Kisah Rut adalah salah satu narasi paling menyentuh dalam Alkitab, yang terukir dalam kitab dengan namanya. Berlatar di masa para hakim, cerita ini bukan sekadar kisah tentang kesedihan dan kehilangan, tetapi lebih dalam lagi, merupakan kesaksian akan kekuatan iman, kesetiaan yang tak tergoyahkan, dan janji pemulihan dari Tuhan.
Rut berasal dari Moab, seorang perempuan asing di tanah Israel. Ia menikah dengan Mahlon, putra Elimelekh dan Naomi, sepasang suami istri dari Betlehem yang mengungsi ke Moab karena kelaparan di tanah mereka. Kehidupan di tanah asing tidak berlangsung lama; baik suami Rut, Mahlon, maupun saudara iparnya, Kilion, meninggal dunia. Ditinggal mati dua anak laki-lakinya, Naomi kini berduka atas kehilangan suami dan kedua menantunya.
Dalam budaya kuno, hubungan dengan keluarga besar seringkali putus setelah kematian suami. Naomi, yang kini tidak memiliki siapa-siapa lagi di Moab, memutuskan untuk kembali ke Betlehem. Ia membebaskan kedua menantunya, Orpa dan Rut, untuk kembali ke keluarga mereka masing-masing. Orpa, setelah berurai air mata, akhirnya memilih untuk kembali ke bangsanya.
Namun, Rut membuat keputusan yang sangat berbeda dan mengagumkan. Ia menyatakan kesetiaannya kepada Naomi dengan kata-kata yang legendaris:
"Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmu Allahku; di mana engkau mati, di situ jugalah aku mati, dan di situ jugalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" (Rut 1:16-17).
Kesetiaan Rut ini bukan sekadar kesetiaan emosional, tetapi sebuah komitmen mendalam yang mengadopsi identitas baru, termasuk bangsa dan bahkan Allah dari mertuanya. Ini adalah tindakan iman yang luar biasa, meninggalkan segala yang ia kenal demi mengikuti Naomi.
Setibanya di Betlehem, kehidupan tidak serta-merta menjadi mudah. Mereka tiba di awal musim panen jelai, dan untuk bertahan hidup, Rut harus memungut sisa-sisa jelai yang tertinggal di ladang setelah para pemungut lainnya selesai. Ini adalah pekerjaan yang berat dan rendah martabatnya.
Secara kebetulan, ladang tempat Rut memungut adalah milik Boas, seorang kerabat dekat mendiang suami Naomi, Elimelekh. Boas, yang mendengar tentang kesetiaan luar biasa Rut, tergerak oleh kebaikannya. Ia memerintahkan para pekerjanya untuk tidak mengganggu Rut, bahkan secara sengaja membiarkan gandum jatuh agar Rut dapat memungutnya lebih banyak.
Boas menunjukkan kemurahan hati yang besar kepada Rut. Ia memberinya makanan, dan saat Rut bertanya mengapa ia begitu baik kepadanya, Boas menjelaskan bahwa ia telah mendengar semua yang dilakukan Rut untuk mertuanya setelah kematian suaminya, dan bagaimana Rut meninggalkan ayah serta ibunya untuk datang ke bangsa yang belum pernah dikenalnya. Boas mendoakan agar Rut menerima upah dari Tuhan.
Naomi, melihat kesempatan ini, menasihati Rut untuk mendekati Boas. Di Timur Tengah kuno, terdapat konsep "penebus hak" (goel), di mana kerabat terdekat memiliki hak dan tanggung jawab untuk menebus hak tanah keluarga yang terlanjur dijual dan menikahi janda kerabat yang tidak memiliki anak laki-laki, demi melanjutkan garis keturunan keluarga.
Rut, mengikuti instruksi Naomi, pergi ke tempat penjemuran jelai Boas pada malam hari. Boas, yang menyadari bahwa Rut adalah kerabatnya dan memiliki hak untuk ditebus, setuju untuk menjalankan peran penebus hak. Namun, ada kerabat lain yang lebih dekat secara genealogis. Boas dengan bijaksana mengatur pertemuan di gerbang kota agar proses penebusan hak dapat dilakukan secara sah di hadapan para tua-tua.
Kerabat yang lebih dekat itu akhirnya melepaskan hak penebusannya, dan Boas pun mengambil Rut sebagai istrinya. Dari pernikahan ini, lahirlah seorang anak laki-laki bernama Obed. Kemenangan dan kebahagiaan mereka dirayakan oleh seluruh wanita di Betlehem, yang memuji Tuhan karena telah memberikan Naomi seorang cucu laki-laki.
Kisah Rut tidak berhenti di sini. Obed adalah ayah dari Isai, dan Isai adalah ayah dari Raja Daud. Dengan demikian, Rut, seorang perempuan Moab, bukan hanya menjadi bagian dari garis keturunan bangsa Israel, tetapi juga nenek buyut dari raja terbesar mereka, dan secara genealogis, menjadi leluhur Yesus Kristus.
Kisah Rut mengajarkan banyak hal berharga:
Rut, sang perempuan Moab, yang awalnya berduka dan asing, menjadi tokoh penting dalam sejarah keselamatan. Kisahnya terus menginspirasi kita untuk hidup dalam iman, kesetiaan, dan keyakinan bahwa Tuhan dapat mengubah kesedihan menjadi kegembiraan dan kehinaan menjadi kemuliaan.