Memahami Sakit pada Tenggorokan Saat Menelan (Disfagia atau Odynophagia)
Rasa sakit atau sensasi tidak nyaman saat menelan adalah keluhan umum yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, mulai dari minum hingga makan. Dalam istilah medis, rasa sakit saat menelan disebut odynophagia, sementara kesulitan menelan disebut disfagia. Meskipun seringkali gejalanya ringan dan hilang dalam beberapa hari, pemahaman mendalam mengenai penyebabnya sangat penting, terutama jika rasa sakit ini berlangsung lama.
Penyebab Paling Umum Sakit Saat Menelan
Tenggorokan adalah persimpangan kompleks tempat makanan dan udara melewati. Iritasi atau peradangan pada area ini—faring dan laring—akan memicu respons nyeri ketika terjadi gerakan menelan. Berikut adalah beberapa pemicu utama:
1. Infeksi Virus dan Bakteri
Ini adalah penyebab paling sering. Infeksi menyebabkan peradangan akut pada mukosa tenggorokan:
Radang Tenggorokan (Faringitis): Sering disebabkan oleh virus flu atau pilek. Nyeri terasa tajam saat menelan dan biasanya disertai gejala flu lainnya seperti hidung tersumbat dan demam ringan.
Tonsilitis: Peradangan pada amandel. Nyeri bisa sangat hebat karena amandel membengkak dan meradang, membuat proses menelan menjadi perjuangan. Jika disebabkan bakteri (Streptococcus), seringkali diperlukan antibiotik.
2. Kondisi Non-Infeksius
Bukan hanya kuman, kondisi lain juga dapat menyebabkan iritasi kronis:
Penyakit Asam Lambung (GERD): Asam lambung yang naik hingga mencapai kerongkongan (esofagus) dan tenggorokan dapat menyebabkan iritasi kronis. Rasa sakit seringkali memburuk di malam hari atau setelah makan makanan pedas/asam.
Alergi dan Post-Nasal Drip: Lendir yang menetes dari hidung ke belakang tenggorokan (post-nasal drip) akibat alergi atau sinusitis dapat mengiritasi lapisan tenggorokan, menyebabkan rasa gatal dan nyeri saat menelan.
Udara Kering atau Iritan Lingkungan: Menghirup udara yang terlalu kering, polusi udara, atau asap rokok dapat mengeringkan dan merusak lapisan pelindung tenggorokan, memicu nyeri ringan hingga sedang.
Kapan Harus Khawatir dan Mencari Bantuan Medis?
Mayoritas kasus sakit tenggorokan akan membaik dalam waktu 5 hingga 7 hari dengan perawatan rumahan. Namun, ada tanda bahaya yang memerlukan pemeriksaan dokter segera. Jika Anda mengalami sakit pada tenggorokan saat menelan disertai dengan salah satu gejala berikut, jangan menunda konsultasi:
Demam tinggi yang tidak turun (di atas 38.5°C).
Kesulitan bernapas atau sesak napas.
Nyeri hebat yang membuat Anda tidak mampu minum atau menelan air liur.
Tenggorokan sangat merah dan terdapat bercak putih/nanah pada amandel (mungkin memerlukan antibiotik).
Munculnya benjolan di leher.
Nyeri yang berlangsung lebih dari satu minggu tanpa perbaikan.
Strategi Penanganan di Rumah untuk Meringankan Nyeri
Penanganan awal berfokus pada mengurangi inflamasi dan menjaga kelembapan tenggorokan. Menjaga hidrasi adalah kunci utama agar tenggorokan tidak kering dan iritasi semakin parah.
Berikut beberapa langkah efektif yang dapat Anda coba:
Berkumur Air Garam Hangat: Campurkan setengah sendok teh garam dalam segelas air hangat. Berkumur selama beberapa detik beberapa kali sehari membantu mengurangi pembengkakan dan membersihkan iritan dari permukaan tenggorokan.
Minuman Hangat yang Menenangkan: Teh herbal hangat dengan tambahan madu (bagi yang bukan alergi) atau air lemon hangat terbukti sangat efektif. Madu memiliki sifat antibakteri alami dan melapisi tenggorokan.
Istirahat Total: Berikan waktu bagi tubuh untuk melawan infeksi. Hindari berbicara berlebihan karena ini menambah tekanan pada pita suara dan tenggorokan.
Gunakan Pelembap Udara (Humidifier): Jika udara di ruangan terlalu kering, humidifier dapat menambahkan kelembapan, membantu mencegah tenggorokan terasa kasar dan sakit saat menelan.
Obat Pereda Nyeri Tanpa Resep: Parasetamol atau ibuprofen dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan demam yang menyertai. Selalu ikuti dosis yang dianjurkan.
Mengatasi sakit pada tenggorokan saat menelan seringkali melibatkan penanganan penyebab utamanya. Jika penyebabnya adalah GERD, perubahan pola makan dan obat asam lambung akan menjadi fokus utama. Jika infeksi, penanganan akan disesuaikan dengan sifat infeksi tersebut. Selalu dengarkan tubuh Anda dan jangan ragu mencari bantuan profesional jika rasa sakitnya berlebihan.