Representasi visual skala kekasaran amplas.
Mengasah keterampilan pertukangan atau finishing material sering kali bergantung pada satu elemen kecil namun krusial: satuan amplas, atau yang lebih dikenal dengan istilah grit. Pemilihan grit yang tepat adalah penentu utama antara hasil akhir yang mulus dan mengkilap, atau permukaan yang kasar dan tidak merata. Namun, bagi pemula, sistem penomoran ini seringkali membingungkan.
Satuan amplas (grit number) adalah ukuran standar internasional yang menunjukkan seberapa kasar atau halus butiran abrasif pada kertas amplas. Secara teknis, angka grit merujuk pada jumlah butiran abrasif yang muat dalam luasan satu inci persegi.
Butiran besar, jumlahnya sedikit per inci persegi. Digunakan untuk pengangkatan material cepat, menghaluskan permukaan sangat kasar, atau menghilangkan bekas goresan dalam.
Butiran kecil, jumlahnya banyak per inci persegi. Digunakan untuk finishing akhir, memoles, atau persiapan sebelum aplikasi pernis/cat.
Prinsip dasarnya sangat sederhana: semakin kecil angka grit, semakin kasar amplasnya; dan semakin besar angka grit, semakin halus amplasnya.
Dalam proses finishing material seperti kayu, logam, atau dempul, Anda hampir selalu perlu melakukan tahapan amplas secara bertahap. Anda tidak bisa langsung menggunakan amplas 800 untuk menghilangkan cat lama; Anda harus memulai dari yang paling kasar, lalu naik secara bertahap ke grit yang lebih tinggi.
Berikut adalah panduan umum tahapan grit yang sering digunakan dalam pengamplasan kayu:
Jika Anda melompati tahapan grit (misalnya, dari 80 langsung ke 220), amplas 220 akan bekerja sangat keras untuk mencoba menghilangkan goresan yang ditinggalkan oleh amplas 80. Akibatnya, amplas 220 akan cepat habis, pekerjaan menjadi lebih lama, dan hasilnya tidak akan sebaik yang diharapkan. Setiap langkah amplas seharusnya hanya menghilangkan jejak goresan dari langkah sebelumnya.
Aturan praktis yang umum diterapkan adalah tidak melompati lebih dari dua tingkat grit berturut-turut. Misalnya, jika menggunakan grit 80, langkah selanjutnya idealnya adalah 120, diikuti oleh 180, dan seterusnya.
Selain sistem grit standar yang biasa kita temukan di Indonesia (yang mengikuti standar FEPA atau ANSI), terkadang Anda mungkin menjumpai sistem penomoran lain, terutama dalam konteks abrasif industri atau otomotif:
Memahami satuan amplas bukan sekadar mengetahui angka, melainkan menguasai strategi pengerjaan permukaan. Mulailah dengan grit yang sesuai dengan kondisi awal material Anda, dan selalu naikkan grit secara bertahap. Dengan pendekatan yang sistematis ini, Anda akan selalu mencapai hasil akhir yang profesional, mulus, dan memuaskan, baik saat mengerjakan furnitur kayu antik maupun proyek restorasi mobil.