Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam, berisi petunjuk dan pedoman hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Salah satu ayat yang sarat makna dan relevan untuk dipahami adalah Surah An Nisa ayat 27. Ayat ini memberikan panduan penting terkait dengan urusan harta, waris, dan kewajiban yang harus dijalankan oleh seorang Muslim, terutama dalam konteks keluarga dan masyarakat. Memahami ayat ini secara mendalam akan membantu kita dalam mengambil keputusan yang bijak dan sesuai dengan ajaran agama.
يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُبَيِّنَ لَكُمْ وَيَهْدِيَكُمْ سُنَنَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ وَيَتُوبَ عَلَيْكُمْ ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Yurīdullāhu liyubayyina lakum wa yahdīkum sunanal-ladhīna min qablikum wa yatūba 'alaikum ۗ Wallāhu 'Alīmun Ḥakīm
Allah hendak menjelaskan kepada kamu, dan menunjukimu jalan orang-orang yang sebelum kamu, dan menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Ayat ini mengandung beberapa poin penting yang perlu kita cermati:
Kalimat "Yurīdullāhu liyubayyina lakum" menunjukkan bahwa Allah SWT memiliki keinginan yang besar untuk menjelaskan berbagai perkara kepada hamba-Nya. Penjelasan ini meliputi hukum-hukum, aturan-aturan, serta hikmah di balik setiap ketetapan-Nya. Tujuan utamanya adalah agar manusia tidak tersesat dalam kebingungan dan dapat menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan-Nya. Allah tidak menginginkan kesempitan bagi hamba-Nya, melainkan kemudahan dan kejelasan.
Frasa "wa yahdīkum sunanal-ladhīna min qablikum" menekankan pentingnya meneladani jalan dan metode yang telah ditempuh oleh para nabi dan orang-orang saleh sebelum kita. Ini bukan berarti mengikuti segala sesuatu yang mereka lakukan tanpa seleksi, melainkan mengambil hikmah dan pelajaran dari perjalanan hidup mereka yang telah teruji kebenarannya. Surah An Nisa secara keseluruhan banyak membahas tentang hukum-hukum keluarga, harta, dan kewajiban, yang sebagian besar merupakan kelanjutan atau penegasan dari hukum-hukum yang telah ada sebelumnya. Dengan memahami sejarah para nabi dan orang-orang beriman, kita dapat memperkuat keyakinan dan mempermudah pemahaman kita terhadap ajaran Islam.
Bagian "wa yatūba 'alaikum" merupakan kabar gembira bagi setiap Muslim. Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, Allah membuka pintu taubat seluas-luasnya bagi siapa saja yang menyesali perbuatannya dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Ayat ini menegaskan bahwa Allah senantiasa menyertai hamba-Nya dengan rahmat dan ampunan, asalkan hamba-Nya mau kembali kepada-Nya. Ini memberikan motivasi bagi kita untuk senantiasa memperbaiki diri dan tidak berputus asa dari rahmat Allah.
Ayat diakhiri dengan dua sifat Allah yang agung: "Wallāhu 'Alīmun Ḥakīm".
Surah An Nisa ayat 27 memiliki relevansi yang sangat kuat dalam kehidupan kita saat ini. Dalam menghadapi berbagai persoalan yang kompleks, mulai dari urusan ekonomi keluarga, pembagian waris, hingga masalah sosial lainnya, kita perlu kembali merujuk pada panduan ilahi. Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak hanya mengandalkan akal semata, tetapi juga bersandar pada ajaran agama yang telah teruji kebenarannya sepanjang masa.
Pemahaman terhadap ayat ini juga mendorong kita untuk senantiasa bermuhasabah (introspeksi diri) dan bertaubat atas segala kesalahan. Kesadaran akan kemahatahuan dan kemahabijaksanaan Allah seharusnya menumbuhkan rasa tawadhu' (kerendahan hati) dan ketakwaan dalam diri kita. Dengan memegang teguh tuntunan-Nya, insya Allah kita dapat menjalani kehidupan yang penuh berkah, kedamaian, dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.