Ilustrasi Perlindungan dari Kegelapan dan Kejahatan
Dalam ajaran Islam, terdapat dua surah pendek yang memiliki kedudukan sangat istimewa sebagai pelindung (mu'awwidzatain): Surah Al-Falaq (Surah ke-113) dan Surah An-Nas (Surah ke-114). Kedua surah ini diturunkan bersamaan di Madinah sebagai jawaban atas permintaan perlindungan dari Nabi Muhammad SAW terhadap gangguan sihir dan kejahatan jahat yang mengintai. Membaca kedua surah ini secara rutin, terutama setelah salat fardu dan sebelum tidur, dianggap sebagai benteng spiritual yang sangat kuat.
Nama Al-Falaq secara harfiah berarti 'Fajar' atau 'Belahan Pagi'. Surah ini adalah seruan memohon perlindungan kepada Allah SWT dari segala keburukan yang telah diciptakan-Nya.
Ayat pertama menegaskan bahwa perlindungan hanya bersumber dari Rabb Pemilik Fajar. Kemudian, permohonan fokus pada tiga kategori kejahatan utama:
Surah Al-Falaq mengajarkan kita untuk menyadari bahwa kejahatan tidak hanya datang dari hal kasat mata, tetapi juga dari kegelapan tersembunyi dan iri hati manusia. Dengan memohon perlindungan kepada Sang Pencipta Fajar, kita berharap segala kegelapan (baik fisik maupun spiritual) dapat terbelah oleh cahaya Ilahi.
Surah An-Nas berarti 'Manusia'. Jika Al-Falaq memohon perlindungan dari kejahatan luar yang terlihat atau tersembunyi, An-Nas berfokus pada pertahanan dari musuh internal dan eksternal yang paling licik: bisikan setan (waswas).
Surah ini membangun perlindungan berlapis yang menargetkan sumber godaan:
Setelah menegaskan keesaan dan kekuasaan Allah atas manusia secara universal, permohonan perlindungan diarahkan pada ancaman spesifik, yaitu Al-Khannas—setan yang bersembunyi dan menarik diri saat nama Allah disebut, namun kembali membisikkan kejahatan saat manusia lalai. Ini adalah perlindungan dari tipu daya setan, baik yang datang dari jenis jin maupun dari kalangan manusia itu sendiri.
Kombinasi Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas menciptakan sebuah perisai sempurna. Al-Falaq melindungi dari sebab-sebab kejahatan (sihir, kedengkian, kegelapan), sementara An-Nas melindungi dari pelaksana kejahatan (setan dan godaan jiwa). Keduanya mengajarkan tawakal sejati, di mana seorang Muslim tidak hanya berusaha menghindari bahaya dengan upaya lahiriah, tetapi juga menguatkan benteng spiritualnya dengan mengakui bahwa daya upaya tertinggi berada di tangan Sang Pencipta Segala Sesuatu. Membaca keduanya menjadi rutinitas harian yang membersihkan hati, pikiran, dan lingkungan dari segala gangguan negatif, baik yang tampak maupun yang tersembunyi di balik tirai kegelapan.
Senantiasa memohon perlindungan-Nya adalah kunci ketenangan jiwa.