akan memiliki protokol yang bahkan lebih konservatif daripada pedoman umum WHO.

B. Penyimpanan Saat Bepergian (Cooler Bag)

Ketika ibu berada di luar rumah atau dalam perjalanan, ASI dapat disimpan sementara dalam tas pendingin (cooler bag) yang diisi dengan kantong es beku (ice packs).

WHO menyatakan bahwa ASI dapat aman hingga 24 jam dalam tas pendingin yang suhunya stabil di bawah 15°C. Untuk mencapai keamanan ini, kantong es harus benar-benar beku dan jumlahnya cukup banyak untuk menjaga suhu. Penting untuk meminimalkan pembukaan tas pendingin.

Segera setelah ibu mencapai tujuan, ASI harus dipindahkan ke kulkas atau freezer. Jika ASI mencair seluruhnya selama perjalanan 24 jam, susu tersebut harus digunakan secepatnya (dalam beberapa jam) dan tidak boleh dibekukan kembali.

VI. Dasar Ilmiah Durasi Penyimpanan WHO

Penetapan batas waktu oleh WHO didasarkan pada riset mendalam mengenai stabilitas ASI. Ini bukan hanya tentang mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya, tetapi juga menjaga integritas komponen bioaktif yang penting.

A. Stabilitas Komponen Antibodi

ASI mengandung imunoglobulin (seperti IgA) dan sel darah putih hidup yang bertindak sebagai pertahanan kekebalan bagi bayi. Zat ini sangat sensitif terhadap panas dan waktu. Penelitian menunjukkan bahwa semakin lama ASI disimpan, terutama pada suhu yang lebih tinggi, semakin banyak sel hidup dan antibodi yang hilang.

Durasi penyimpanan yang singkat di suhu ruangan (3-4 jam) adalah batas di mana kandungan anti-infeksi masih dianggap signifikan. Setelah 4 jam, meskipun ASI mungkin belum ‘basi’ (rasa asam), efektivitas protektifnya sudah mulai menurun drastis, meningkatkan risiko kontaminasi yang tidak terdeteksi.

B. Pertumbuhan Bakteri dan Zona Bahaya

Bakteri tumbuh paling cepat dalam ‘zona bahaya’ suhu, yaitu antara 4°C hingga 60°C. ASI segar memiliki sifat antibakteri alami, memberinya ‘perlindungan’ awal, itulah mengapa ia dapat bertahan lebih lama dari cairan lain pada suhu ruangan. Namun, setelah periode perlindungan awal ini (3-4 jam), bakteri mulai berkembang biak secara eksponensial.

Penyimpanan di kulkas (4°C) secara efektif memperlambat pertumbuhan bakteri patogen, menjadikannya aman untuk beberapa hari. Sementara pembekuan (-18°C) menghentikan sebagian besar aktivitas bakteri dan enzim, yang memungkinkan penyimpanan jangka panjang.

C. Enzim Lipase dan Perubahan Rasa

ASI mengandung enzim lipase, yang membantu bayi mencerna lemak. Selama penyimpanan (terutama di freezer), lipase dapat mulai memecah lemak dalam ASI. Proses ini, meskipun alami dan tidak berbahaya bagi bayi, dapat menyebabkan ASI memiliki bau atau rasa sabun yang kuat setelah dicairkan (disebut ASI tinggi lipase).

Meskipun ASI tinggi lipase aman dikonsumsi, beberapa bayi menolaknya. Untuk mengatasi ini, WHO merekomendasikan pasteurisasi cepat (scalding) ASI segar sebelum dibekukan. Proses ini melibatkan pemanasan ASI hingga gelembung kecil muncul di tepi panci (tetapi tidak sampai mendidih), kemudian didinginkan dengan cepat. Pemanasan ini menonaktifkan lipase.

VII. Rincian Tambahan untuk Manajemen Stok Harian yang Optimal

Manajemen stok ASI yang disiplin memastikan bahwa tidak ada ASI yang terbuang percuma dan kualitasnya selalu prima. Ini membutuhkan penerapan prinsip-prinsip operasional yang ketat, sesuai dengan semangat pedoman WHO.

A. Mengoptimalkan Ruang Freezer dan Kulkas

Ruang di lemari es dan freezer harus dimanfaatkan dengan cerdas untuk memastikan stabilitas suhu. WHO menyarankan:

  • Simpan ASI di bagian belakang lemari es dan freezer, di mana suhu paling konsisten. Jangan menyimpan ASI di pintu atau di dekat ventilasi freezer yang sering terhalang.
  • Jika menggunakan kantong ASI, bekukan dalam posisi datar terlebih dahulu agar terbentuk menjadi bentuk pipih. Setelah beku, kantong-kantong ini dapat ditumpuk vertikal untuk menghemat ruang dan memudahkan sistem FIFO.
  • Simpan ASI di dalam wadah sekunder tertutup (misalnya, wadah plastik besar dengan tutup) untuk mencegah kontaminasi dari makanan lain di kulkas.

B. Prinsip FIFO (First In, First Out)

Sistem ini wajib diterapkan untuk manajemen ASI. ASI yang diperah paling awal harus selalu digunakan terlebih dahulu. Pelabelan yang akurat adalah kunci untuk suksesnya penerapan FIFO. Secara berkala, periksa stok untuk mengidentifikasi wadah yang mendekati tanggal kedaluwarsa.

Tips FIFO: Saat menyusun stok, letakkan ASI dengan tanggal paling tua di bagian paling depan kulkas atau di atas tumpukan freezer, dan ASI baru di bagian paling belakang atau bawah.

C. Perbedaan ASI Matang dan Kolostrum

Kolostrum, ASI pertama yang kaya antibodi dan biasanya berwarna kuning kental, memiliki umur simpan yang berbeda. Karena konsentrasi zat pelindungnya sangat tinggi, beberapa penelitian menunjukkan kolostrum memiliki ketahanan yang sedikit lebih lama di suhu ruangan dibandingkan ASI matang. Namun, untuk menjaga keamanan dan meminimalkan risiko, WHO merekomendasikan agar kolostrum tetap diperlakukan dengan protokol penyimpanan yang sama ketatnya dengan ASI matang.

D. Mengidentifikasi ASI yang Tidak Layak Pakai

Meskipun ASI mengandung zat antibakteri, ia bisa menjadi basi jika disimpan terlalu lama atau tidak pada suhu yang tepat. ASI yang rusak dapat menunjukkan tanda-tanda berikut:

  • Bau Asam: Berbeda dengan bau sabun (lipase), ASI basi akan berbau seperti susu sapi basi.
  • Gumpalan Berlebihan: Normal bagi ASI yang disimpan untuk terpisah menjadi lapisan krim dan air. Namun, gumpalan yang besar dan tidak larut setelah diaduk menunjukkan kerusakan.
  • Rasa Pahit atau Aneh: Jika rasa sudah sangat pahit (bukan hanya sabun), sebaiknya dibuang.

VIII. Komitmen Keamanan: Intisari Pedoman WHO

Kepatuhan terhadap pedoman penyimpanan ASI oleh WHO adalah bentuk komitmen seorang ibu terhadap kesehatan jangka panjang bayinya. Setiap langkah, mulai dari mencuci tangan hingga teknik pencairan, dirancang untuk melestarikan keajaiban nutrisi yang terkandung dalam ASI.

Prinsip utama yang selalu ditekankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia adalah: selalu bersikap konservatif. Jika ibu ragu mengenai durasi atau kondisi penyimpanan, selalu pilih durasi yang lebih pendek atau buang ASI yang berpotensi terkontaminasi. Keselamatan bayi selalu menjadi prioritas utama di atas penghematan stok ASI.

Dengan menerapkan panduan ini secara disiplin, ibu dapat membangun "bank ASI" yang aman dan berkualitas tinggi, memastikan bahwa bayi mereka menerima manfaat maksimal dari ASI perah, bahkan saat mereka tidak dapat menyusui secara langsung.

Ilustrasi Botol ASI dengan Label Tanggal ASI Perah Tgl: 18/01

Gambar 3: Pentingnya pelabelan tanggal yang jelas pada wadah penyimpanan ASI.

Konsistensi Adalah Kunci Keberhasilan

Penyimpanan ASI yang sukses didasarkan pada tiga pilar: kebersihan yang ketat, kontrol suhu yang konsisten, dan manajemen stok yang teliti. Konsistensi dalam mengikuti setiap langkah—mulai dari persiapan wadah hingga pencairan akhir—adalah yang membedakan stok ASI yang aman dan stok ASI yang berisiko. Setiap detail kecil dalam panduan WHO memiliki peran penting dalam mencegah penyakit dan mempertahankan kekebalan.

Misalnya, penekanan WHO pada penyimpanan ASI di bagian belakang kulkas bukan sekadar saran tata letak, tetapi prinsip ilmiah yang melindungi ASI dari paparan fluktuasi termal yang terjadi setiap kali pintu kulkas dibuka. Dalam konteks ilmu mikrobiologi, menjaga suhu 1-2 derajat lebih dingin dan lebih stabil dapat secara signifikan memperlambat laju duplikasi bakteri, terutama bakteri psikrofilik yang mampu tumbuh pada suhu dingin.

Jika suhu kulkas berfluktuasi antara 4°C dan 8°C (karena sering dibuka), durasi aman penyimpanan 8 hari harus segera dikurangi secara drastis, mungkin menjadi hanya 3 hari. Ibu harus secara rutin memeriksa suhu kulkas mereka dengan termometer independen untuk memastikan suhu 4°C tercapai dan dipertahankan. Konsistensi termal ini adalah esensi dari keamanan yang diamanatkan WHO.

Memahami Degradasi Nutrisi Selama Penyimpanan

Tujuan penyimpanan yang aman bukan hanya menghindari patogen, tetapi juga meminimalkan kehilangan nutrisi. Meskipun pembekuan adalah metode penyimpanan terlama, itu juga merupakan metode yang menyebabkan degradasi nutrisi paling besar, terutama vitamin C dan sel hidup (seperti makrofag).

Oleh karena itu, WHO mendorong ibu untuk memprioritaskan pemberian ASI segar. Jika harus disimpan, gunakan panduan sebagai berikut:

  • ASI Segar (0 jam): Kualitas nutrisi dan kekebalan 100%.
  • ASI Kulkas (3 hari): Kehilangan minimal, masih dianggap mendekati segar.
  • ASI Beku (6 bulan): Sel hidup banyak yang mati, tetapi kandungan makronutrien (lemak, protein) tetap utuh, meskipun mungkin ada sedikit kehilangan vitamin.

Pemahaman ini mendorong ibu untuk menggunakan sistem "terdekat ke segar" sedapat mungkin, menyimpan stok beku hanya untuk kebutuhan jangka panjang atau darurat, dan mengandalkan kulkas untuk kebutuhan harian.

Prosedur Standar untuk Pencairan yang Benar

Pencairan adalah salah satu titik kritis di mana ASI rentan terhadap kontaminasi. WHO memberikan prosedur yang sangat spesifik untuk menghindari bahaya.

Jika ASI beku dicairkan di lemari es (metode terbaik), setelah sepenuhnya cair (tidak ada kristal es yang tersisa), ASI tersebut harus diperlakukan seperti ASI segar yang didinginkan, tetapi dengan batas waktu yang diperpendek: ia harus dikonsumsi dalam 24 jam. Periode 24 jam ini dihitung sejak ASI sepenuhnya mencair, bukan sejak ia dikeluarkan dari freezer.

Pencairan cepat di bawah air hangat harus dilakukan hanya jika segera dibutuhkan. Penting untuk tidak membiarkan ASI terendam di air hangat yang sama dalam waktu lama; air harus diganti secara berkala atau biarkan air mengalir, karena suhu air akan menurun seiring waktu, yang menciptakan kondisi ideal untuk pertumbuhan bakteri jika ASI menjadi suam-suam kuku dan tidak segera digunakan.

Pentingnya Volume Porsi Kecil

Satu lagi aspek manajemen stok yang didukung oleh WHO adalah menyimpan ASI dalam porsi kecil (misalnya, 60 ml atau 100 ml). Menyimpan dalam porsi besar berisiko pemborosan. Jika bayi hanya minum 80 ml, tetapi ibu mencairkan 150 ml, sisa 70 ml harus dibuang. Kerugian ini dapat dihindari dengan membagi ASI ke dalam wadah porsi tunggal.

Selain mencegah pemborosan, volume kecil juga membantu proses pendinginan dan pembekuan lebih cepat. Pembekuan cepat membantu mempertahankan lebih banyak zat gizi. Oleh karena itu, botol yang tinggi dan sempit lebih baik daripada wadah yang pendek dan lebar, karena pendinginan intinya terjadi lebih cepat, sejalan dengan tujuan WHO untuk mempertahankan kualitas.

Kebersihan Peralatan Setelah Pencucian

Setelah peralatan pompa dan botol dicuci dan disterilkan, cara pengeringan juga vital. WHO menentang penggunaan serbet atau lap dapur untuk mengeringkan peralatan bayi. Lap seringkali menjadi sarang bakteri. Sebaliknya, peralatan harus diletakkan terbalik di atas rak pengering bersih atau handuk kertas yang baru. Pengeringan udara (air drying) adalah metode yang paling aman untuk mencegah kontaminasi ulang sebelum penyimpanan atau penggunaan berikutnya.

Rak pengering harus dibersihkan secara teratur. Jika rak diletakkan di dekat wastafel, risiko cipratan air kotor (yang membawa bakteri dari pemrosesan makanan) sangat tinggi, yang secara langsung bertentangan dengan standar kebersihan WHO.

Implikasi Penyimpanan yang Salah

Mengabaikan pedoman WHO dapat memiliki konsekuensi serius. Penyimpanan yang terlalu lama pada suhu ruangan atau kulkas yang tidak memadai dapat menyebabkan proliferasi bakteri patogen seperti Salmonella atau Staphylococcus. Meskipun ASI memberikan perlindungan, jumlah bakteri yang berlebihan dapat membebani sistem kekebalan bayi dan menyebabkan infeksi gastrointestinal serius. Gejala ini sering kali memerlukan intervensi medis dan mengganggu nutrisi yang seharusnya didapat bayi.

Komitmen terhadap protokol kebersihan dan suhu yang ketat, sebagaimana diuraikan oleh WHO, adalah bentuk pencegahan penyakit yang paling mendasar yang dapat dilakukan oleh ibu atau pengasuh yang mengelola ASI perah.

Kualitas ASI sangat berharga, dan manajemen yang baik adalah investasi waktu yang akan memberikan hasil kesehatan optimal bagi bayi. Dengan mematuhi setiap detail dalam panduan WHO ini, stok ASI akan selalu berada dalam kondisi paling aman dan bernutrisi.

Penerapan pedoman penyimpanan ASI dari WHO memerlukan kedisiplinan, tetapi imbalannya adalah jaminan bahwa nutrisi yang diberikan kepada bayi adalah yang terbaik dan paling aman. Ini adalah kontribusi penting terhadap upaya global untuk mendukung menyusui eksklusif.

Setiap ibu dan pengasuh harus memahami bahwa penyimpanan ASI adalah rantai dingin yang tidak boleh terputus. Setiap perubahan suhu yang tidak perlu, mulai dari sesi pemerahan hingga saat botol ASI diserahkan kepada bayi, dapat mengurangi manfaat kesehatan dari susu tersebut. Kunci keberhasilan terletak pada meminimalkan pergerakan, meminimalkan fluktuasi suhu, dan memaksimalkan kebersihan lingkungan kerja, sejalan dengan rekomendasi tertinggi dari otoritas kesehatan dunia.

Keseluruhan proses ini, dari kebersihan tangan yang mendasar hingga penggunaan sistem pelabelan yang canggih, harus dilakukan secara konsisten dan tanpa kompromi, memastikan ASI yang paling murni dan paling kuat nutrisinya yang tersedia bagi bayi.

Penting untuk diingat bahwa pedoman WHO dirancang untuk skenario umum. Jika bayi memiliki kebutuhan medis khusus, seperti alergi atau kondisi sistem kekebalan yang terganggu, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau konsultan laktasi yang mungkin merekomendasikan batas waktu yang bahkan lebih konservatif daripada yang tercantum dalam panduan standar ini.

Pendekatan proaktif dan berhati-hati dalam pengelolaan ASI perah adalah manifestasi dari kepedulian yang mendalam terhadap perkembangan bayi. Seluruh rantai proses penyimpanan, mulai dari pompa hingga botol bayi, harus dianggap sebagai area steril, menjamin bahwa ASI mempertahankan sifat pelindung antibakteri yang menjadikannya makanan super terbaik di dunia.

Oleh karena itu, selalu pertimbangkan pedoman WHO sebagai batas terluar keamanan, dan berusaha untuk menggunakan ASI jauh sebelum batas waktu tersebut tercapai, demi kualitas terbaik.

🏠 Homepage