Menjelajahi Surah Setelah An-Nahl

QS. Al-Hijr

Ilustrasi urutan mushaf Al-Qur'an.

Al-Qur'an tersusun secara sistematik, bukan hanya berdasarkan kronologi pewahyuan, tetapi berdasarkan ketetapan ilahi yang termaktub dalam Mushaf. Pertanyaan mengenai surah setelah An-Nahl sering muncul dalam diskusi mengenai urutan surat-surat dalam Al-Qur'an.

Surah An-Nahl, yang berarti "Lebah," adalah surah ke-16 dalam urutan Mushaf standar yang kita gunakan saat ini. Surah ini terdiri dari 128 ayat dan merupakan surah Makkiyah, meskipun terdapat beberapa ayat Madaniyah di dalamnya. An-Nahl kaya akan pembahasan tentang tauhid, kebesaran ciptaan Allah, termasuk analogi menakjubkan tentang lebah yang menghasilkan madu sebagai penawar bagi manusia.

Surah Berikutnya: Al-Hijr

Setelah Surah An-Nahl (QS. 16), surah yang secara berurutan dan resmi diletakkan dalam Mushaf Al-Qur'an adalah Surah Al-Hijr, yaitu Surah ke-17. Surah Al-Hijr terdiri dari 99 ayat dan juga merupakan surah Makkiyah.

Nama Al-Hijr merujuk pada sebuah lembah atau wilayah batu yang pernah dihuni oleh kaum Tsamud, kaum Nabi Saleh AS. Kisah kaum Tsamud dan hukuman yang mereka terima karena mendustakan kerasulan menjadi salah satu narasi sentral dalam surah ini. Keberadaan kisah ini memberikan pelajaran penting mengenai konsekuensi ingkar terhadap peringatan ilahi.

Karakteristik Surah Al-Hijr

Surah Al-Hijr memiliki beberapa tema utama yang signifikan. Selain kisah kaum Tsamud, surah ini banyak membahas tentang kemahahadiran Allah dan keajaiban penciptaan-Nya. Salah satu ayat yang sangat terkenal dari surah ini adalah ayat ke-9: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." Ayat ini menegaskan jaminan Allah atas kemurnian dan keaslian Al-Qur'an dari perubahan atau kerusakan.

Selain itu, Al-Hijr juga menyoroti kisah penciptaan Nabi Adam AS. Proses penciptaan Adam dari tanah liat, peniupan ruh, dan perintah kepada para malaikat untuk bersujud menunjukkan betapa istimewanya kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Penolakan Iblis untuk bersujud karena kesombongan menjadi titik awal perseteruan abadi antara kebenaran dan kebatilan, sebuah pelajaran yang relevan hingga kini.

Perbedaan Urutan Pewahyuan dan Mushaf

Penting untuk diingat bahwa urutan surah dalam Mushaf (seperti Al-Hijr setelah An-Nahl) adalah berdasarkan ketetapan Rasulullah SAW dan Ijma' sahabat, bukan berdasarkan kronologi waktu turunnya wahyu. Sebagian besar surah dalam Juz terakhir Al-Qur'an, termasuk An-Nahl dan Al-Hijr, adalah surah Makkiyah yang turun di Makkah sebelum Hijrah Nabi Muhammad SAW.

Jika kita melihat urutan pewahyuan (kronologi), Surah An-Nahl kemungkinan turun setelah banyak surah lain, dan Surah Al-Hijr juga termasuk dalam gelombang wahyu awal di Makkah. Namun, dalam penyusunan Mushaf, tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah susunan kitab suci yang utuh dan memiliki korelasi tematik antar bagiannya. Sehingga, ketika mencari surah setelah An-Nahl, jawabannya selalu merujuk pada posisi resminya, yaitu Al-Hijr (QS. 17).

Tafsir Singkat Tentang Keutamaan Al-Hijr

Surah Al-Hijr juga dikenal karena mengandung peringatan keras terhadap mereka yang meremehkan ayat-ayat Allah. Surah ini menekankan bahwa harta benda dan keturunan yang banyak tidak akan menjamin keselamatan jika disertai kekufuran. Di akhir surah, terdapat penekanan kuat mengenai pentingnya bersabar dalam menghadapi ujian dan optimis terhadap pertolongan Allah.

Memahami hubungan urutan antara surah-surah ini membantu umat Muslim untuk lebih menghargai struktur Al-Qur'an. Transisi dari Surah An-Nahl ke Surah Al-Hijr menandai kelanjutan pesan-pesan dasar Islam mengenai tauhid, ancaman bagi pendurhaka, dan janji perlindungan bagi mereka yang teguh beriman.

Secara keseluruhan, ketika kita menutup lembaran Surah An-Nahl, halaman berikutnya dalam kitab suci kita membawa kita ke Surah Al-Hijr, sebuah surah yang memperkaya pemahaman kita tentang penciptaan, sejarah umat terdahulu, dan jaminan keabadian Al-Qur'an.

🏠 Homepage