Surah An-Nisa Beserta Latinnya Lengkap

Surah An-Nisa (wanita) adalah surah ke-4 dalam Al-Qur'an, terdiri dari 176 ayat. Surah ini adalah surah Madaniyah, yang berarti diturunkan di Madinah setelah Rasulullah SAW berhijrah. Nama "An-Nisa" diambil dari kata "nisa" (wanita) yang disebutkan berulang kali dalam surah ini, merujuk pada pentingnya posisi dan hak-hak wanita dalam Islam, serta berbagai permasalahan sosial dan keluarga yang dibahas di dalamnya. Surah ini mencakup berbagai aspek hukum, moral, dan sosial, termasuk tentang anak yatim, warisan, pernikahan, perceraian, keadilan, dan tanggung jawab individu dalam masyarakat. Berikut adalah ayat-ayat Surah An-Nisa beserta bacaan latin dan terjemahannya untuk memudahkan pembacaan dan pemahaman.

Ayat 1-5

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَ ٰ⁠وَاخِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Yā ayyuhan-nāsu-t-taqū rabbakumulladzī khalaqakum min nafsin wākhidatin wa khalaqa minhā zaujahā wa batstsa minhumā rijālan katsīran wa nisā'ā. Wattaqullāhalladzī tasā'alūna bihi wal-arḥām. Innallāha kāna 'alaikum raqībā.

Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam) dan daripadanya Allah menciptakan pasangannya (Hawa), dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

وَءَاتُوا۟ ٱلْيَتَـٰمَىٰٓ أَمْوَ ٰ⁠لَهُمْ ۖ وَلَا تَتَبَدَّلُوا۟ ٱلْخَبِيثَ بِٱلطَّيِّبِ ۖ وَلَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَ ٰ⁠لَهُمْ إِلَىٰٓ أَمْو ٰ⁠لِكُمْ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا

Wa ātu-l-yatāmā amwālahum, wa lā tatabaddalūl-khabītsa bit-ṭayyib, wa lā ta'kulū amwālahum ilā amwālikum. Innahu kāna ḥūban kabīrā.

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim harta mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan janganlah kamu memakan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya hal itu adalah dosa yang besar.

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا۟ فِى ٱلْيَتَـٰمَىٰ فَٱنكِحُوا۟ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ ٱلنِّسَآءِ مَثْنَىٰ وَثُلَـٰثَ وَرُبَـٰعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ فَوَ ٰ⁠حِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَـٰنُكُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَلَّا تَعُولُوا۟

Wa in khiftum allā tuqsiṭū fīl-yatāmā fankiḥū mā ṭāba lakum minan-nisā'i matsnā wa tsalūtsa wa rubā'a. Fa in khiftum allā ta'dilū fawāḥidatan aw mā malakat aimanukum. Dzālika adnā allā ta'ūlū.

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan, maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau budak yang kamu miliki. Yang demikian itu agar kamu tidak berbuat aniaya.

وَءَاتُوا۟ ٱلنِّسَآءَ صَدُقَـٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۚ فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَىْءٍ مِّنْهُ نُفْلًا فَكُلُوهُ هَنِيٓـًٔا مَّرِيٓـًٔا

Wa ātun-nisā'a ṣaduqātihinna niḥlah. Fa in ṭibna lakum 'an syai'in minhu nuf-lan fa kulūhu hanī'an marī'ā.

Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai suatu pemberian yang wajib. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka terimalah dan makanlah (ambilah) sebagai makanan yang sedap lagi enak.

وَلَا تُؤْتُوا۟ ٱلسُّفَهَآءَ أَمْوَ ٰ⁠لَكُمُ ٱلَّتِى جَعَلَ ٱللَّهُ لَكُمْ قِيَـٰمًا وَٱرْزُقُوهُمْ فِيهَا وَٱكْسُوهُمْ وَقُولُوا۟ لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوفًا

Wa lā tu'tū-s-sufahā'a amwālakumullatī ja'alallāhu lakum qiyāmā. Warzuqūhum fīhā waksūhum wa qūlū lahum qaulam ma'rūfā.

Dan janganlah kamu berikan kepada orang-orang yang belum mengerti (pemboros) harta kamu yang dijadikan Allah sebagai sarana hidupmu, tetapi berilah mereka belanja dan pakaian dari harta itu, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.

Ayat 6-10

وَٱبْتَلُوا۟ ٱلْيَتَـٰمَىٰ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغُوا۟ ٱلنِّكَاحَ فَإِنْ آنَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَٱدْفَعُوٓا۟ إِلَيْهِمْ أَمْوَ ٰ⁠لَهُمْ ۖ وَلَا تَأْكُلُوهَآ إِسْرَافًا وَبَدَرًا أَن يَكْبَرُوا۟ ۚ وَمَن كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ ۖ وَمَن كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ فَإِذَا دَفَعْتُم إِلَيْهِمْ أَمْوَ ٰ⁠لَهُمْ فَأَشْهِدُوا۟ عَلَيْهِمْ ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ حَسِيبًا

Wabtalūl-yatāmā ḥattā idzā balaghū-n-nikāḥ. Fa in ānastum minhum rusdan fadaf'ū ilaihim amwālahum. Wa lā ta'kulūhā isrāfan wa badaran an yakburū. Wa man kāna ghaniyyan falyasta'fif. Wa man kāna faqīran falyakul bil-ma'rūf. Fa idzā dafa'tum ilaihim amwālahum fa asyhidū 'alaihim. Wa kafā billāhi ḥasībā.

Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka (cukup umur) siap kawin. Kemudian jika menurut pertimbanganmu mereka sudah cerdas (dewasa), maka serahkanlah kepada mereka harta mereka. Dan janganlah kamu memakannya (harta anak yatim) sebelum mereka dewasa dan janganlah (pula) kamu memakannya karena pemborosan dan tergesa-gesa ingin menghabiskannya. Siapa yang kaya, hendaknya menahan diri (dari memakannya), dan siapa yang miskin, hendaknya memakannya dengan cara yang baik (wajar). Apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu mengadakan saksi (atas penyerahan itu). Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَ ٰ⁠لَ ٱلْيَتَـٰمَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِى بُطُونِهِمْ نَارًا ۚ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا

Innalladzīna ya'kulūna amwālal-yatāmā ẓulman, innamā ya'kulūna fī buṭūnihim nāran. Wa sayaṣlawna sa'īrā.

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka memakan api dalam perut mereka dan kelak akan mereka masuki api yang menyala-nyala (neraka).

يُوصِيكُمُ ٱللَّهُ فِىٓ أَوْلَـٰدِكُمْ ۖ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ ٱلْأُنثَيَيْنِ ۚ فَإِن كُنَّ نِسَآءً فَوْقَ ٱثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۚ وَإِن كَانَتْ وَ ٰ⁠حِدَةً فَلَهَا ٱلنِّصْفُ ۚ وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَ ٰ⁠حِدٍ مِّنْهُمَا ٱلسُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِن كَانَ لَهُۥ وَلَدٌ ۚ فَإِن لَّمْ يَكُن لَّهُۥ وَلَدٌ وَوَرِثَهُۥٓ أَبَوَاهُ فَأُمُّهُۥ ٱلثُّلُثُ ۚ فَإِن كَانَ لَهُۥٓ إِخْوَةٌ فَأُمُّهُۥ ٱلسُّدُسُ مِنۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصَىٰ بِهَآ أَوْ دَيْنٍ ۗ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَـٰٓؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا ۚ فَرِيضَةً مِّنَ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

Yūṣīkumullāhu fī aulādikum, lidz-dzakari mitslu ḥaẓẓil-untsayain. Fa in kunna nisā'an fauqa-tsnatain, falahunna tsalutsā mā tarak. Wa in kānat wāḥidatan falaha-n-niṣf. Wa li'abawaihi likulli wāḥidin minhumas-sudusu mimmā tarak in kāna lahū walad. Fa in lam yakun lahū waladun wa waritsahū abawāhu fa ummuhul-tsulut. Fa in kāna lahū ikhwah, fa ummuhus-sudusu mim ba'di waṣiyyatin yūṣā bihā au dain. Ābā'ukum wa abnā'ukum lā tadrūna ayyuhum aqrabu lakum naf'an. Farīḍatan minallāh. Innallāha kāna 'alīman ḥakīmā.

Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Jika anak perempuan itu dua orang atau lebih, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) seorang saja, maka dia mendapat separuh. Dan untuk kedua ibu-bapaknya, bagi masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya, maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai saudara-saudara, maka ibunya mendapat seperenam, sesudah (memenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tua dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat bagimu manfaatnya. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.

وَلَكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ أَزْوَ ٰ⁠جُكُمْ إِن لَّمْ يَكُن لَّهُنَّ وَلَدٌ ۚ فَإِن كَانَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ ٱلرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ ۚ مِنۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِينَ بِهَآ أَوْ دَيْنٍ ۚ وَلَهُنَّ ٱلرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْتُمْ إِن لَّمْ يَكُن لَّكُمْ وَلَدٌ ۚ فَإِن كَانَ لَكُمْ وَلَدٌ فَلَهُنَّ ٱلثُّمُنُ مِمَّا تَرَكْتُمْ ۚ مِنۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ تُوصُونَ بِهَآ أَوْ دَيْنٍ ۗ وَإِن كَانَ رَجُلٌ يُورَثُ كَلَـٰلَةً أَوِ ٱمْرَأَةٌ وَلَهُۥٓ أَخٌ أَوْ أُخْتٌ فَلِكُلِّ وَ ٰ⁠حِدٍ مِّنْهُمَا ٱلسُّدُسُ ۚ فَإِن كَانُوٓا۟ أَكْثَرَ مِن ذَٰلِكَ فَهُمْ شُرَكَـٰٓؤُا۟ فِى ٱلثُّلُثِ ۚ مِنۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ إِلَّا ضَرَرًا ۚ وَصِيَّةً مِّنَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَلِيمٌ

Wa lakum niṣfu mā taraka azwājukum il lam yakun lahunna walad. Fa in kāna lahunna waladun falakumur-rubu'u mimmā tarakn, mim ba'di waṣiyyatin yūṣīna bihā au dain. Wa lahunnal-rubu'u mimmā taraktum il lam yakun lakum walad. Fa in kāna lakum waladun falahunnats-tsumunu mimmā taraktum, mim ba'di waṣiyyatin tūṣūna bihā au dain. Wa in kāna rajulun yūratstu kalālatan awimra'atun wa lahū akhun au ukhtun, falikulli wāḥidin minhumas-sudus. Fa in kānū aktsara min dzālika fahum syurakā'u fīts-tsulut, mim ba'di waṣiyyatin illā ḍararā. Waṣiyyatan minallāh. Wallāhu 'alīmun ḥalīm.

Dan bagimu (suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (isteri-isterimu) mempunyai anak, maka bagimu seperempat dari harta yang mereka tinggalkan, sesudah (memenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. Bagi mereka (isteri) seperempat dari hartamu, jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka bagi mereka (isteri) seperdelapan dari hartamu, sesudah (memenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan, yang tidak mempunyai ayah dan tidak mempunyai anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki atau seorang saudara perempuan, maka bagi masing-masing dari kedua saudara itu seperenam harta. Tetapi jika mereka (saudara seibu) itu lebih dari seorang, maka mereka berbagi dalam sepertiga harta, sesudah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan) sesudah dibayar utangnya, sedang (wasiat itu) tidak boleh diperbuat merugikan (ahli waris). Demikianlah ketentuan dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.

تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ يُدْخِلْهُ جَنَّـٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

Tilka ḥudūdul-lāh. Wa may yuṭi'illāha wa rasūlahū yudkhilhu jannātin tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā. Wa dzālikal-fauzul-'aẓīm.

Itulah hukum-hukum Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.

وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُۥ يُدْخِلْهُ نَارًا خَـٰلِدًا فِيهَا وَلَهُۥ عَذَابٌ مُّهِينٌ

Wa may ya'ṣillāha wa rasūlahū wa yata'addā ḥudūdahū yudkhilhu nāran khālidan fīhā wa lahū 'adzābun muhīn.

Dan barangsiapa tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batas-batas-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.

Ayat-ayat Lainnya

... (Ayat-ayat lanjutan Surah An-Nisa) ...

...

...

Artikel ini menyajikan sebagian dari Surah An-Nisa. Untuk kelengkapan, silakan merujuk kepada mushaf Al-Qur'an lengkap.

🏠 Homepage