Ayat 64 dari Surah An-Nahl, yang memiliki nomor 16 dalam urutan mushaf, merupakan penegasan mendasar mengenai tujuan utama diturunkannya Al-Qur'an oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad ﷺ. Ayat ini secara eksplisit menyebutkan tiga fungsi utama kitab suci ini: menjelaskan perbedaan pendapat, menjadi petunjuk (huda), dan membawa rahmat bagi kaum yang beriman.
Fungsi Pertama: Menjelaskan Perselisihan
Salah satu realitas kehidupan manusia sejak zaman dahulu adalah adanya perbedaan pandangan, perselisihan, bahkan pertikaian dalam memahami kebenaran, baik itu dalam urusan akidah, hukum, maupun masalah duniawi. Sebelum Al-Qur'an diturunkan, umat manusia sering kali tersesat dalam kebingungan dan perbedaan interpretasi yang tak berujung. Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur'an berfungsi sebagai hakim atau pemutus perkara. Ia hadir untuk memisahkan mana yang hak dan mana yang batil dari berbagai hal yang diperdebatkan oleh manusia.
Dalam konteks kenabian, hal ini sangat krusial. Rasulullah ﷺ bertugas menyampaikan risalah yang jernih. Dengan adanya Al-Qur'an, kebenaran menjadi gamblang, tidak lagi samar. Ini menghilangkan alasan bagi mereka yang sengaja menyembunyikan kebenaran atau yang terperosok dalam kesesatan karena kurangnya landasan yang kuat.
Petunjuk (Huda) Bagi Orang yang Beriman
Fungsi kedua adalah sebagai 'Huda' atau petunjuk. Petunjuk di sini bersifat menyeluruh, meliputi petunjuk moral, etika, sosial, dan spiritual. Petunjuk ini mengarahkan manusia dari kegelapan ke arah cahaya yang terang benderang. Namun, penting untuk dicatat bahwa ayat ini mensyaratkan penerima manfaat ini adalah "kaum yang beriman" (liqaumin yu'minun).
Petunjuk Al-Qur'an hanya akan bekerja secara efektif pada hati yang telah menerima iman terlebih dahulu. Iman adalah kunci pembuka yang membuat seseorang mau menerima arahan wahyu, menjadikannya pedoman hidup, bukan sekadar bacaan yang dihafalkan. Tanpa iman, ayat-ayat tersebut mungkin hanya dibaca sebagai teks, namun maknanya tidak akan meresap menjadi prinsip hidup yang mengubah perilaku.
Rahmat (Kasih Sayang) Bagi Mukminin
Aspek ketiga adalah 'Rahmat' atau rahmat dan kasih sayang Allah. Rahmat ini terwujud melalui petunjuk yang diberikan. Bayangkan betapa besar rahmat Allah yang mengarahkan hamba-Nya keluar dari lembah kebingungan menuju jalan keselamatan abadi. Rahmat ini tidak hanya terkait dengan janji surga, tetapi juga ketenangan batin yang didapatkan saat seseorang hidup sesuai dengan tuntunan Ilahi.
Keberadaan Al-Qur'an itu sendiri merupakan rahmat terbesar. Ia adalah jaminan bahwa manusia tidak dibiarkan sendiri dalam kegelapan. Bagi mereka yang bersungguh-sungguh mengikuti petunjuk ini, mereka akan merasakan rahmat-Nya di dunia berupa kedamaian dan di akhirat berupa balasan surga.
Keterkaitan Ayat An-Nahl 16:64 dengan Kehidupan Modern
Di era informasi saat ini, di mana hoaks, misinformasi, dan perbedaan ideologi semakin tajam, pesan Surah An-Nahl ayat 64 menjadi relevan kembali. Umat Islam didorong untuk kembali kepada Al-Qur'an sebagai sumber klarifikasi utama. Ketika terjadi perdebatan tentang perkara agama atau prinsip moral, Al-Qur'an harus menjadi mercusuar yang membedakan kebenaran yang hakiki dari opini yang menyesatkan. Pemahaman mendalam terhadap ayat ini memotivasi seorang mukmin untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber otoritas tertinggi setelah as-Sunnah, guna menjaga keharmonisan dan kebenaran dalam komunitasnya.