Simbol Santo Matius
Dalam kitab suci Kristen, nama Santo Matius bergema sebagai salah satu dari dua belas rasul Yesus Kristus. Namun, sebelum panggilan ilahi mengubah jalannya, Matius dikenal dengan profesinya yang seringkali dipandang rendah: seorang pemungut cukai. Kisahnya adalah narasi tentang penebusan, transformasi, dan kesaksian yang mendalam tentang kuasa kasih dan pengampunan.
Matius, yang juga dikenal sebagai Lewi (seperti yang disebutkan dalam Injil Markus dan Lukas), berdiam di Kapernaum, sebuah kota yang strategis di tepi Danau Galilea dan menjadi pusat perdagangan. Sebagai pemungut cukai, tugasnya adalah mengumpulkan pajak dari barang-barang yang masuk dan keluar dari wilayah tersebut. Profesi ini seringkali dikaitkan dengan keserakahan dan korupsi, dan kaum Yahudi pada masa itu cenderung memandang rendah para pemungut cukai, bahkan menganggap mereka setara dengan orang berdosa dan kafir.
Suatu hari, saat Yesus berada di Kapernaum, Ia melihat Matius duduk di "tempat pungutan cukai". Tanpa ragu, Yesus menghampirinya dan mengucapkan kata-kata yang mengubah segalanya: "Ikutlah Aku." (Matius 9:9). Reaksi Matius sungguh luar biasa. Tanpa keraguan atau penolakan, "ia bangkit lalu mengikut Dia." Perubahan instan ini menunjukkan betapa dalamnya pengaruh dan karisma Yesus, serta kesiapan Matius untuk meninggalkan segala sesuatu demi mengikuti Sang Guru.
Setelah panggilan tersebut, Matius segera mengadakan perjamuan besar untuk Yesus di rumahnya. Perjamuan ini bukan sekadar pesta biasa, melainkan sebuah pernyataan publik tentang keputusannya untuk mengikuti Yesus dan penerimaannya terhadap Sang Mesias. Namun, kehadiran para pemungut cukai dan orang-orang berdosa lainnya di perjamuan tersebut menimbulkan kritik dari para ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka bertanya kepada para murid Yesus, "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" (Matius 9:11).
Jawaban Yesus menjadi inti dari pesan Injil yang dibawa-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Aku kehendaki ialah belas kasihan, dan bukan persembahan. Sebab Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Matius 9:12-13). Perkataan ini menyoroti misi Yesus untuk menjangkau mereka yang terpinggirkan, yang merasa tidak layak, dan yang membutuhkan penyembuhan rohani. Matius, dengan latar belakangnya, menjadi simbol hidup dari pesan ini.
Santo Matius diakui sebagai penulis salah satu dari empat Injil dalam Perjanjian Baru. Injil Matius ditulis dengan tujuan utama untuk meyakinkan pembaca Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan dalam Kitab Suci Ibrani. Gaya penulisannya yang terstruktur, penekanan pada pemenuhan nubuat-nubuat Perjanjian Lama oleh Yesus, dan pengajaran-Nya yang sistematis (seperti Khotbah di Bukit) menjadikannya bacaan fundamental bagi pemahaman teologi Kristen.
Injil Matius sering digambarkan sebagai "injil ajaran," karena memuat banyak ajaran Yesus yang dikumpulkan dalam blok-blok tematik. Penulisannya menunjukkan pemahaman mendalam tentang hukum Taurat dan tradisi Yahudi, namun juga dengan tegas mengartikulasikan pesan Kerajaan Allah yang baru yang dibawa oleh Yesus. Kemampuannya untuk menjembatani dunia Yahudi dan pengikut Yesus yang baru menunjukkan kesadaran teologis dan kepedulian pastoral yang luar biasa.
Kisah Matius dari seorang pemungut cukai yang diasingkan menjadi seorang rasul yang terkemuka adalah bukti nyata kekuatan transformasi yang dibawa oleh iman. Panggilan Yesus tidak hanya mengubah prioritas hidupnya, tetapi juga memberinya tujuan dan identitas yang baru. Ia menjadi saksi langsung dari kehidupan, ajaran, mukjizat, kematian, dan kebangkitan Yesus.
Meskipun detail mengenai akhir kehidupan Santo Matius tidak sepenuhnya jelas dalam tradisi Kristen, ia dihormati sebagai martir dan santo. Tradisi menyebutkan bahwa ia memberitakan Injil di berbagai wilayah, termasuk di antara bangsa Yahudi dan kemudian di negeri-negeri lain. Warisannya abadi melalui Injil yang ia tulis, yang terus menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia untuk memahami siapa Yesus Kristus dan bagaimana hidup dalam Kerajaan Allah.
Kisah Santo Matius mengingatkan kita bahwa tidak ada seorang pun yang terlalu berdosa atau terlalu rendah untuk dijangkau oleh kasih Kristus. Ia adalah teladan bagi semua orang yang bergumul dengan masa lalu mereka, menunjukkan bahwa panggilan ilahi dapat mengarah pada kehidupan yang penuh makna dan pelayanan yang tak ternilai harganya.