Pendahuluan: Mengenal Surah An-Nas
Surah An-Nas adalah surah ke-114 sekaligus surah terakhir dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, meskipun ada beberapa pendapat yang mengatakan ia turun di Madinah, namun mayoritas ulama menetapkan turunnya di Makkah. An-Nas berarti "Manusia".
Bersama dengan Surah Al-Falaq (surah ke-113), An-Nas disebut sebagai Al-Mu'awwidzatain (Dua Surah Tempat Memohon Perlindungan). Kedua surah ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam karena merupakan amalan perlindungan utama dari segala kejahatan dan gangguan, khususnya dari bisikan jahat jin dan manusia.
Kandungan utama Surah An-Nas adalah permohonan perlindungan kepada Allah SWT dari tiga sumber kejahatan yang paling berbahaya: musuh dari luar (syaitan yang tampak), musuh dari dalam diri (bisikan jahat di hati), dan musuh yang menyusup secara diam-diam. Membaca surah ini, khususnya setelah salat atau sebelum tidur, merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW untuk menjaga diri dari godaan.
Teks Lengkap Surah An-Nas
Berikut adalah teks Surah An-Nas, dilengkapi dengan transliterasi Latin dan terjemahan Bahasa Indonesia.
Makna dan Kedalaman Ayat
Surah An-Nas mengajarkan sebuah konsep perlindungan yang sangat terstruktur. Permohonan perlindungan diawali dengan menetapkan Tiga Sifat Agung Allah yang menjadi dasar keyakinan kita:
- Rabbun Naas (Tuhan Manusia): Pengakuan bahwa Allah adalah pemelihara, pendidik, dan penguasa tunggal atas seluruh kebutuhan eksistensi manusia. Perlindungan kita berada di bawah asuhan Rabb.
- Malikin Naas (Raja Manusia): Pengakuan bahwa Allah adalah pemilik mutlak atas segala urusan manusia. Tidak ada raja yang lebih berkuasa atau lebih adil dari-Nya. Raja yang berhak mengeluarkan titah perlindungan.
- Ilaahun Naas (Sembahan Manusia): Pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang berhak disembah. Ketika kita mencari perlindungan kepada Yang kita sembah, janji pertolongan-Nya lebih terjamin.
Setelah mengagungkan Allah melalui tiga sifat tersebut (disebut juga Tawassul), barulah permohonan inti dilontarkan pada ayat keempat: Min syarril-waswaasil-khannaas.
Kata Waswaas merujuk pada bisikan lembut dan tersembunyi yang memicu keraguan, ketakutan, atau keinginan buruk dalam hati. Kata Khannaas (yang bersembunyi) menunjukkan bahwa sumber kejahatan ini sangat licik; ia bersembunyi ketika manusia mengingat Allah, dan muncul kembali ketika kelalaian melanda.
Ayat penutup (ayat keenam) memperjelas identitas dari pelaku bisikan tersebut, yaitu berasal dari kalangan Jin dan manusia. Ini menunjukkan bahwa bahaya gangguan tidak hanya datang dari entitas gaib (syaitan jin) tetapi juga dari manusia lain yang memiliki niat buruk, yang bisa menyebarkan fitnah atau kebencian (syaitan insan).
Oleh karena itu, Surah An-Nas adalah doa komprehensif yang mencakup perlindungan dari musuh yang kasat mata, musuh yang tidak kasat mata, dan musuh internal (nafsu yang digoda). Kekuatan surah ini terletak pada penyerahan diri total kepada Rabb, Malik, dan Ilaah seluruh umat manusia.